Membangun Smelter Jawaban Tepat Larangan Ekspor

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Jakarta, Bhirawa.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan tidak setuju ekspor bahan mentah khususnya Minerba (mineral dan batubara) seperti emas/perak/tembaga, bauksit. Sebab selain tidak sejalan dengan amanat UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Tambang Minerba, ekspor bahan mentah juga sama dengan menjual Tanah Air. Membangun smelter fasilitas pengolahan dan pemurnian bahan tambang mineral, adalah jawaban tepat untuk larangan ekspor bahan mentah mineral.
“Pembangunan smelter untuk jangka pendek memang tak nampak mendatangkan untung karena tak memberikan hasil seketika. Namun dalam jangka panjang keuntungan jelas yakni nilai tambah barang olahan  Di samping penyerapan tenaga kerja di tempat smelter dibangun,” ungkap Zulkifli Hasan, Selasa (26/5).
Seperti diketahui, larangan ekspor bijih bauksit lewat Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah lewat Pengolahan dan Pemurnian Mineral, telah menghilangkan pendapatan dari industri bauksit senilai Rp 22 triliun per tahun, dan PHK 40.000 pekerjanya. Sementara untuk membangun smelter dibutuhkan dana besar sekitar Rp 7 triliun untuk kapasitas 1 juta ton biji bauksit. Dana sebesar itu sulit dimiliki pengusaha bauksit dalam negeri, kecuali pemerintah turun tangan.
Permen ESDM tersebut dianggap datang tiba-tiba oleh kalangan industri bauksit sehingga sulit dipenuhi. Namun diharapkan pemerintah mengimbangi dengan membantu percepatan pembangunan smelter bagi yang mampu. Sebab kebutuhan dalam negeri pada aluminium pada 2015 ini  mencapai 800.000 ton. Jumlah itu bisa melonjak sampai 2,3 juta ton pada 2025 nanti.
Dari Kemenkeu didapat data per tumbuhan ekonomi saat ini hanya 4,71 % dan ekspor tumbuh negatif yakni minus 0,5%. Ketergantungan pada komoditas membuat Indonesia tidak siap menghadapi fluktuasi ekonomi. Melambatnya ekspor  disebabkan melemahnya pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama, yakni Tiongkok.
Sementara dari BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) didapat data, sejak Oktober 2014 minat investasi mencapai nilai 150 miliar dollar AS. Teridentifikasi 5,2 miliar dollar di antaranya termasuk investasi kategori serius. Investor terbesar asal Tiongkok dengan nilai investasi sekitar 80,4 miliar dollar AS. Lalu investor Korea Selatan senilai 9,7 miliar dollar AS, investor Jepang senilai lebih dari 5 miliar dollar AS dan Taiwan 30 juta dollar AS. [ira]

Tags: