Memberi Kesempatan Siswa Inklusi Ikuti UNBK

Berbekal Tes Psikologi, Bertekad Ikuti Ujian Seperti Teman-teman
Kota Surabaya, Bhirawa
Ujian Naional Berbasis Komputer (UNBK) menjadi kewajiban sekaligus hak bagi setiap peserta didik di sekolah. Senin (26/3) kemarin, seluruh siswa SMK mengikuti ujian tersebut dengan suka cita. Tak terkecuali para siswa di SMKN 6 Surabaya, kesempatan untuk mengikuti ujian juga diberikan kepada siswa disabilitas.
Hanya dengan bisa mengikuti UNBK, Febriyanti Ayu Chusnul sudah merasa bahagia. Sebab, keikutsertaannya dalam UNBK tidak secara otomatis. Maklum, Febriyanti tercatat sebagai salah satu siswa dengan kategori slow learner. Dia harus berjuang mengikuti tes psikologi terlebih dahulu sebelum dinyatakan bisa mengikuti UNBK.
“Bangga bisa ikut UNBK jadi seperti teman regular. Merasa diterima dan membaur,”ungkap siswa jurusan kecantikan rambut di SMKN 6 tersebut usai mengikuti UNBK di sesi kedua.
Febri sangat berharap dengan ia mengikuti UNBK, peluang untuk mendaftar ke perguruan tinggi bisa terbuka lebar. “Sejak masuk SMK saya baru bisa membaur di masyarakat. karena saya sudah bisa memotong rambut jadi punya keahlian bisa dipraktekkan sama orang sekitar ruman,” terang dia.
Sementara itu, Guru Pendamping Khusus (GPK) SMKN 6 Surabaya, Leni Laraswati mengatakan sejumlah siswa inklusi yang dinyatakan tidak mampu mengikuti ujian nasional karena kondisin yang tidak stabil dalam ruangan. Biasanya, mereka (siswa inklusi,red) memiliki kecenderungan ganda seperti autis di samping slow learner. “Jadi sempat di tes juga banyak yang tantrum dan gelisah saat mengerjakan soal ujian diruangan,”ujar dia.
Maka dari itu, untuk mengatasi persoalan tersebut, pihaknya telah berdiskusi dengan orangtua siswa saat tes dengan psikolog dilakukan. hal itu sebagai salah satu cara untuk melihat kesiapan siswa inklusi dalam mengikuti UNBK. Sebab, menurut dia selama pembelajaran berlangsung, siswa inklusi cenderung lebih menyukai praktik dibanding pemaparan materi.
“Karena komunikasi sudah terjalin dan ada tesnya juga, jadi mereka (orangtua) paham akan kemampuan anaknya dan bisa didukung di lingkungan rumah,”papar dia.
Wakil Kepala SMKN 6 bidang Kurikulum, Rudiyati menambahkan dari total 15 siswa berkebutuhan khusus hanya empat siswa yang dinyatakan bisa mengikuti ujian nasional. Hasil itu didapat setelah pihaknya melakukan tes psikologi. Mereka yang mengikuti UNBK berasal dari jurusan Jasa Boga dan Kecantikan.
“Tahun ini jumlah siswa yang mengikuti UNBK sebanyak 822 dari delapan jurusan. Sedangkan yang ikut ini (UNBK,red) kebanyakan dari kategori slow learner karena selama ini kami baru bisa memfasilitasi anak inklusi yang slow learner”jelas dia.
Ke empat siswa tersebut, lanjut dia, juga mengikuti ujian sekolah setelah mendapat rekomendasi psikolog. Karena siswa inklusi tidak diwajibkan mengikuti ujian dengan menggunakan komputer. sedangkan siswa inklusi lainnya akan mengikuti ujian khusus anak inklusi dengan berbasis kertas dan pensil (UNKP).
Kendati tidak lagi menjadi penenti, Namun Rudiyati mengatakan jika sebagai tenaga pendidik pihaknya tetap memberikan motivasi agar siswa tahu kemampuan dirinya.
“Kami terus memotivasi mereka untuk terus belajar. Apalagi kami ada bimbel dan doa bersama. Gladi bersih dan simulasi sudah kami ikuti semua. Karena kami mempunyai 225 unit komputer dan 2 komputer cadangan kami menggunakan tiga sesi,”katanya.
Sementara itu, Kebid Pembinaan SMK Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Suhartono menuturkan jika tahun ini UNBK di jenjang SMK negeri dan swasta di Jawa Timur diikuti sebanyak 16 siswa inklusi dengan kategori yang berbeda-beda. Mulai dari tuna rungu hingga slow learner. Sedangkan 51 siswa inklusi mengikuti ujian berbasis kertas dan pensil. Karena berkebutuhan khsusu dengan kategori low vision, sakit dan tuna netra.
“Untuk siswa ABK ini memang tidak wajib karena kan UNBK bukan lagi jadi penentu. Tapi kalau mereka mampu ya kami fasilitasi,”tutur dia.[Diana Rachmatus Sholicah]

Tags: