Membayar Janji Politik Memakmurkan Wong Cilik

Dr H Soekarwo

Peringatan HUT ke 73 Provinsi Jatim
Pemprov, Bhirawa
Langkah mendongkrak sektor ekonomi melalui jalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak lepas dari tekad Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim membayar janji politiknya. Sepanjang dua kali kepemimpinan Dr H Soekarwo, semangat yang diusung adalah membantu kelompok yang kalah dalam pertarungan efisiensi.
“Saya harus mempertanggungjawabkan janji makmur bersama wong cilik. Karena itu, selama dua kali penyusunan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) kita semangat yang diusung adalah memakmurkan wong cilik,” tutur Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Jatim, Kamis (11/10).
Pakde Karwo memandang, bahwa pemerintah harus hadir serta mengintervensi terhadap masyarakat bawah atau wong cilik. Bentuk intervensi tersebut membuktikan bahwa Jatim adalah provinsi yang bukan menganut sistem liberal. “Pemerintah itu melakukan fasilitasi, membantu yang sulit dalam menghadapi ekonomi. Jatim tidak menganut faham liberal dalam ekonomi,” tegas dia.
Pemprov Jatim, lanjutnya terus melakukan intervensi terhadap wong cilik melalui berbagai cara antara lain pemberian suku bunga murah dan memberikan stimulus kredit murah dengan metode loan agreement melalui perbankan. “Inilah keberpihakan kita yakni makmur bersama wong cilik. Yang kalah dalam pertarungan pasar harus kita support dan intervensi dari pertarungan pasar bebas,” kata dia.
Pemilihan loan agreement sebagai dukungan pemerintah terhadap masyarakat adalah bagian dari pengalaman pemerintah yang kerap gagal dalam mengintervensi masyarakat. “Kita pernah memberikan bantuan berupa sapi, dua tahun setelah diberikan sapinya jadi sepeda motor. Makanya kita menggunakan sistem perbankan, sehingga yang menagih adalah penyelia,” ungkap Pakde Karwo.
Dalam perkembangannya, Jatim saat ini telah menjadi provinsi industri kedua setelah Jawa Barat. Pakde menyebutkan, rancangan provinsi industri Jawa Barat telah dimulai sejak 1970. Sementara di Jatim, gagasan tentang provinsi industri dimulai pada era 1988 hingga 1993. Pada saat ini, pusat industri mulai dibangun pada segitiga emas Jatim. Yakni, Surabaya, Mojokerto dan Malang. “Waktu itu dimulai oleh Pak Larso (Gubernur Jatim), kemudian dilanjutkan oleh Pak Basofi dan terus hingga Pak Imam Utomo,” tutur dia.
Saat ini, dengan potensi dan kultur Jatim yang semula agraris telah bergeser menjadi provinsi industri. Karena itu, desain yang dikembangkan adalah desain agroindustri dan agrobisnis. “Kemudian kita mulai dengan membangun Jemundo (Puspa Agro). Meskipun gagal, tapi baik. Karena dalam perkembangannya, penjualannya menggunakan digital,” tutur dia.
Akhirnya, keberpihakan terhadap wong cilik itu terbukti dengan beragam keberhasilan dan pencapaian. Salah satunya yang cukup penting adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, tidak berpengaruh terhadap disparitas sosial. Batas disparitas itu tidak menganga semakin besar.
“Jadi, orang yang kenyang itu lebih mudah diajak bicara. Entry point dari itu adalah demokrasi baru bisa dijalankan ketika ekonomi berjalan dengan baik,” pungkas dia. [tam]

Tags: