Memilih Ketua OSIS Layaknya Memilih Wakil Rakyat

Siswa SMAN 16 Surabaya saat memasukkan surat suara pada kotak suara pemilihan OSIS. [adit hananta utama]

Surabaya, Bhirawa
Layaknya warga memilih wakilnya yang akan duduk di parlemen. Satu orang satu suara. Ada pula perangkat penyelenggara yang bertanggung jawab atas jalannya pemilihan. Begitulah pemandangan yang ada saat pemilihan OSIS di SMAN 16 Surabaya, Kamis (7/9) kemarin.
Pemilihan ini berlangsung di sela jam pelajaran sekolah. Secara bergantian siswa memasuki tempat pemungutan suara yang berada di lapangan sekolah. Layaknya pemilu, mereka harus antri menyerahkan undangan dari Kelompok Penyelenggara Pungutan suara (KPPS) untuk bisa menyalurkan hak suara. Dengan undangan tersebut, mereka akan mendapat surat suara berisi foto tiga kandidat calon ketua OSIS.
Usai menerima surat suara, mereka menuju bilik pemilihan dan memasukkan kertas suara ke kotak suara yang di jaga petugas. Untuk memastikan tidak memilih lebih dari sekali, para siswa ini distempel tangannya oleh KPPS.
Waka Humas SMAN 16 Surabaya Abdul Razzaq Thahir menjelaskan, Pemilihan OSIS (Pemilos) ini diikuti 1.200 siswa. Mulai dari kelas X hingga kelas XII menggunakan hak suaranya secara bergantian di sela jam pelajaran.
“Mereka ikut pelajaran seperti biasa. Kalau sudah giliran kelasnya memilih,pihak panitia akan meminta izin guru di kelasnya untuk diberikan waktu ke tempat pemilihan,”ungkapnya.
Dikatakannya, pemilos dibuat serupa dengan pemilu raya yang diadakan di Indonesia. Sehingga siswa yang belum mempunyai hak pilih karena belum cukup umur bisa tahu prosesnya. Untuk itu proses pemilos ini juga diadakan debat dan orasi visi misi.
“Secara keseluruhan prosesnya sebulan, awalnya ada 20 kandidat yang aktif organisasi mendaftar. Kemudian di tes oleh panitia untuk tes tulis dan wawancara. 3 skor tertinggi dipilih sebagai calon ketua,”ujarnya.
Kemudian, calon ketua akan memilih 2 wakilnya dari kandidat yang ada. Menurut pria yang akrab disapa Reza ini, merubah proses pemilihan konvensional menjadi pemilu cukup sulit. Apalagi selama ini saat ada pemaparan visi misi, mereka cenderung saling menghujat.
“Dari kegiatan ini proses pemilu jadi lebih demokrasi. Tidak ada saling menghujat, setiap bakal valon ketua selalu ditekankan sportif saat tidak menang,” urainya.
Salah satu calon ketua OSIS, Ananta Aji mengungkapkan secara sukarela mendaftar. Siswa kelas XI IPS ini memang sangat tertarik dengan kegiatan keorganisasian di sekolah. Ia berharap sebagai ketua OSIS nantinya bisa lebih menjalin kerjasama antar ekstrakurikuler.
“Groginya pasti ada, makanya saya milih satu wakil saya teman sekelas. Biar bisa saling melengkapi,” jelasnya.
Sistem pemilihan layaknya pesta demokrasi ini juga menarik minat seluruh siswa. Apalagi yang belum pernah menjumpai pemilihan umum. Hal ini dirasakan Rafida Salabila, siswa kelas XI IPA yang tahun lalu tidak dapat ikut memberikan suara karena sakit. “Kesannya adil kalau sistem pemilihan begini, puas bisa memilih langsung calon ketua Osisnya,” ungkapnya. [tam]

Tags: