Memperkokoh Tol Laut Nasional

Oleh :
Dr Eng M.Badrus Zaman
Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS Surabaya

Saat ini, perhatian dunia terhadap potensi maritim di Indonesia tidak bisa dibendung lagi. Bukan hanya memperhatikan, namun juga ingin membentuk kerjasama yang baik terhadap pengembangan sektor maritim di Indonesia. Fakta ini tentu sebuah kemajuan, mengingat kebijakan Presiden Jokowi memang memperhatikan pengembangan poros maritim nasional bahkan dunia.
Memang, Indonesia faktanya memiliki kekayaan yang melimpah dari sektor maritim. Dari segi kondisi geografis saja, Indonesia sering dinamakan “Nusantara”. Hal ini memang karena kehadiran pulau-pulau yang berjumlah sekitar 17.508 pulau di wilayah Indonesia. Nusantara memiliki makna kepulauan yang terpisah oleh laut atau bangsa-bangsa yang terpisah oleh laut. Nah, wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil yang berawal dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik. Perlu diketahui, luas lautan kita sekitar 3.273.810 km². Lebih luas dari daratan yang mencapai 1.919.440 km².
Terkait dengan kondisi kekayaan laut Indonesia, tentu banyak aspek yang harus dikembangkan dan difokuskan agar sektor maritim dinegeri ini bisa dioptimalkan dengan baik. Aktifitas maritim, menurut Profesor Kristiansen, terdiri dari beberapa hal di antaranya, Aktifitas transportasi laut, aktifitas pelabuhan, pemberdayaan perikanan, aktifitas oil and gas, aktifitas survey dan segala hal yang dilakukan di laut.
Agar Indonesia dalam menapaki kehidupan ini lebih baik, maka cara memandang daratan dan lautan harus menyatu. Menyatunya antara daratan dan lautan tentuy mebutuhkan penghubung berupa kapal dan fasilitas pelabuhan yang memadai. Maka diperlukan “Tol Laut”. Nah, pada konteks “Tol laut”, pengembangan ini masuk kategori pada pengembangan wilayah transportasi laut dan pelabuhan.
Ketika bicara transportasi laut, disitu ada hal-hal yang harus dipenuhi mulai kondisi perkapalan, kondisi logistik transportasi laut, kondisi laut sebagai media transportasi, serta kondisi pelabuhan. Tol laut sendiri  menurut sumber dari kepresidenan didefinisikan sebagai aktifitas transportasi laut dengan kapal atau sistem logistik kelautan, yang melayani tanpa henti dari Sabang sampai Merauke.
Tujuannya menggerakkan roda perekonomian secara efisien dan merata. Dengan diperbaikinya pelabuha di lokasi tertentu, maka diharapkan juga dibangun industri galangan kapal, industri perikanan, pembangkit listrik, serta pengembangan wisata bahari yang mendukung kebangkitan ekonomi bangsa setiap daerah.
Informasi dari kepresidenan mengatakan  bahwa munculnya gagasan tol laut merupakan upaya untuk mewujudkan nawacita pertama dan ketiga. Pada nawacita pertama yaitu memperkuat jadi diri sebagai negara maritim. Sedangkan pada nawacita ketiga adalah membangun Indonesia dari pinggiran denganmemperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Bahkan kalau dilihat lebih dalam, tol laut telah menegaskan kembali bahwa negara kesatuan memang benar-benar hadir ke seluruh daerhah melalui kapal-kapal yang berlayar dan berlabuh di wilayah tersebut.
Percepat Perbaikan: Langkah Utama
Pada konteks tol laut, ada beberapa fakta yang masih menjadi problem dan harus diatasi. Tentu jika ingin menjadi lebih baik dibutuhkan perbaikan secara cepat. Hal-hal yang perlu diperbaiki meliputi; Pertama, Kondisi Kapal. Pada konteks ini, masih ada berberapa kapal di negeri ini yang kondisinya sudah tidak layak pakai, umur sudah tua serta membutuhkan penyegaran kapal baru. Kapal sebagai sarana transportasi laut harus dalam kondisi yang baik dalam menunjang kelancaran transportasi. Kondisi kapal ini tentu akan mempengaruhi proses logistik, konektifitas, ketepatan angkutan yang berefek pada efisiensi dan mempengaruhi sektor ekonomi. Hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan kapal juga harus tertata dengan baik untuk menunjang keberlangsungan transportasi laut.
Kedua, Dwelling time. Nah masalah waktu bongkar muat barang di pelabuhan (dwelling time) harus diatasi segera dengan baik dan cepat. Hal ini bertujuan agar kita sebagai negara maritim sanggup bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan besar baik di tingkat regional maupun internasional. Selama ini, dwelling time rata-rata mencapai 6-7 hari. Sementara  itu, jika kita melihat perbandingan dwelling time di dunia, dimana Singapura memiliki dwelling time 1,5 hari, Hong Kong 2 hari, Prancis 3 hari, Los Angeles, AS 4 hari, Australia 3 hari, Port Klang, Malaysia 4 hari, dan Leam Chabang, Thailand 5 hari. Saat ini, pemerintah mengambil kebijakan sampai 3-4 hari saja. Jika dwelling time ini bisa tercapai, tentu akan berefek kepada efisiensi dan perbaikan perputaran roda ekonomi. Dalam proses perbaikan ini tentu harus didukung dengan perbaikan kapasitas dan fasilitas pelabuhan. Selain itu, tarif menginap di pelabuhan perlu dinaikkan biar segera meninggalkan pelabuhan ketika proses bongkar muat selesai. Selain itu, system informasi pelabuhan serta layanan juga harus diperbaiki dengan baik.
Ketiga, Potensi daerah. Dalam hal ini, potensi kekayaan alam daeran serta industrri harus berkembang di daerah agar dapat menunjang perbaikan pelabuhan serta menunjang logistik angkutan laut. Dengan demikian akan berpengaruh terhadap perbaikan akses dan fasilitas yang ada di daerah selain pelabuhan itu sendiri.
Beberapa langkah tersebut sangat mendukung suksesnya program Tol laut negeri ini. Tentu kesiapan fasilitas dan hal-hal yang mendukung terselenggaranya tol laut harus dibenahi untuk memperkokoh pelaksanaannya. Dengan demikian, kejayaan maritime kita akan bernilai dan bermanfaat untuk kita semua sebagai anak bangsa.

                                                                                                              ———– *** ————

Rate this article!
Tags: