Memilih Pulang ke Surabaya karena Sudah Janji dengan Bu Risma

Heni Fitria ditemani sang ayah, Rawuh. Anak tukang becak yang memilih pulang ke Surabaya setelah meraih cumlaud dari SEGi University, Malaysia.

Heni Fitria ditemani sang ayah, Rawuh. Anak tukang becak yang memilih pulang ke Surabaya setelah meraih cumlaud dari SEGi University, Malaysia.

Berbagi Cerita Heni Fitria, Anak Tukang Becak Lulusan SEGi University Malaysia
Kota Surabaya, Bhirawa
Setiap orang boleh berharap bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Tapi, kesempatan tentu tidak milik setiap orang. Apalagi jika tidak ada dukungan finansial yang mencukupi. Kondisi ini pun sempat dialami Heni Fitria (22), sampai akhirnya dia menemukan jalan menuju Albukhary International University (AIU) di Malaysia.
Gadis kelahiran Surabaya 24 Maret 1993 ini, tak pernah menyangka bisa mengenyam pendidikan hingga memperoleh sarjana. Terlebih gelar itu diraihnya dari perguruan tinggi di luar negeri, yakni di Kedah, Malaysia. Maklum, dari sisi ekonomi, keluarga Heni bukan termasuk berkecukupan. Sang ayah, Rawuh (64) adalah seorang tukang becak yang memiliki lima anak. Namun, kondisi ini justru menjadi motivasi tersendiri bagi Heni.
Selama empat tahun di Malaysia, Heni merasakan berbagai pengalaman yang menarik, mulai dari itensif belajar Bahasa Inggris selama enam bulan, hingga pindah jurusan gara-gara kampusnya ditutup sementara. Semua ditempuhnya demi bisa menikmati pendidikan tinggi.
Selama di Malaysia, Heni sempat berkuliah di dua perguruan tinggi. Yakni Albukhary International University (AIU) dengan memilih ilmu konsentrasi Banking and Finance. Ketika kampusnya mengalami penutupan sementara, dia pun berpindah ke SEGi University dengan mengambil jurusan manajemen keuangan.  “Ini kehormatan bagi saya, bisa mencicipi  pendidikan sarjana di luar negeri. Meskipun saya lahir bukan dari keluarga yang mampu, saya ternyata bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu,” tutur Heni.
Hal yang membuatnya lebih bangga ialah berhasil mendapatkan cum laude dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,8. Setelah lulus, Heni pun akhirnya memilih untuk pulang ke Surabaya akhir 2015 lalu. Dia menceritakan alasannya pulang, yakni untuk membangun Kota Pahlawan menjadi kota metropolitan yang terdepan dalam bidang ekonomi.
Pilihan untuk pulang sebenarnya bukan pilihan yang mudah. Sebab di negeri jiran itu, Heni juga sempat mendapat berbagai tawaran dari sejumlah perusahaan di Kedah, Malaysia. Tawaran ini muncul, bahkan sebelum dia selesai diwisuda. “Tapi saya selalu ingat. Saya sudah berjanji dengan Bu Risma (Wali Kota Surabaya) untuk kembali ke Surabaya setelah menyelesaikan studi, dan bersama akan membangun Kota Surabaya, ” tegasnya.
Alumnus SMAN 14 Surabaya ini mengaku sangat beruntung. Sebab, dia tidak pernah berpikir akan kuliah ke luar negeri. Awalnya  hanya mendaftar beasiswa Bidikmisi agar dapat mengambil jurusan Teknik di ITS. Tapi kemudian ada tim dari Pemkot Surabaya yang datang untuk meminta kelengkapan data Heni sekaligus menawarinya bersekolah di Malaysia. “Saya hanya diberi waktu dua hari untuk memikirkan matang-matang tawaran dari Pemkot ini,” tutur dia.
Heni mengaku, meskipun ayahnya hanya berprofesi sebagai pengayuh becak, dan ibunya hanya berjualan buah di depan rumah untuk menambah penghasilan keluarga, baginya pendidikan adalah salah satu cara terbaik untuk mengubah derajat hidup. Menurutnya, dengan belajar sungguh-sungguh dan berdoa, adalah cara terbaik bagi Heni hingga dirinya bisa seperti ini. “Saya ingin masih terus belajar. Harapannya, saya bisa bekerja di bidang yang saya kuasi, sembari melanjutkan kuliah ke jenjang pendidikan selanjutnya,” pungkas Heni. [Adit Hananta Utama]

Tags: