Membangun Komunikasi Keluarga dan Remaja

Oleh :
Titik Kusminarwati,S.Pd
Guru IPA SMP N 6 Kota Mojokerto
Keberadaan geng atau kelompok remaja ingusan yang belakangan ini makin marak diberitakan semakin membuat kita semua miris aktivitas mereka yang notabene masih pelajar sudah sangat meresahkan yang ini kedapatan terindikasi melakukan aksi tawuran minum-minuman keras dan aktivitas yang tak karuan untungnya. Salh satu kasus yang terjadi pada Jumat 7 Februari 2020 puluhan remaja bersenjata tajam diduga hendak tawuran di Simpang 4 Ngaglik Surabaya dibubarkan. Mereka juga anggota gangster yang selama ini meresahkan para pengguna jalan dan warga sekitar remaja itu diamankan satpol PP Kota Surabaya sekitar pukul 12.30 WIB dari sekitar 64 yang berkumpul di lokasi 3 anak dibawah umur di antaranya berhasil diciduk (Kompas 6 Februari 2020).Anggota geng yang terlibat dan ditangkap yang berusia 17 ke atas diadili dan dijatuhi hukuman sedangkan yang masih dibawah umur diminta untuk menandatangani pernyataan tidak mengulangi perbuatannya di depan walikota.
Mengenal Keunikan Remaja
Secara psikologis usia remaja berada pada fase pencarian jati diri ingin diterima dan merasa sama dengan teman-temannya merupakan bagian normal dari perkembangan emosi remaja. Itu sebabnya pengaruh “geng teman” alias peer group sangat kuat pada remaja, yang akan membuat remaja memiliki kepribadian (pola pikir dan pola sikap) yang relative sama dengan peer group nya. Dalam hal, pakaian, tas, lagu, film, kesukaan akan cenderung sama. Demikian juga gaya bicara, tingkah laku bahkan hal-hal yang sebenarnya tidak dia sukai ( karena melanggar aturan, atau bertentangan dengan nilai-nilai yang telah di tanamkan di rumah) dia akan berusaha beradaptasi demi kesamaan dengan ciri khas geng nya. Mereka menganggap kelompok geng sebagai sebuah media untuk memuaskan kebutuhan mereka dalam menegaskan eksistensi diri. Mereka dapat saling memberikan perlindungan, kebersamaan, dan kesempatan untuk mendapatkan kegembiraan dan kesenangan.
Bagi remaja kegiatan di lingkungan teman-temanya menjadi faktor paling dominan di banding lingkungan yang lain. Bahkan banyak remaja lebih percaya kepada teman dekatnya di banding dengan ayah ibunya., karena menganggap teman dekatnya lebih bisa memahami masalahnya, lebih bisa empati, lebih pas ketika memberi solusi atas permaslahan yang sedang menderanya. Kalau teman yang di percaya itu teman “curhat” yang mampu membawa pada solusi yang benar, maka akan selamat , namun kalau tidak maka akan menjadi malapetaka. Sehigga kadang sering terjadi seorang remaja yang di hadapan ibu dan ayah nya tampak baik ternyata orangtuanya di kejutkan dengan perilaku anaknya di luar rumah yang terlibat narkoba
Penulis sangat mengapresiasi langkah yang di ambil oleh Bu Risma sebagai walikota . Penambahan CCTV di harapkan mampu untuk memantau dan mengontrol pergerakan gang remaja ini. Dan dengan melibatkan dinas terkait (satpol PP) di harapkan bisa mengurangi aksi-aksi anarkis yang di lakukan geng remaja yang mengarah pada tindakan kriminal itu. Namun perlu juga di sertai pembinaan secara berkala melalui dinas terkait misal KPAI, dinas sosial untuk para orang tua maupun kepada remaja melalui sekolah.
Menggunakan Media Sosial
Apalagi di saat kecanggihan teknologi yang sangat pesat, media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar. Media sosial memiliki dampak baik dampak positif maupun dampak negative. Remaja yang bijak dia akan lebih banyak menggunakan media sosial untuk mengembangkan bakat positif nya. Namun mereka yang belum bijak akan menggunakan media sosial untuk kesenangan saja, tidak jarang merka berselancar mencoba hal-hal yang meanatang di dunia maya, yang sering kali berakibat fatal. Beberapa kasus yang pernah di ungkap di media cetak maupun elektronik, seperti di temukannya prostitusi online yang melibatkan remaja. Komunitas gay, menjadi bukti tak terbantahkan akan pengaruh media sosial ini. Sedikit vulgar, muncul istilah baru di kalangan mereka seperti “sugar baby” sebutan yang di peruntukan bagi remaja putri yang menjadi simpanan para laki-laki yang lemah iman. Remaja perlu di bimbing dan di arahkan dalam menggunakan media sosial, jangan sampai media sosial ini menjadi boomerang bagi remaja. Dilema juga untuk menjatuhkan sanksi pada mereka ketika geng ini melakukan tindak anarkis yang mengarah pada kriminalitas. Mereka tidak bisa di jerat dengan UU kriminalitas. Keberadaaan mereka yang masih di anggap anak-anak menurut UU Perlindungan anak, akan sulit memberikan hukuman yang memberi efek jera. Kadang hukuman fisik tidak akan membuat mereka jera, justru sebaliknya mereka akan merasa “wah”.
Komunikasi Efektif Orangtua
Menurut penulis yang di butuhkan para remaja saat ini adalah bimbingan dan arahan dari keluarga, sekolah dan Negara. Bimbingan tentang hakikat hidup di dunia. Di tataran keluarga dan sekolah, sangat penting menanamkan dasar-dasar kepribadian, hakikat hidup, dan tantangan hidup kedepan yang di landasi keimanan terhadap Pencipta. Penanaman aqidah yang benar dari keluarga sangat penting. Sehingga harapan kita, pada fase remaja sudah memiliki sensitivitas, yang mampu menyaring, segala hal yang terkesan menyenangkan namun pada hakikatnya melenakan bahkan membawanya pada kehancuran. Orang tua dan guru harus memiliki waktu yang selalu ada untuk mereka untuk senantiasa menjalin komunikasi untuk menyamakan sudut pandang permasalahan. Selalu membuka komunikasi, dengan tidak bersikap menghakimi atau mengkritik pilihan anak. Orang tua dan guru harus mampu memahami karakter remaja yang seperti itu. tidak suka di atur, lebih bijaksana mengajak mereka berfikir, sangat penting untuk mendengarkan apapun yang mereka lakukan. Menjadi sahabat yang menyenangkan bagi mereka, sehingga anak-anak akan mempercayakan apa yang menjadi solusi masalahnya itu ke orang tuanya. Anak-anak akan menjadikan orang tua itu sebagai rujukan pertama dalam mengambil keputusan.Orang tua dan guru hendaknya mampu menjadi pendengar, fasilitator, memberikan gambaran-gambaran yang benar terkait dengan segala tindakan yang akan di ambil oleh anak-anaknya.
Terakhir yang harus selalu tertancap pada diri kita orang tua dan guru, bahwasanya remaja sebagai asset bangsa, penerus estafet kepemimpinan , jangan sampai asset ini rusak di rusak oleh keteledoran kita dalam membimbing, mendidik dan mengarahkan dengan pendidikan yang benar.Yuk, mari mendidik para remaja dari keluarga kita#.
————- *** —————-

Tags: