Membumikan Etika Moral di Tengah Isu SARA

Foto OrangOleh :
Masyhud
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Isu bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) adalah masalah yang paling sensitif di negeri heterogen dan multikultural seperti Indonesia yang baru saja terjadi di Jakarta, 4 November kemarin. Biasanya isu SARA seringkali diungkapkan masyarakat dengan pendidikan yang tidak tinggi. Tetapi saat ini terdapat fenomena dimana para intelektual sudah mulai gerah dan tidak bisa memisahkan opininya dari isu SARA.
Sebenernya, kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan yang ada di negeri ini bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan kekuatan positif bagi pembangunan bangsa. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa menjadi factor destruktif dan menimbulkan bencana dahsyat. Konflik dan kekerasan social merupakan masalah penting di tengah realitas sosiokultural Indonesia sepanjang sejarah. Isu SARA merupakan hal yang sangat sensitif. Hal tersebut disebabkan karena lemahnya etika, moral dan akhlak rakyat Indonesia.
Standar nilai moral dan etika
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum.
Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.
Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya perang atau tabiat. Dan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak di artikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dapat di definisikan bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah, spontan tanpa di pikirkan dan di renungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat olehsuatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu.
Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :” Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
Pada saat ini, kehidupan semakin sulit di mana kebutuhan semakin kompleks namun sarana pemenuhan kenutuhan terbatas. Ada sebagian orang yang belum dapat memenuhi kebutuhanya, sehingga menyebabkan beberapa dari mereka menghalalkan segala cara untuk bisa memenuhi kebutuhanya. Terutama pada saat ini banyak orang beranggapan bahwa harta adalah prioritas utama
Pentingnya kajian etika moral
Melihat komplesitasnya masalah kehidupan di era digital dan modernitas yang sangat komplek saat ini, memang mau tidak mau bangsa ini harus bisa membumikan etika dan moral. Dalam konteks pemikiran keIndonesiaan masalah akhlak (moral dan etika) ini terasa menjadi sangat penting dan mendesak serta relevan untuk diperbincangkan. Hal ini dapat kita tinjau dari berbagai perspektif pemikiran. Pertama, masyarakat Indonesia hidup dalam suatu komunitas masyarakat yang sangat pluralistik sehingga kesatuan tatanan normatif nyaris hilang di permukaan. Kita sering berhadapan dengan sekian banyak pandangan moralitas yang sering bertentangan satu sama lain. Sebuah moralitas yang ditawarkan oleh berbagai konsep dan paham pemikiran maupun kebiasaan yang muncul di mass media misalnya. Kedua, manusia pada zaman kini dihadapkan pada masa transformasi masyarakat yang luar biasa, suatu perubahan yang terjadi akibat hantaman gelombang modernisasi yang secara tidak terelakkan memunculkan rasionalisme, individualisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme, pluralitas religius, dan sistem pendidikan yang telah mengubah budaya dan perilaku manusia banyak berubah.Ketiga, fenomena dunia modern tampak semakin jelas sebagai gejala?gejala etika yang bersifat universal. Artinya, dampak globalisasi tidak saja merupakan gejala bidang ekonomi tapi juga merambah bidang moral. Lebih penting adalah munculnya suatu kesadaran moral universal yang tidak teorganisir tetapi terlihat di mana?mana. Oleh karena itu, kesadaran moral universal ini menyadarkan kita untuk menggali lebih dalam lagi tentang makna dan eksistensi etika itu sendiri
Setelah menelaah dan memahami akhlak (etika dan moral) sebagai kesimpulannya adalah sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak terlepas dari apa yang sudak ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak. Karena akhlak adalah salah satu predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam social. Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup, apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah sumber. Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang dilakukan punya nilai ibadah .
Jadi dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya baginda Rasullulah SAW yang bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”. Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu Rasullulah diutus, merupakan ukuran baik dan tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di akhirat nanti. Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar budi pekertinya. Baik kepada dirinya,keluarga,dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Termasuk buat bangsa dan negeri tercinta Indonesia.

                                                                                                              ———– *** ————

Tags: