Membentuk Karakter Siswa Melalui Permainan Tradisional

Beberapa siswa kelas VI SDN Rejosalam I saat menyiapkan permainan untuk mengisi jam istrihatnya.

Kabupaten Pasuruan, Bhirawa
Seiring kemajuan zaman, permainan tradisional banyak ditinggalkan, bahkan sebagian anak tidak mengenal lagi ragam permainan tradisional. Anak-anak lebih menyukai bermain gadget di dalam ruangan, ketimbang bermain bersama teman-temannya. Padahal, permainan tradisional sarat dengan filosofi yang mendukung pembentukan karakter anak.Berbagai upaya dapat dilakukan agar permainan tradisonal tetap lestari. Salah satu yang dilakukan oleh siswa SDN Rejosalam I Pasrepan, Kab Pasuruan. Kamis (21/03) jam istirahat mulai berbunyi, sorak sorai siswa dari berbagai penjuru kelas menyambut jam istirahat, saatnya murid-murid beristirahat melepas lelah sejenak. Tidak satupun siswa memegang gawai atau gadget saat jam istirahat. Tampak beberapa siswa menyiapkan permainan untuk mengisi jam istrihatnya, seperti yang dilakukan oleh siswa kelas VI SDN Rejosalam I.
Wali kelas VI Yulia Nuryani Candra, S.Pd menjelaskan, siswa kelas VI beritikad untuk membeli alat-alat permainan tradisional dari uang kas yang mereka kumpulkan setiap Jumat, selain untuk membeli buku cerita. Berbagai alat permainan tradisional tersedia di kelas ini, seperti dakon, bekel, rujakan, gasing, lompat tali, egrang.
“Pembiasaan permainan tradisonal di sela-sela jam istirahat bertujuan agar warisan budaya ini tetap lestari, selain itu agar siswa dapat bersosialisasi dengan sesama teman,” kata Yulia sambil menemani muridnya bermain.
Salah satu permainan yang memberi banyak manfaat adalah dakon. Pemainan dakon memiliki filosofi belajar berhitung, yang dapat mengenalkan konsep bilangan dan menghitung. Selain itu mengajarkan hidup juga harus hati-hati dalam melangkah. Permainan dakon dilakukan oleh dua orang, menggunakan papan kayu dengan 14 cekungan kecil dan 2 cekungan besar, serta 98 biji dakon. Di akhir permainan, siapa yang paling banyak mempunyai biji di cekungan besarnya dialah pemenang.
“Horee, aku menang…aku dapat 60, sedangkan Izah 48.” Seru Rizky sambil menghitung biji dakon dari cekungan besar miliknya.
Indonesia sebagai Negara yang kaya akan warisan budaya dari berbagai penjuru daerah, yang merupakan potensi lokal yang patut dilestarikan, salah satunya permainan tradisional. Menurut Nur Achwani, selaku Kepala Sekolah SDN Rejosalam I. Jika dibandingkan antara permainan modern dengan permainan tradisional banyak sekali perbedaannya.
Salah satunya adalah dengan permainan dakon melatih siswa untuk tekun, kejujuran, berhitung, berinteraksi sosial, kerja sama, belajar kreatif, melatih emosi, toleransi, empati terhadap orang lain dan melatih sikap sportif. Sikap tersebut secara tidak langsung memperkuat karakter anak bangsa, yang berguna bagi siswa dalam mengahadapi derasnya arus globalisasi nantinya. [Yulia Nuryani Candra, S.Pd, SDN Rejosalam I Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan]

Tags: