Mempertahankan Seni Karawitan di Tengah Laju Modernisasi

Aksi remaja di Kota Kediri saat sedang berada di atas panggung menampilkan kesenian tradisional Jawa. [ervan kholis]

Aksi Remaja Kota Kediri Nguri-uri Budaya Jawa

Kota Kediri, Bhirawa
Musik gamelan Jawa malam Minggu lalu mengalun merdu memecahkan kesunyian malam di lingkungan Wonosari, Kelurahan Bujel, Mojoroto, Kota Kediri. Bunyi kendang yang dimainkan oleh salah satu remaja kelurahan setempat menghentak seirama dengan paduan seimbang bunyi kenong, saron dan gambang. Tak terlewatkan pula gongnya yang mengiringi tembang tembang Jawa yang dilantunkan para sinden yang masih usia sekolah.
Remaja putri yang berperan sebagai sinden yang waktu itu tampak asik menyayikan salah satu langgam Jawa berjudul ‘Ngidam Sari’ yang diikuti oleh teman lainya. Lain halnya dengan para remaja pria, tangannya tampak lincah memainkan gendang dan ketipung, sementara yang lainnya terus saja memainkan boning.
Penampilan para remaja yang serasi dan selaras mengiringi langgam Jawa ini pun memantik perhatian dan membuat decak kagum para warga sekitar pecinta kesenian Jawa karawitan. Tentunya hal ini tidak berlebihan sebab kesenian karawitan mulai jarang dimainkan ditengah laju modernisasi saat ini. “Lumayan pengobat rasa rindu warga yang telah lama tidak mendengar kesenian gamelan gamelan ini ditabuh,” kata Tutik salah satu penonton.
Penampilan kelompok Seni Mustiko Laras besutan Riyo Febrianto ini memang salah satu kelompok seni, yang anggotanya kesemuanya masih remaja dan masih usia sekolah. Kelompok ini cukup diakui oleh warga serta masih bertahan ditengah pola hidup remaja yang cukup modern dan cenderung ke barat-baratan.
Kelompok seni ini tidak hanya menampilkan keaslian seni karawitan namun juga memasukan kreasi banyolan dan campursari koploan, Sehingga mampu menarik para pemuda-pemudi yang pada dasarnya telah memiliki darah seni budaya Jawa. kemampuan yang dimiliki kelompok seni budaya ini juga telah menarik perhatian pemerintah “Beberapa kali kami diundang pemerintah kota untuk menyuguhkan gending-gending Jawa, serta penyambutan tamu,” ujar Riyo.
Kendati demikian, dia juga berharap agar pemerintah juga lebih bisa memperhatikan lebih serius dalam seni karawitan ini, sebagaiman upaya para remaja ini untuk mempertahankan seni budaya karawitan. “Memang alat untuk seni ini belum ada yang diberikan oleh pemerintah ini milik pribadi semua, tapi bukan itu yang utama, kami ini pemerintah melihat bagaimana kita yang muda mempertahan kan kearifan lokal ditengah era modern ini,” harapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Kadisbudparpora) Kota Kediri Nur Muhyar mengungkapkan, jika meskipun secara prosentase minat generasi muda pada seni karawitan ini sangat kecil, Kota Kediri masih ada beberapa sanggar yang sengaja menyiapkan para pemuda untuk dibina dalam seni ini, bahkan beberapa sekolah juga memiliki sanggar seni karawitan.
Beberapa kali, seni karawitan ini pernah tampil di Pemerintah Provinsi, dan hanya beberapa daerah yang menampilkan itu. “Kita juga sangat bersyukur masih memiliki generasi muda dalam seni karawitan ini,” terangnya.
Beberapa perhatian seni budaya ini adalah pembinaan pada sanggar- sanggar lokal, serta menampilkan seni ini, untuk pembinaan adalah agar mempertahankan keorsinilan langgam-langgam Jawa, sebab langgam Jawa ini adalah sebuah warisan budaya. [Ervan Kholis]

Tags: