Memperkuat Pendidikan Khas Jawa Timuran

Dr Saiful Rachman

Saiful Rachman
Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tak terkecuali dalam usaha mengelola pendidikan. Jawa Timur misalnya, salah satu provinsi terbesar di Indonesia tersebut telah dengan tegas menentukan pilihannya mengambil vokasional sebagai poros pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur Saiful Rachman mengakui, Jawa Timur akan tetap mengusung vokasional sebagai wacana utama dalam pendidikan. Tak terkecuali pada momentum hari pendidikan nasional yang diperingati hari ini, Rabu (2/5). Pada setiap jenjang pendidikan menengah, baik SMK, SMA maupun pendidikan khusus tidak akan lepas dari sentuhan keterampilan. “Ini yang menjadi fokus gubernur. Visinya adalah pembangunan kualitas SDM. Dari situ kita terjemahkan dalam berbagai program baik formal maupun non formal,” tutur Saiful.
Saiful merinci, penguatan keterampilan peserta didik pada jenjang SMK ditunjukkan melalui link and match dunia usaha dan industri, SMK Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dan perluasan layanan pendidikan SMK. “Sejak awal kita jelas, menetapkan target kuantitas 70 : 30 SMK dengan SMA,” tutur Saiful.
Tidak hanya jenjang SMK, mantan Kepala SMKN 4 Malang tersebut juga menjelaskan penguatan program vokasional untuk jenjang SMA melalui program double track. Program keterampilan yang ditujukan kepada sekolah-sekolah umum yang lulusannya berpotensi tinggi tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Double track dilakukan dengan menambahkan program keterampilan hingga sertifikasi bagi peserta didik SMA yang tidak berencana menjutkan kuliah. Sehingga mereka bisa punya bekal bekerja atau berwirausaha,” tutur Saiful. Sementara melalui jalur pendidikan non formal, penguatan vokasional dijalankan melalui SMK Mini.
“Kita sudah melihat bagaimana progress SMK Mini di daerah. Hasil produk mereka semakin beragam dan terus berkembang pemasarannya,” tutur Saiful.
Di sisi lain, menyiapkan tenaga terampil tidak cukup hanya dengan pendidikan keterampilan. Saiful menyadari, output pendidikan harus senada dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Salah satunya ialah kebutuhan atas tenaga kerja yang memiliki etos dan tanggung jawab yang tinggi. “Keluhan industri lebih banyak pada mental dan etos kerja pegawainya. Karena itu, keterampilan juga harus seimbang dengan karakter,” pungkas Saiful. [tam]

Tags: