Membangun KRPL Perkotaan dengan Sistem Hidroponik

hidroponikOleh  :
Yoso Susriarto
Komunitas Hidroponik Surabaya (KHS)

“Teknologi pertanian hidroponik  yang semakin berkembang sekarang ini, memungkinkan masyarakat yang tinggal
di perkotaan bisa memproduksi sayuran sendiri dan tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu”
Kebutuhan masyarakat akan sayuran segar yang bebas pertisida semakin meningkat, khususnya masyarakat yang tinggal di perkotaan. Keterbatasan lahan di perkotaan menjadi kendala bagi masyarakat perkotaan untuk bisa memproduksi sayuran sendiri, sedangkan kebutuhan konsumsi sayuran semakin banyak.Jalan pintas yang diambil untuk bisa mendapatkan sayuran segar yang benar-benar bebas pestisida adalah membeli sayuran segar di supermarket, walaupun harganya cukup mahal, tetapi sayuran tersebut ada jaminan bebas pestisida.
Teknologi pertanian yang semakin berkembang sekarang ini, memungkinkan masyarakat yang tinggal di perkotaan bisa memproduksi sayuran sendiridan tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu. Salah satu teknologi tersebut adalah hidroponik, yaitu sistem bercocok tanam tanpa tanah.
Di daerah perkotaan dengan lahan yang terbatas dan sudah berupa bangunan, dapat diciptakan suatu kawasan pertanian dengan sistem tanam hidroponik. Dengan kesadaran masyarakat perkotaan yang tinggi akan sayuran segar yang bebas pestisida tersebut, sumberdaya manusia dan pekarangan yang tersedia dapat dioptimalkan untuk membangun Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Perkotaan. Rumah Pangan Lestari adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Skalanya bisa mulai dasa wisma, RT, RW, gang, maupun sampai kelurahan.
Salah satu upaya untuk membangun KRPL Perkotaan dengan mengintensifkan pemanfaatan pagar hidup, tepi jalan, di sekitar fasilitas umum (balai RT/RW, sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil. Prinsip dasar KRPL Perkotaanadalah pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan. Selain untuk menyediakan pangan/sayuran segar yang bebas pestisida, KRPL juga dapat menjaga kelestarian dan keasrian serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkotaan apabila produksi pangan tersebut berlebih.
Hidroponik (Hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Hidroponik dikembangkan pertama kali di Amerika pada tahun 1900-an.
Beberapa kelebihan sistem hidroponik antara lain hidroponik dapat menghemat tempat, meminimalkan masalah yang berhubungan dengan pertanian, penyakit yang berasal dari tanah tidak akan menyerang karena bertanam hidroponik tidak menggunakan tanah, nutrisi atau pupuk yang diperlukan oleh tanaman dapat kita atur, konsumsi air relatif lebih sedikit, tidak ada gulma dan tumbuhan pengganggu yang mencuri persediaan air/nutrisi.
Karena sistem hidroponik tidak menggunakan tanah, maka media tanamnya menggunakan bahan selain tanah baik yang organik maupun anorganik. Bahan-bahan media tanam/tumbuh yang organik bisa menggunakan arang sekam, cocopeat,  serbuk kayu,  akar pakis, vermikulite dan lain-lain. Sedangkan bahan anorganik bisa menggunakan spons, perlite, clay granular,  rockwool,  kerikil pasir,  batu bata, batu apung, kerikil zeolit,  hydroton dan lain-lain.
Teknik-teknik yang digunakan dalam sistem hidroponik antara lain Floating (rakit apung), wick system, Nutrient Film Technique (NFT), Aeroponic, Fertigasi, dan lain-lain. Pada prinsipnya, teknik hidroponik menggunakan teknik larutan nutrisi/pupuk statis dan teknik larutan nutrisi/pupuk mengalir.
Nutrisi/pupuk yang digunakan dalam bercocok tanam hidroponik mempunyai peran yang sangat penting, karena media tanam yang digunakan tidak mempunyai unsur hara. Unsur hara tersebut diperoleh dari nutrisi yang dilarutkan di dalam air tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berhidroponik antara lain pH larutan nutrisi, suhu larutan nutrisi dan kecukupan sinar matahariserta ketersediaan nutrisi yang terlarut di air. Ketersediaan larutan nutrisi tersebut harus dijaga agar kebutuhan tanaman untuk tumbuh tidak mengalami kekurangan atau kelebihan. Dalam berhidroponiksecara berkala harus melakukan pengecekan dengan menggunakan TDS/EC meter, pH meter maupun termometer. Apabila berlebihan atau kekurangan, maka perlu dilakukan penyesuaian agar pertumbuhan tanaman bisa optimal.
Untuk menekan biaya, bercocok tanam dengan hidroponik bisa menggunakan barang-barang bekas, misalnya gelas dan botol air mineral, bekas ember plastik, styrofoambekas bungkus buah, dan lain-lain. Tetapi bila ada biaya bisa menggunakan paralon PVC, talang plastik, gully dan berbagai media yang bisa menyimpan maupun mengalirkan nutrisi.
Membangun KRPL di perkotaan dengan sistem hidroponik, memerlukan manajemen dan kesadaran dari semua pihak agar benar-benar bisa memproduksi sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran buah serta buah segar seperti melon, semangka. Produksi hidroponik tersebut dapat di konsumsi sendiri maupun di jual apabila produksinya melimpah sehingga ada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan membangun KRPL Perkotaan dengan sistem hidroponik.
Pemerintah memegang peranan penting untuk terciptanya KRPL Perkotaan tersebut. Mengingat teknologi hidroponik ini belum dikenal masyarakat luas, maka perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan hidroponik ini agar masyarakat bisa melakukan kegiatan tersebut secara mandiri maupun berkelompok.

——————– *** ———————

Tags: