Membangun Kerukunan Umat Beragama

Oleh :
Fajar Dwi Noviantoro
Mahasiswa Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Indonesia merupakan negara multikultural yang mempunyai keberagaman suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman ini, tercipta karena letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia mempunyai wilayah yang besar dan luas, dari sabang sampai merauke.

Indonesia juga mempunyai populasi penduduk hampir 270 juta jiwa. Tercatat Indonesia terdiri dari 17.504 pulau dengan memiliki keberagaman; 2.500 bahasa daerah, 1340 suku, 7241 budaya serta 6 agama. Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu hukum alam atau sunatulloh yang tidak bisa dipungkiri dan mutlak adanya. Keberagaman ini, juga sebagai ciri khas atau jati diri bangsa Indonesia yang membedakan dari bangsa lain, yang menjadi

Namun, keberagaman yang seharusnya menjadi potensi kekayaan tersendiri sering kali kita temui menjadi konflik atau permasalahan sosial bangsa. Banyak fenomena dan permasalahan sosial yang muncul yang dilatarbelakangi oleh perbedaan, terutama agama.

Dalam hal ini, memang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk dalam beragama. Menurut hukum, Indonesia mempunyai enam agama resmi dalam negara ini; Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keberagaman agama ini, memang dapat memunculkan potensi konflik dan bahkan disentigrasi bangsa, jika tidak ada kesadaran toleransi oleh setiap masing-masing individu dalam beragama. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua elemen masyarakat untuk saling berupaya menjaga integrasi bangsa Indonesia dengan menjaga kerukunan antar umat beragama.

Peran Ilmu Sosiologi Agama

Dalam hal ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan peranan keilmuan sosiologi agama sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan agama yang ada di Indonesia. Sosiologi agama merupakan ilmu yang membahas dan mempelajari tentang hubungan antara berbagai kesatuan masyarakat, sejarah, perkembangan agama dan peranan agama dalam masyarakat. Menurut Max Weber dan Emile Durkheim yang menjadi pencentus sosiologi agama sebagai suatu disiplin ilmiah, Sosiologi agama memandang agama sebagai fenomena sosial, bukan sebagai dogma atau ajaran moral. Dalam sosiologi agama, keyakinan kerohanian merupakan struktur sosial yang menciptakan integrasi sosial pada individu-individu di dalam masyarakat. Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan dan selalu berusaha untuk menentukan prinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat.

Karya-karya Weber dan Durkheim juga menjelaskan tentang sosiologi agama sebagai cara untuk memperoleh keterangan ilmiah tentang masyarakat beragama. Sosiologi agama menggunakan sudut pandang empiris dari ilmu sosial sebagai pendekatan ilmiahnya. Pendekatan sosiologi agama cenderung menggunakan kelebihan dan kekurangan pada suatu agama sebagai objek kajian. Objek kajian utama dalam sosiologi agama ialah hubungan antar individu dan antar kelompok di dalam organisasi keagamaan serta hubungan antara suatu organisasi keagamaan dengan organisasi keagamaan lainnya. Selain itu keilmuan ini, juga berfokus dengan menganalisis,menjelaskan dan meneliti fenomena-fenomena sosial, gejala-gejala sosial, dan masalah-masalah sosial yang ada di dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan agama.

Dalam analisis penulis, keilmuan sosiologi agama ini sangat cocok jika dapat diaplikasikan dalam masalah umat beragama yang ada di Indonesia. Menurut Keith A. Roberts kajian sosiologi agama memfokuskan terhadap kelompok-kelompok lembaga keagamaan, perilaku individu terhadap kelompok dan proses sosial yang mempengaruhi keagamaan. Metode penelitian sosiologi agama juga mempunyai kemampuan yang baik dalam memprediksi dan menginterpretasikan data yang menyangkut hubungan sebab akibat dalam aspek -aspek kehidupan manusia, sehingga hasil kajian dari keilmuan ini, dapat memberikan solusi dan sebagai acuan dalam perencanaan pemerintah untuk pengambilan kebijakan dalam membangun dan menjaga kesatuan kerukunan antara umat beragama di Indonesia.

Salah satu contoh fenomena agama yang sering terjadi dan ramai diperbincangkan masyarakat adalah diskriminasi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Kekerasan ini, cenderung dilakukan dengan perbuatan terorisme dan bom bunuh diri dengan mennghancurkan serta membinasakan suatu kaum. Dalam fenomena tersebut, dapat dilihat dengan kacamata keilmuan sosiologi agama. Pendekatan keilmuan ini, akan melihat bagaimana peran agama dalam tindakan individu atau kelompok. Apakah ada penyelewengan doktrin atau ajaran agama dalam hal tersebut, karena pada dasarnya agama merupakan interpretasi dari Tuhan, yang selalu mengajarkan kasih sayang, perdamaian dan menyatukan umat manusia. Selain itu, sosiologi agama juga melihat bagaimana hubungan individu dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok keagamaan yang lain.

Oleh karena itu, peran keilmuan Sosiologi agama sangat penting digunakan dalam melihat dan menganalisis suatu fenomena secara mendalam. Sehingga hasil kajian dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat, khususnya masalah agama.

Rate this article!
Tags: