Membaiknya Ekonomi di Masa Pandemi

Oleh :
Dwi Juli
Statistisi pada BPS Kabupaten Sidoarjo

Tahun 2021 telah berlalu, tak terasa hampir dua tahun kita telah melalui masa-masa dalam kecemasan kapan berakhirnya pandemi covid-19. Tak bisa dipungkiri pandemi covid19 sangat berdampak diseluruh sektor ekonomi baik nasional dan regional. Kabupaten Sidoarjo sebagai kabupaten dengan tingkat kepadatan tertinggi di Jawa Timur sangat berdampak dengan pandemi yang sampai saat ini belum usai.

Menurut hasil sensus penduduk di tahun 2020 tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Sidoarjo mencapai 3.283 orang per km2 sementara dibanding dengan kabupaten/kota lainya di Jawa Timur Sidoarjo menempati peringkat ke 4 penyumbang penduduk terbesar setelah Kabupaten Jember, adapun total penduduk Sidoarjo sebesar 2.083 ribu.

Banyak daya dan upaya yang telah dilakukan pemerintah pusat maupun daerah guna membantu masyarakat untuk meringankan beban hidup selama pandemi covid-19. Sekian jenis bantuan digelontorkan selama tahun 2021 mulai dari kartu sembako, PKH, PLT dana desa, diskon tarif PLN, BPUM/BLT UMKM, bantuan internet, bantuan sosial segala usaha yang sudah diupayakan membuahkan hasil yang cukup memuaskan di tahun 2021.

Rilis BPS di awal tahun menyebutkan tingkat inflasi 2021 secara nasional mencapai 1.87 persen dan inflasi Kabupaten Sidoarjo sebesar 2.54 persen. Keadaan ini lebih baik daripada tahun 2020 disaat pandemi covid-19 mulai masuk Indonesia maupun Kabupaten Sidoarjo. Di tahun 2020 inflasi nasional tercatat sebesar 1.68 persen dan Kabupaten Sidoarjo hanya mencapai 1.30 persen. Inflasi sebagai salah satu indikator untuk mengetahui pergerakan harga dan jumlah peredaran uang yang terjadi di masyarakat.

Menurut teori strukturalis dari ekonom Keynesian untuk negara berkembang yang belum full employment uang beredar justru akan menambah output (pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja) dan tidak akan meningkatkan harga. Sesuai teori tersebut bahwa uang tidak sepenuhnya netral, pertambahan uang beredar dapat mempunyai pengaruh tetap (permanen) terhadap variable-variabel riil seperti output dan suku bunga. Data BPS yang dikeluarkan bulan November 2021 menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kumulatif sampai triwulan 3 tahun 2021 mencapai 3.24 persen sementara di tahun 2020 terkontraksi 2.03 persen sementara untuk wilayah Jawa Timur pertumbuhan ekonomi kumulatifnya sebesar 3.20 persen lebih tinggi jika disbanding tahun 2020 yang terkontraksi 2.29 persen. Menurut data Susenas Maret 2021 di Kabupaten Sidoarjo jika dilihat dari angka kemiskinan terjadi penurunan indeks kedalaman kemiskinan sebesar 0.01 menjadi 0.95 yang artinya rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin di Sidoarjo terhadap garis kemiskinan sebesar 0.95 lebih rendah dari 2020 yang berada di 0.96. Sementara indeks keparahan kemisikan juga menurun sebanyak 0.02 sehingga menjadi 0.24 artinya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin di Sidoarjo sebesar 0.24 lebih rendah dari tahun 2020 yang mencapai 0.26. Namun demikian terdapat pekerjaan rumah yang harus segera di selesaikan terkait pengangguran yang ada di Kabuten Sidoarjo karena data terkahir Agustus 2021 tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai dua digit sebesar 10.87 persen yang artinya dai 100 orang angkatan kerja terdapat 11 orang yang menganggur keadaan ini sangat miris karena Kabupaten Sidoarjo yang notabene adalah kabupaten dengan sentra industry terbesar di Jawa Timur.

Oleh sebab itu pemerintah hendak lebih bijak dalam penetapan arah pembanguan di 2022, baik nasional maupun daerah. Beragam bantuan yang digulirkan di 2021 bisa saja dilanjutkan di 2022 dengan memperhatikan kemampuan APBN maupun APBD selain itu adanya isu varian baru dari covid-19 yaitu omicron harus mampu diakomodir oleh kebijakan yang akan diambil. Khusus di Kabupaten Sidoarjo sektor industri merupakan sektor ekonomi dominan harus mampu dipertahankan keberadaannya sehingga masalah ketenagakerjaan dapat di atasi sembari menghidupkan kembali sektor padat karya lainnya yang mampu bertahan di masa pandemi yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Sektor primer ini mampu tumbuh di 2020 sebesar 2.75 persen sementara sektor lainnya terkontraksi. Perhatian besar untuk memajukan sektor pertanian karena ketahanannya terhadap pandemi dan krisis ekonomi global.

Pemerintah dalam hal ini Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian bersama swasta musti bergandeng tangan untuk meningkatkan peran sektor pertanian melalui pengembangan pertanian berkelanjutan dengan peningkatan skala usaha yang terintegrasi hulu-hilir serta pelibatan teknologi dalam lingkup korporasi.

Sementara untuk sektor industri pengolahan melalui Kementrian Perindustrian hendaknya melibatkan semua pelaku usaha guna menjalankan 3 program prioritasnya yaitu program pendidikan dan pelatihan vokasi, program nilai tambah dan daya saing industri, serta program dukungan manajemen. Dengan kebersamaan antara masyarakat dan pemerintah serta kebijakan yang tepat semoga di tahun 2022 perekonomian lebih baik lagi dan mampu bertahan terhadap pandemi yang belum usai maupun krisis global lain yang menanti.

——— *** ———-

Rate this article!
Tags: