Memperkuat Budaya Literasi dengan Dongeng

Pegiat literasi Ahmadah Lukluil Maknun atau yang akrab dipanggil Kak Mada bersama boneka Midi saat berfoto bersama dengan pengunjung di Alun – Alun Sidoarjo, Minggu (30/12) kemarin.

Sidoarjo, Bhirawa
Dongeng bisa menjadi media efektif untuk menyampaikan pesan. Media inilah yang kemudian digunakan pegiat literasi satu ini untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada masyarakat termasuk juga kepada anak-anak.
Perempuan dengan nama lengkap Ahmadah Lukluil Maknun, S.Pd.I ini tanpa kenal lelah mendongeng tentang apa saja yang dianggap penting dan membawa pesan kebaikan.
Setiap melakukan aktivitas mendongeng, Kak Mada demikian panggilan akrabnya, selalu membawa boneka tangan sebagai alat peraga yang dinamakan Midi. Hal ini yang juga dilakukan rutin setiap Minggu di alun alun Sidoarjo.
“Kali ini saya mendongeng untuk mengajak para pengunjung alun-alun menyukai dunia literasi melalui dongeng,” kata Kak Mada kepada Bhirawa di sela-sela acara mendongeng di Alun Alun Sidoarjo, Minggu (30/12) kemarin.
Menurut Kak Mada, isi dongeng yang disampaikan biasanya terkait dengan situasi aktual yang dihadapi masyarakat, misalnya bagaimana menghadapi anak-anak yang sedang kecanduan gadget atau mengajak anak-anak untuk menyukai sayuran.
“Hampir semua orangtua, sekarang ini mengeluhkan tentang anak-anaknya yang kecanduan gadget dan kesulitan mengajak anak-anak makan sayur,” kata Kak Mada lagi.
Aktivitas mendongeng di alun-alun, jelas Kak Mada sudah dilakukannya sejak awal 2018 lalu. “Saya mendongeng mulai awal 2018. Meski masih sepi peminat saya tetap bersemangat sambil menentang tas besar berisi buku. Ini sungguh berat karena saya ini survivor kanker yang harus berjuang sendiri mulai dari persiapan dan naik angkot,” tutur alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) S1 Tarbiyah PBA (Pendidikan Bhs Arab). Namun, sejak Desember 2018, dirinya tidak perlu lagi menentang buku kemana-mana karena sudah bekerja sama dengan perpustakaan Kabupaten Sidoarjo yang membawa 1 unit mobil perpustakaan keliling.
“Saya suka dongeng Islami dari dulu sekitar 10 tahun yg lalu (2008). Waktu jadi pembina panti asuhan di Surabaya sembari mengajar diniyah di sana. Saya mengajar dengar dongeng dari mulai media jari tangan, boneka jari, wayang gambar dan kini boneka tangan,” jelasnya. Menurut Kak Mada, aktivitas mendongeng dengan boneka juga bisa menjadi media dakwah yang menarik.
“Dakwah bisa dikemas dengan seni, karena dengan seni hidup akan terasa jauh lebih indah. Sekarang saya juga mengelola 2 Perpus pribadi Rumah Baca Alif Pewe yang berisi koleksi buku-buku saya dan rumah Baca Baitul Hikmah yang merupakan koleksi buku – buku dan kitab almarhum ayah,” jelasnya. Selain itu, Kak Mada juga melakukan kegiatan edukasi sosial dan keagamaan dan mengajar kitab kuning di Panti Abu Bakar di Tulangan Sidoarjo yang menampung anak-anak dari keluarga broken home. [why]

Tags: