Membendung Hoax Politik

Oleh :
Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP, Universitas Muhammadiyah Malang.

Semakin mendekati waktu pencoblosan pada 17 April mendatang, peredaran berita bohong (hoax) semakin masif. Kedua kubu pasangan capres cawapres harus ekstra keras membendung munculnya hoax politik. Entah dari mana datangnya hoax politik itu, yang jelas munculnya hoax sangat mengganggu kedamaian jelang pencoblosan pilpres dan pileg mendatang. Hoax muncul jadi semacam amunisi untuk menyerang lawan. Agar pilpres dan pileg berjalan berkualitas, peredaran hoax politik harus dibendung.
Beberapa pihak telah menjadi sasaran hoax politik. Bukan saja pasangan capres cawapres, Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik pusat maupun daerah juga tidak lepas dari serangan hoax. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga jadi sasaran peredaran hoax politik ini. Kemunculan hoax semakin membuat gaduh masa kampanye ini. Kemunculan hoax berkontribusi dalam mendegradasi kualitas pelaksanaan kampanye dan pemilu. Ramainya hoax bisa memicu apatisme politik di kalangan masyarakat.
Narasi-narasi hoax diproduksi dan disebarkan dengan leluasa lewat media sosial (medsos). Melalui medsos, hoax bisa viral menyebar tanpa diketahui siapa pembuatnya. Melalui medsos, sang produsen hoax bisa menampilkan diri secara tidak asli (anonim) melalui beragam akun medsos yang fiktif. Kondisi ini semakin diperparah oleh sikap sebagian masyarakat yang dengan gampang turut menyebarkan beragam kabar yang belum jelas kebenarannya. Masyarakat perlu terus dibekali kemampuan melek media dan melek politik yang memadai. Masifnya peredaran hoax menuntut peran aktif masyarakat guna turut membendung laju hoax ini.
Ancaman Pemilu
Hoax bisa menjadi ancaman bagi demokrasi. Bagaimana tidak, sebuah kebohongan dipaksakan untuk dipercayai sebagai sebuah kebenaran. Kebenaran yang sesungguhnya telah dikaburkan dan justru kebohongan diviralkan dan disampaikan berulang-ulang hingga menjadi pendapat umum bahwa yang bohong itu seakan menjadi sebuah kebenaran. Dalam pilpres, munculnya kebohongan politik bisa memecah belah persatuan bangsa. Hoax politik dapat mengancam pelaksanaan pemilu sebagai perwujudan demokrasi.
Pada masa kampanye politik saat ini munculnya hoax politik bisa digunakan sebagai sarana untuk menyerang lawan. Berita yang tidak jelas kebenarannya sengaja dihenbuskan untuk merusak citra sosok tertentu. Kompetisi dalam kontestasi pilpres dan pileg menjadi tidak sehat karena yang muncul justru saling menjelekkan lawan dengan mencari sisi-sisi buruknya bahkan lewat kebohongan sang lawan politik berusaha dijatuhkan. Kampanye politik menjadi tidak bermutu karena banyak diwarnai dengan munculnya hoax.
Pada pilpres 2014 silam, muncul hoax politik seperti yang disebar tabloid Obor Rakyat yang mendiskreditkan pasangan capres tertentu. Kasus lainnya yang menonjol adalah munculnya kelompok Saracen. Kelompok ini menggunakan ribuan akun medsos untuk menyebar kebencian terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Pada pilpres 2019 ini, muncul juga beragam hoax politik yang cukup menghebohkan misalnya hoax tentang tujuh kontainer kertas suara yang sudah dicoblos.
Munculnya hoax politik bisa sangat berpengaruh pada calon pemilih. Seperti yang terjadi dalam pilpres Amerika Serikat. Dalam kontestasi pilpres Amerika beberapa waktu silam, untuk mengalahkan Hillary Clinton, Donald Trump menggunakan peran signifikan beredarnya hoax untuk memengaruhi pendapat pemilih. Seperti telah banyak dianalisa dan diberitakan media, Trump sengaja menggunakan hoax untuk mencipta opini baik tentang dirinya dan merubah sikap pemilih hingga mendapat dukungan. Alhasil, cara ini terbukti berhasil membawa Trump melaju menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terdapat 62 konten hoax tersebar di internet dan medsos sejak Agustus hingga Desember 2018. Temuan Kepolisian Daerah Jawa Timur telah membongkar ribuan akun medsos yang menyebarkan hoax terkait penyelenggaraan Pilpres 2019. Tim Siber Polda Jawa Timur telah membongkar 32 akun medsos penyebar hoax politik. Salah satunya hoax tentang puluhan juta warga Tiongkok masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019.
Hoax muncul secara lebih leluasa lewat medsos. Media yang digandrungi banyak orang utamanya para milenial ini memang menjadi sarana penyebaran hoax yang ampuh. Namun akhir-akhir ini hoax politik juga muncul melalui cara konvensional yang disampaikan dari pintu ke pintu. Munculnya emak-emak simpatisan pasangan capres tertentu yang kampanye hitam door to door merupakan salah satu contoh bagaimana hoax politik menyebar lewat beragam cara.
Literasi Politik
Literasi politik sangat penting artinya untuk membentengi masyarakat dari gempuran hoax politik. Melalui kemampuan masyarakat yang melek politik juga mampu digunakan untuk membendung hoax politik yang terus berseliweran. Melalui kemampuan literasi politik masyarakat akan bisa memilah mana saja informasi politik yang benar dan mana pula yang hoax. Masyarakat yang melek politik akan sulit dipengaruhi oleh munculnya hoax politik yang menyesatkan.
Meningkatkan kemampuan masyarakat agar melek politik sangat urgen terutama untuk membendung maraknya hoax politik. Hoax sangat berbahaya terhadap proses pemilu. Hoax bisa merusak kepercayaan publik terhadap proses pemilu dan pada akhirnya mendelegitimasi hasil pemilu. Bahaya hoax inilah yang harus dipahami dan disadari oleh masyarakat. Untuk itu bagi para simpatisan pasangan capres cawapres tertentu harus mampu berfikir jernih dan tidak hanya mengandalkan fanatisme buta yang bisa turut menyetujui hoax yang menyerang pasangan lawan.
Bagi para politisi juga hendaknya memberi pendidikan politik yang baik pada masyarakat. Apa yang dicontohkan oleh para politisi bisa menjadi sarana literasi politik yang baik. Untuk itu para politisi hendaknya tidak lagi menyebar narasi-narasi politik kebohongan. Para politisi harus selalu menebar narasi kebenaran dan kejujuran, walaupun cara itu mungkin tidak berdampak signifikan dalam pemilu, karena masyarakat sudah terlanjur biasa disuguhi kebohongan dan kepura-puraan.
Tekad semua pihak untuk bersama membendung hoax politik akan bisa menyelamatkan demokrasi dan jalannya pemilu mendatang. Kita harus menolak hoax yang bertujuan untuk menjatuhkan atau mendegradasi reputasi pemerintah. Kita juga harus tegas melawan hoax yang mendelegitimasi penyelenggara pemilu. Sebanyak dan sepandai apapun orang membuat dan menebar hoax kalau masyarakat punya kemampuan membendung hoax maka dengan sendirinya hoax itu akan kalah dan sirna.
Hoax politik adalah musuh bersama. Pembuat dan penyebar hoax adalah orang-orang jahat yang berniat mengganggu tahapan pemilu. Keberadaan mereka tidak bisa ditoleransi dan harus ditangkap. Hoax politik harus dibendung tidak saja oleh masing-masing tim kemenangan capres cawapres, namun perlu menjadi komitmen semua pihak. Masyarakat, ulama, figur publik, artis, para sosok berpengaruh (influencer), dan semua elemen bangsa berkewajiban melawan peredaran hoax politik ini.

———– *** ———–

Rate this article!
Membendung Hoax Politik,5 / 5 ( 1votes )
Tags: