Mempertahankan Spirit Kemerdekaan Idul Fitri

Dwi Apriliawati-1Oleh :
Dwi Apriliawati
Penulis adalah aktivis di Laskar Ambisius Aliansi Mahasiswa Bidik Misi (AMBISI) dan Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Tanggal 28 Juli lalu tepatnya tanggal 1 Syawal 1435 Hijriah, mayoritas umat Islam telah merayakan salah satu momen besar dalam agama. Setelah berpuasa Ramadan selama satu bulan penuh, pada tanggal tersebut meraka merayakan hari raya Idul Fitri. Inilah hari dimana umat Islam sudah diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Selain dengan sebutan Idul Fitri, hari raya ini juga sering dikenal dengan istilah hari kemenangan.
Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Quraish Syihab, bahwa ada dua alasan terkait penyebutan hari kemenangan itu. Pertama, dari kata idul fithri itu sendiri yang berarti kembali ke fitrah, yakni ‘asal kejadian’, atau ‘kesucian’, atau ‘agama yang benar’. Maka merayakan Idul Fitri dianggap sebagai cara seseorang untuk kembali kepada ajaran yang benar, sehingga dia bisa memperoleh kemenangan.
Kedua, dari kata ‘minal ‘aidin wal faizin’ yang berarti ‘semoga kita termasuk orang-orang yang kembali memperoleh kemenangan’. Kata al-faizin diambil dari kata fawz, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an, yang berarti ‘keberuntungan’ atau ‘kemenangan’. Menurut Quraish Shihab, bila kata fawz dirujukkan kepada Al-Qur’an, ditemukan bahwa hampir seluruh kata itu kecuali Al-Qur’an surat An-Nisa : 73 mengandung makna ‘pengampunan dan keridhaan Allah serta kebahagiaan surgawi’. Kalau begitu, maka bisa dipahami bahwa kata ‘minal ‘aidin wal faizin’ sesungguhnya bermakna do’a, yakni ‘semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh ampunan dan ridha Allah SWT sehingga kita bisa mendapatkan kenikmatan surga-Nya’.
Spirit kemenangan yang terkandung di dalamnya, juga bisa dimaknai dengan keberhasilan umat Islam setelah menjalankan amalan ibadah puasa selama sebulan penuh yang diwajibkan dalam agamanya. Tidak hanya ujian secara dhohir saja yang harus dituntaskan oleh umat Islam pada saat itu, melainkan ujian kesabaran untuk menahan hawa nafsu juga dijalankan. Umat Islam juga harus memenuhi semua ketentuan-ketentuan dan aturan yang telah diatur dalam syariat agama. Karena itu, pada saat mereka berhasil melakukan rangkaian kewajiban syariat pada Bulan Ramadlan, saat itu pulalah ia dianggap telah berhasil menuai kemenangan. Dan kemenangan tersebut dirayakan dengan adanya hari raya Idul Fitri.
Hakikat Idul Fitri pada dasarnya mengisyaratkan adanya upaya manusia untuk kembali kepangkuan Tuhannya, atau kembali ke asal usul yang menciptakan manusia, yakni Allah SWT sebagai Sang Pencipta. Upaya kembali ke asal adalah sebuah usaha manusia untuk melakukan penyegaran dari apa yang telah ia perbuat tatkala ia hendak melakukan perbaikan. Karena, setiap gerak kedepan harus lah mempunyai tumpuan yang kuat untuk berpijak  hingga daya jangkau yang dihasilkan bisa lebih banyak.
Namun sejatinya Idul Fitri bukan merupakan titik kemenangan akhir yang dihasilkan oleh umat Islam. Sebaliknya, ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang. Perjalanan yang akan menghadapkan umat Islam dengan tantangan-tantangan hidup yang siap mengujinya kapan saja. Adapun mereka yang berhasil melewati tiap-tiap tantangan dengan tetap berpegang teguh pada syariat, ialah yang patut untuk dijadikan sebagai pemenang.
Spirit Kemerdekaan untuk Pemimpin Indonesia
Berkaca dari spirit kemenangan dalam perayaan  Idul Fitri tersebut, terdapat banyak nilai penting yang dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga oleh Indonesia. Terlebih lagi, beberapa waktu lalu, Indonesia telah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden. Pemilihan umum ini dilaksanakan utuk menentukan siapa pemimpin yang akan menduduki tampuk pemerintahan 2014-2019. Dan saat ini, masyarakat Indonesia sedang menanti siapakah pasangan yang akan menggantikan kedudukan Sby-Budiono dalam memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Penantian masyarakat Indonesia semakin bergejolak saat keputusan KPU yang menyatakan kemenangan atas pasangan Jokowi-JK menuai cekalan dari pihak pasangan Prabowo-Hatta. Cekalan ini berupa dugaan-dugaan kecurangan yang terjadi dalam proses Pemilu. Hingga pihak Prabwo-Hata mengadukan dugaan-dugaan tersebut kepada Mahkamah Konstitusi.
Untuk membuktikan kemenangan secara sah, sejak tanggal 6 Agustus telah diselenggarakan sidang sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi sebagai tanggapan dari tuntutan pasangan Prabowo-Hatta. Sedangkan tanggal 22 Agustus merupakan jadwal yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi untuk mendeklarasikan ketetapan sidang sengketa tersebut. Jadwal tersebut sesuai dengan yang tertera dalam situs website resmi Mahkamah Konstitusi. Sehingga, pada tanggal tersebut akan dapat diketahui secara pasti siapa yang memperoleh kemenangan pada Pemilu Presiden 2014.
Spirit kemenangan dalam Idul Fitri memberikan pelajaran penting bagi pihak yang diakui menang secara sah kelak. Bahwa seharusnya kemenangan dalam pemilihan umum bukanlah satu tujuan akhir dalam pesta demokrasi ini. Melainkan, kemenangan yang mereka raih merupakan titik awal dari semua amanah yang akan dibebankan pada periode pemerintahan mereka. Mereka perlu lebih bekerja keras lagi untuk menjadi pemenang yang sesungguhnya. Pemenang yang dengan bukti-bukti dari pengabdian yang mereka berikan kepada bangsa Indonesia.
Siapapun pasangan yang akan dideklarasikan menjadi presiden yang sah oleh Mahkamah Konstitusi, diharapkan tetap bisa mengambil hikmah dari perayaan Idul Fitri. Sehingga, mereka (pemimpin Indonesia) dapat mempertahankan spirit kemenangan yang terdapat dalam perayaan tersebut. Spirit kemenangan yang memberitahukan bahwa kemenangan dalam pemilihan umum merupakan awal dari tanggung jawab yang harus mereka selesaikan. Pemimpin yang tidak hanya haus akan kursi pemerintahan, namun juga punya ghiroh kuat untuk mengabdi pada Negara. Dan kemenangan sejati yang patut dicapai oleh setiap pemimpin adalah ketika mereka mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih berkarakter, beradab, serta berpendidikan. Hingga menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.

                                               —————————- *** ———————————

Tags: