Membangun Karakter Anak Lewat Pembiasaan Bercerita

Oleh :
Sri Asih
Guru SMP N 9 Pasuruan, Jawa Timur

Fenomena kehidupan anak pada era globalisasi sekarang ini sungguh memprihatinkan. Sebagai ibu rumah tangga, penulis merasa prihatin terhadap kondisi anak Indonesia saat ini. Tindak kekerasan di kalangan anak hampir tiap hari hadir dalam pemberitaan di berbagai media massa.
Maraknya aksi tawuran, merebaknya kasus video porno, praktik kekerasan senior pada yuniornya, kasus bullying, kasus miras, terjerumus  dalam  narkotika  dan obat-obat  terlarang. Tindak kekerasan seakan menjadi jalan pintas penyelesaian masalah, tawuran seolah menjadi budaya.Parahnya lagi, aksi adu otot ini dilakukan secara berkelompok bersama teman-teman sebaya mereka, dan tak jarang menggunakan senjata, mulai dari batu, pisau, sampai senjata-senjata tajam lainnya.Tidak sedikit anakyang menjadi korban, tak jarang beberapa korban luka-luka, bahkan sampai meninggal.
Bertolak dari fenomena negatif yang melanda anak pada era globalisasi , penulis menyampaikan solusi. Anak Indonesia memerlukan fondasi karakter yang kuat sebagai tameng diri. Fondasi yang kuat itu adalah akhlak mulia.Solusi tepat untuk menananamkan nilai akhlak mulia anak Indonesia sangat dibutuhkan.Solusi tepat untuk menananamkan nilai akhlak mulia anak Indonesia adalah penanaman nilai-nilai akhlak mulia melalui pembiasaan berceritadi lingkungan keluarga.
Sejak berada dalam lingkungan keluarga, anak Indonesia harus dibekali nilai-nilai akhlak mulia.Mengingat, keluargamerupakan tempat pendidikan pertama dan utama.Keluarga merupakan wadah yang paling efektif dalam penanamandan pembinaan nilai-nilai akhlak muliaanak.Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak. Lebih dari itu, Azyumardi Azra dalam Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (1998 : 16) menegaskan bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam membentuk generasi muda muslim.
Pengalaman yang terjadi dalam keluarga merupakan proses pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya. Sikap keagamaan, akhlak, akal pikiran, tingkah laku sosial dan budaya anak banyak dibentuk oleh pendidikan dalam keluarga.
Penanaman sikap keagamaan, akhlak, akal pikiran, dan tingkah laku sosial kepada anakdalam suatu keluarga dapat ditempuh melalui ” PembiasaanBercerita Sebelum Tidur”. Bercerita merupakan salah satu teknik yang ampuh untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan kepribadian kepada anak.Nilai reiligius yang terdapat dalam cerita dapat membentuk manusia untuksenantiasa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Keimanan dan ketaqwaan sangat berperan di dalam mengembangkan aspek-aspek: (1) Keteguhan akan niat untuk melakukan tugas hidup sehari-hari, sebab hidup senantiasa dipahami sebagai suatu ibadah; (2) Memeperdalam keimanan kepada Allah Yang Maha Esa dan mempererat hubungan antara hamba dengan Khalik (Pencipta); (3) Keikhlasan di dalam melakukan sesuatu karena Allah, sebab semua yang dilakukannya senantiasa ditujukan hanya untuk Allah Subhanahu Wata’ala semata; (4) Kedisiplinan dalam beribadah, khususnya sholat yang dilaksanakan tepat pada waktunya, maupun disiplin dalam melaksanakan ibadah lain; (5) Memupuk kesabaran atas apa yang diperoleh sebagai konsekuensi dari perbuatannya, khususnya jika mendapatkan musibah ataupun menerima sesuatu yang tidak memuaskan; dan (6) Tawakkal yaitu menyerahkan semua persoalan hanya kepada Allah, sehingga beban yang berat akan terasa longgar dan ringan, sebab kita tahu bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Cerita juga bermanfaat untuk membangkitkan semangat anak, menambah nilai seni, melatih anak berbicara, dan memupuk rasa percaya diri anak.
Para orang tua bisa memilih dongeng sebagai bahan atau materi bercerita. Menurut Hibana S. Rahman dalam bukunya Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini  menyebutkan bahwa manfaat dongeng bagi anak adalah :
Pertama, mengembangkan fantasi: melalui dongeng anak dapat mengembangkan fantasinya yang luar biasa. Anak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh tertentu, atau minimal membayangkan bentuk tokoh dan suasana dalam cerita ; Kedua, mengasah kecerdasan emosional: melalui dongeng, emosi anak seolah-olah dipermainkan. Rasa sedih, takut, cemas, simpati, empati, dan berbagai jenis perasaan yang lain dibangkitkan. Hal ini akan berdampak positif untuk mengasah anak mengelola perasaannya, yaitu untuk tidak selalu larut dalam satu perasaan saja secara berlebihan;  Ketiga, menumbuhkan minat baca: melalui dongeng anak terdorong untuk mendapatkan cerita lain yang lebih kaya tanpa bergantung kepada orang yang bercerita. Jika anak telah menyenangi sebuah cerita, anak tidak akan sabar menunggu Anda untuk mendongeng yang lain, tetapi anak akan memenuhi kebutuhannya itu dengan membaca dongeng sendiri. Apabila hal ini terjadi secara berulang dan dalam jumlah anak yang besar, maka minat baca anak pun dengan sendirinya akan mengalami peningkatan; Keempat, membangun kedekatan dan keharmonisan: dengan mendongeng akan terjalin komunikasi dan hubungan secara verbal dan emosional. Anak merasa lebih dekat dan lebih mendapatkan perhatian dari Anda; Kelima, menjadi media pembelajaran: melalui dongeng anak dapat mempelajari apa saja. Ilmu pengetahuan yang rumit dapat disajikan dengan lebih ringan, menarik, dan menyenangkan melalui dongeng. Selain dongeng, sang orang tua bisa memanfaatkan naskah cerita sebagaibahanbercerita kepada anak. Para orang tua bisa memilih tema cerita yang sesuai dengan usia anak. Cerita juga bermanfaat untuk menumbuhkan semangat nasionalisme religius anak Indonesia.
Manfaat cerita adalah : (a). Cerita merupakan bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan, dan kesenangan; (b). Cerita bisa menimbulkan perasaan sedih, marah, bahagia, atau bahkan keheranan; (c). Cerita memberikan pengaruh pada pendengarnya karena cerita dapat mengasah rasa dan akal; (d). Cerita dapat dimanfaatkan sebagai pembinaan akhlak, moral dan pola pikir anak; (e). Cerita dapat memberikan pelajaran kepada anak untuk berkomunikasi dengan baik.
Pembiasaan Bercerita di Keluarga
Keluarga merupakan madrasah pertama dan utama bagi anak. Penanaman akhlak, kepribadian dan pembentukan karakter anak dimulai sejak anak hidup di lingkungan keluarga. Solusi tepat untuk Penanaman akhlak, kepribadian dan pembentukan karakter anak di lingkungan keluarga adalah pembiasaan bercerita sebelum tidur.
Kebiasaan bercerita di kalangan keluarga perlu dihidupkan kembali. Mengingat,kebiasaan bercerita di kalangan keluarga mendatangkan banyak manfaat.Kebiasaan bercerita sebelum tidur dapat membangun kedekatan dan keakraban antara orang tua dan anak. Keakraban antara orang tua dan anak akanmendatangkan rasa aman dan kasih sayang.Rasa aman dan kasih sayang dari orang tua merupakan bekal bagi sang anak untuk tumbuh menjadi anak yang memiliki pengendalian diri, percaya diri, dan penuh toleransi.
Bercerita dengan langkah yang tepat dan benar akan mengarahkan anak pada pemilihan tokoh yang baik dan berguna. Hal itu akan memberi ilham untuk menjadikan tokoh yang baik sebagai model. Penulis berharap agar nilai-nilai akhlak dan moral dalam dongeng atau ceritadihayati dandiamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh sang anak sehingga kelak sang anak tumbuh menjadi anak Indonesia yang berakhlak mulia.+

                                                                                                            ————- *** ————–

Tags: