Memburu Rejeki dengan Mencetak si Merah

Salah seorang perajin bata merah sedangkan merapikan untuk dikeringkan supaya kena sinar matahari usai dicetak.

Salah seorang perajin bata merah sedangkan merapikan untuk dikeringkan supaya kena sinar matahari usai dicetak.

Bojonegoro, Bhirawa
Kemarau panjang bagi para petani mungkin menjadi kendala untuk bercocok tanam karena kekurangan air, namun bagi pengrajin batu bata merah musim ini menjadi berkah untuk memburu rejeki dengan mencetak si merah untuk menghasilkan uang.
Memasuki musim kemarau pengrajin bata merah di wilayah Bojonegoro mulai memproduksi bata merah kembali, sebelumya pada musim penghujan antara bulan Desember sampai Februari.
Ribuan bata merah mentah yang telah di cetak siap dibakar dan di pasarkan ke toko material dan pemesan dengan harga Rp 550 per batu bata merah. Para pengrajin membuat batu bata merah di sepanjang bantaran sungai bengawan solo mulai bergairah dengan mencetak batu bata di musim panas.
Produksi bata merah berhenti karena pengeringan batubata mengandalkan sinar matahari, selain itu lokasi pembuatan bata merah di pinggir sungai, dimana jika musim hujan air sungai meluap merendam tempat pembuatan bata merah.
Seperti di Desa Leran, Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro sejak sebulan lalu kuwalahan menerima pesanan. Bulan ini banyak warga yang merenovasi rumah atau bangunan, sehingga permintaan batu bata meningkat. Kendati sudah didukung cuaca kemarau, perajin batu bata masih kuwalahan melayani permintaan pasar. Dalam sehari rata-rata perajin mencetak hingga 2000 bata.
“ Ada sekitar 20 pengrajin batu bata di bantaran sungai bengawan solo, di musim kemarau ini pengrajin mulai memproduksi lagi walaupun kadang banjir masih sering merendam bantaran Sungai. Selama musim kemarau pengrajin memproduksi bataubata,” tutur Samijan salah satu perajin bata merah didesa setempat.
Lebih lanjut, Samijan mengatakan dengan kondisi sekarang, perajin menggenjot untuk mencetak bata merah lebih banyak. Dalam dalam kondisi normal, bisa mencapai 800 bata merah mentah per hari, setiap perajin kini meningkatkan produksi sampai 2 000 bata merah per hari. “ Itupun, proses mengeringkan bata merah tidak bisa dengan cepat, karena masih harus dibakar,” katanya.
Sebulan ini harga bata merah cukup stabil mencapai Rp 500 ribu per seribu bata dari lokasi perajin. Kendati banyak permintaan, para perajin tidak menaikkan harga. Ini demi menjaga harga dipasaran. [bas]

Tags: