Membiasakan Anak Menulis Sejak Dini

Oleh :
Dra Farida Hanum MPd
Guru DPK di MI. Asasul Huda Randegan Tanggulangin Sidoarjo 

Pemerintah sedang gencar-gencarnya menggelorakan gerakan literasi sekolah (GLS) yakni sebuah gerakan yang mengajak siswa menjadi sosok anak yang literat. Gerakan moral dan sekaligus gerakan kultural yang diharapkan mampu menjadikan anak-anak bangsa terbiasa membaca dan dijadikan sebagai suatu kebutuhan serta gaya hidup mereka.
Seperti di negara-negara maju layaknya Jepang atau Korea Selatan. Anak literat tidak hanya cakap membaca dan menulis saja, tapi diharapkan anak mampu menghadapi tantangan berat di era digital dengan mampu melahirkan karya-karya baru melalui kecanggihan tehnologi. Sehingga anak tidak hanya menjadi pengguna pasif dari kecanggihan tehnologi, tapi merupakan pengguna yang aktif yang bisa memanfaatkan tehnologi tersebut sebagai sarana mengembangkan gerakan literasi baik di rumah maupun di sekolah.
Education Development Center (EDC) mendefinisikan literasi bukan hanya sekadar kemampuan baca-tulis. Lebih dari itu, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia. Namun, seiring dengan perjalanan waktu orang banyak yang salah kaprah dalam mendefinisikan literasi entah itu dikarenakan faktor ikut-ikutan atau efek viral di media sosial sehingga literasi mengalami perjalanan yang salah arah atau disorientasi, menurut mereka gerakan literasi adalah gerakan yang mendorong masyarakat hanya senang membaca dan menulis atau Sekolah yang rajin memfasilitasi siswa baca buku di sekolah itu yang mereka sebut dengan literasi.
Pandangan picik tersebut masih banyak diikuti oleh pelakon pendidikan khususnya sekolah yang tidak begitu interes dengan gerakan literasi sekolah.
Banyak sekolah yang masih belum memahami apa dan bagaimana gerakan literasi di sekolah. Hal ini bisa dilihat bahwa masih banyak sekolah yang sekedar mensukseskan gerakan literasi yang dicanangkan pemerintah, dengan cukup menyediakan fasilitas buku di perpustakaan sekolah tanpa ada upaya menciptakan budaya membaca dan menulis. Padahal kita tahu bahwa dengan membaca dan menulis membuka cakrawala dunia yang bisa dipelajari oleh anak. Sehingga wawasan anak terhadap ilmu pengetahuan semakin banyak, itu semua dilakukan dengan membaca.
Oleh karena itu penting sekali menghidupkan budaya membaca sejak dini. Minat membaca yang paling utama harus ditumbuhkan di lingkungan keluarga. Orang tua berperan penting dalam menumbuhkan minat membaca pada anak. Orang tua sebagai orang yang terdekat degan anak harus memberikan contoh bahwa membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan dan menjadikannya sebagai kebiasaan sehari-hari, menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung anak untuk membaca, seperti menyediakan perpustakaan keluarga dirumah. Selain itu orang tua harus pandai menumbuhkan motivasi kepada anak dengan cara memberikan reward berupa suatu bacaan yang benar-benar mereka inginkan apabila anak mencapai suatu keberhasilan, lalu dengan menciptakan suasana membaca yang menyenangkan serta meluangkan waktu untuk mendampingi anak dan memperhatikannya ketika mereka membaca.
Dengan demikian secara perlahan-lahan anak akan mulai terbiasa dengan buku dan akan menjadi budaya membaca tanpa paksaan dari siapapun. Mengajarkan anak gemar membaca dan menulis tidak semudah membolak-balikkan tangan kita. Tidak hanya peran orang tua saja tapi butuh kerja sama dari berbagai elemen, baik itu warga sekolah seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, ataupun dengan wali murid yang lain, kemudian dari tokoh akademisi, penerbit, media massa dsb. Dengan adanya kordinasi yang baik dari berbagai elemen gerakan literasi disekolah akan berhasil dilaksanakan. Lalu, bagaimana menularkan virus menulis pada anak?
Menulis tidak lepas dari membaca, sebelum anak belajar menulis dan menghasilkan karya seperti membuat cerita pendek (cerpen), membuat kumpulan puisi, menulis artikel sederhana yang bisa dipajang di mading sekolah dll, anak hendaknya dikenalkan terlebih dahulu akan pentingnya budaya membaca
Pentingnya Membaca bagi Anak
Anak sebagai investasi yang paling berharga bagi orang tua, karena dengan hadirnya seorang anak orang tua memiliki berbagai harapan dan angan-angan yang tinggi terhadap anak-anak mereka. Orang tua akan mengupayakan berbagai macam cara untuk mewujudkan angan dan harapan mereka.
Sebagai orang tua tentunya menginginkan anak-ananknya cerdas dan memiliki wawasan luas. Kecerdasan bisa dipupuk sejak dini. Menumbuh kembangkan minat baca pada anak sejak usia dini adalah faktor terpenting dalam menanamkan kecerdasan anak. Sebagaimana yang kita ketahui buku adalah sarana pencerdasan seseorang. Dengan buku dan kebiasaan membaca seseorang akan memperoleh wawasan luas dan mampu menguasai bahasa serta mahir dalam mengolah kata dalam berkomunikasi.
Menurut Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. Namun demikian orang tua harus tetap melihat perkembangan anak. Proses belajarnya tidak harus memaksakan kepada anak, saat anak mau melakukan aktifitas sendiri dalam membaca berarti bahwa anak sudah mulai ‘enjoy’ dengan buku.
Banyak manfaat yang diperoleh anak dengan membaca, Anak akan menjadi seseorang yang memiliki jiwa tenang dan sabar, biasanya akan nampak penampilan anak tipe kalem tidak ‘meletup-letup’ seperti pada umumnya sifat anak-anak. Hal ini disebabkan bahwa membaca memiliki manfaat diantaranya sebagai berikut:
Pertama, Berlatih konsentrasi. Kita tahu bahwa proses membaca tidaklah mudah, seseoang tidak hanya membaca tanpa mengerti makna yang terkandung dalam bacaannya. Maka untuk mengerti makna yang terkandung didalam buku yang dibaca dibutuhkan konsentrasi dan perhatian yang cukup lama. Seorang anak yang sejak dini sudah diajak oleh orang tuanya terbiasa dengan membaca maka secara bertahap konsentrasi anak akan terlatih melalui cerita-cerita yang dibacakan oleh orang tua.
Kedua, Bisa mengembangkan imajinatif dan kreatifitas anak. Anak yang sering membaca atau mendengarkan cerita dari orang tuanya akan terlatih untuk mengembangkan imajinasinya serta membangun kreatifitasnya, hal ini dipicu oleh rasa keingin tahuan anak terhadap hal-hal baru. Dengan informasi yang ia peroleh semakin banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk memunculkan kreatifitasnya serta berinovasi terhadap sesuatu yang baru.
Ketiga, Membangun konsep dan mengembangkan analisa. Membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi secara tertulis. Membaca juga memberikan kesempatan untuk memadukan ide, membuat analisa dan menyusun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian ketika anak memperoleh informasi lebih dari membaca maka anak akan mudah menemukan ide-ide brilliant untuk kemudian mencoba menganalisa dan menyusunnya menjadi suatu tulisan sesuai dengan kemampuan pola pikir anak.
Dengan demikian penting sekali mengajak anak mencintai buku serta berlatih membaca. Karena dengan membaca diharapkan anak mampu menyusun sebuak konsep berupa tulisan hasil karya anak.
Menumbuhkan Anak Gemar Menulis
Kegiatan menulis, pada dasarnya, merupakan kegiatan yang baik dilakukan oleh anak. Dengan menulis, kreativitas anak dapat ditingkatkan. Demikianlah salah satu alasan menulis yang dikemukakan Caryn Mirian-Goldberg dalam bukunya, “Daripada Bete Nulis Aja!”. Pendapat tersebut jika dikaji secara mendalam memiliki makna yang luas, bahwa ketika anak belajar menulis, tentu saja anak akan berusaha menciptakan sesuatu dalam bentuk tulisan, maka secara otomatis agar anak bisa menemukan ide, anak membutuhkan banyak pertanyaan-pertanyaan sebagai jawaban atas kebingungan dan keraguannya. Setelah ia menemukan jawaban, anak akan berusaha menemukan pemecahan masalah tersebut, proses sederhana tersebut adalah merupakan bagian dari menulis suatu masalah yang terangkai menjadi beberapa kalimat. Dari sini secara tidak langsung menulis memberikan beberapa manfaat pada anak seperti : (1). Dengan menulis anak akan menyatakan perasaannya tentang apa yang dialami dalam bentuk tulisan, (2) Anak akan mampu menyatukan pikirannya ketika menuangkan ide dengan kata-kata, (3). Anak akan berusaha menulis sebagai upaya menunjukkan kasih sayangnya terhadap sesama misalnya, menulis surat kepada ibu disaat hari bu, menulis ucapan selamat ulang tahun kepada saudara, teman, atau guru. (4). Anak bisa menuliskan sesuatu dalam rangka meningkatkan daya ingatnya (kesadaran diri sendiri).
Dengan demikian ketika anak dilatih menulis tentu memberikan banyak manfaat yang akan berguna untuk kehidupannya. Namun membangun budaya menulis pada anak tidaklah mudah, jangankan melatih kebiasaan menulis pada anak, guru saja terkadang masih kesulitaan dalam menciptakan pembiasaan menulis. Jaman sekarang, membiasakan budaya membaca saja terkadang sangatlah sulit apalagi menulis. Pengaruh tehnologi salah satu penyebab kegiatan literasi baik di rumah ataupun di sekolah terhambat.
Menumbuhkan Budaya Menulis Anak
Seperti halnya membaca, selera menulis anak bisa berbeda-beda. Oleh karena itu, doronglah mereka untuk menulis sesuatu yang mereka senangi. Tidak menjadi masalah apa jenis tulisan anak. Malahan, semakin banyak jenis tulisan yang dibuat, semakin terampil pula mereka jadinya. Satu hal yang juga perlu dihindari adalah membaca tulisan anak tanpa seizin mereka. Jangan pernah melakukan hal itu!
Tunjukkan saja kalau Anda tertarik dengan tulisan mereka dan untuk membacanya bertanyalah terlebih dulu dan jangan memaksa atau mencuri-curi untuk membaca tulisan anak. Selain itu, jangan menyensor tulisan anak. Tulisan anak yang betul-betul tidak bisa diterima biasanya hanyalah musiman. Jangan khawatir ketika hal itu terjadi karena masa tersebut akan berakhir juga. Bersyukur dan bergembiralah saja karena anak memperlihatkan tulisannya yang seperti itu kepada Anda. Itu berarti mereka mempercayai Anda.
Berikut ini empat bentuk kegiatan menulis yang bisa dikerjakan guna menumbuhkan budaya menulis pada anak. (1). Menulis Puisi : Menulis puisi merupakan cara yang mudah untuk memulai usaha menumbuhkan budaya menulis pada anak. Penulisan puisi bisa menggugah rasa kebahasaan lewat permainan dengan kata-kata dan struktur kalimat. Meskipun menulis puisi mungkin tidak disukai oleh semua anak, kita bisa menyediakan berbagai bentuk puisi untuk menunjukkan pada anak-anak bahwa membuat puisi itu mudah dan menyenangkan untuk mengekspresikan perasaan dan ide pikiran. (2). Menulis Kalimat Deskripsi: Kegiatan menulis ini dilakukan dengan cara, anak menuliskan kalimat-kalimat deskripsi dari gambar-gambar yang mereka miliki. Misalnya, gambar kuda. Ajak anak menjelaskan seekor kuda lewat tulisan. Tulisan tersebut bisa dipasang di bawah gambar kuda yang dimiliki anak. Kegiatan menulis deskripsi ini dapat merangsang anak untuk mengungkapkan suatu bentuk/benda yang dipahami anak melalui tulisan. (3). Menulis Doa: Menuliskan doa tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana cara anak berkomunikasi dengan Allah. Namun, hal ini dapat menolong anak untuk lebih mengerti permohonan doa yang disampaikan dan mengatur cara penyampaian idenya. Menulis doa sekaligus juga dapat menolong anak-anak untuk mengetahui bagaimana Allah menjawab doa-doa mereka. (4). Menulis Jurnal atau Catatan Harian : Menulis buku harian atau jurnal bisa menjadi aktivitas menulis yang baik bagi anak. Kegiatan ini bisa menciptakan hubungan intim antara anak dan kegiatan tulis-menulis. Hal ini juga bisa membuat anak melihat betapa kuatnya tulisan dan banyaknya wawasan tentang pengalaman sehari-hari yang diperoleh anak dari tulisan.
Pada akhirnya, untuk menumbuhkan budaya menulis pada anak, anak perlu dibiasakan dengan tulis menulis itu sendiri dan menjadikan kegiatan menulis sebagai suatu hal yang menyenangkan. Perlu kerja keras, kesabaran, dan bimbingan untuk meraihnya. Namun hasilnya, anak akan memetik keuntungan sepanjang hidupnya melalui kegiatan ini.

———– *** ———-

Rate this article!
Tags: