Memprihatinkan, 2.600 KK di Sidoarjo 17 Hari Kebanjiran

Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf melihat isi dalam rumah tinggal ibu Maidah yang rumahnya terkena banjir di Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo.

(Sanitasi Buruk, Rawan Terserang Penyakit )
Pemprov Jatim, Bhirawa
Sungguh memprihatinkan ribuan warga di lima desa di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Sebab selama 17 hari perkampungan mereka telah terendam banjir, dan hingga kini masih belum ada tanda-tanda surut.
Lima desa di Kecamatan Jabon yang terendam banjir itu adalah Desa Kupang, Desa Kedung Pandan, Desa Kedung Rejo, Desa Semambung dan Desa Tambak Kalisobo. Ketinggian air yang merendam rumah warga mulai 40-60 centimeter. Total ada 2.600 kepala keluarga (KK) yang rumahnya kebanjiran.
Menurut salah seorang warga Desa Kupang, Bunaiyah, setiap tahun desanya selalu kebanjiran. Namun banjir tahun ini merupakan yang paling parah karena selain disebabkan curah hujan yang sangat tinggi, ada tanggul sungai di Desa Semambung yang jebol.
“Untuk bantuan dari pemerintah sudah kami terima. Tapi kami mohon dicarikan solusi agar banjir ini cepat surut. Aktivitas warga sangat terganggu. Lahan pertanian kami rusak karena terendam banjir,” katanya.
Dari pantauan Bhirawa saat berkunjung di desa tersebut bersama Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf, Kamis (26/1), rumah-rumah warga yang lantainya tidak tinggi pasti terendam banjir. Sebab ketinggian air seperti di Desa Kupang mencapai 40 centimeter.
Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, usai meninjau banjir mengatakan, lima daerah di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo yang terendam banjir ini diibaratkan seperti mangkuk. Jadi desa ini cekung sehingga saat curah hujan tinggi rawan terkena banjir.
Untuk menangani banjir ini, pihaknya mempersiapkan beberapa hal diantaranya melakukan normalisasi perbaikan tanggul, pintu air dan membangun bosem apabila memungkinkan. “Langkah tercepat sekarang ini adalah menyedot air. Sudah kami perintahkan hari ini (kemarin, red) Dinas PU Pengairan Jatim untuk segera mengirim pompa air,” ungkapnya.
Selain itu, Pemprov Jatim juga berusaha untuk menyediakan air bersih dan air minum. Air sangat dibutuhkan karena penyebaran utama penyakit adalah melalui air. “Pemprov Jatim juga berusaha menyiapkan sanitasi. Karena persoalan ini kaitannya dengan kesehatan masyarakat,” ungkapnya.
Menurutnya, masalah kesehatan masyarakat yang terdampak akibat banjir menjadi hal paling utama untuk diperhatikan. Karena banyak penyakit yang muncul setelah banjir surut.
Gus Ipul menegaskan, adanya genangan air yang berlangsung berhari-hari ini menjadikan masyarakat rawan terkena penyakit serius. “Ini menjadi problem serius dan harus ada penanganan lebih awal, misalnya disediakannya puskesmas dan dibangunnya posko yang ada tenaga medis. Kalau perlu diterjunkan dokter untuk melayani masyarakat terdampak,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kebanyakan penyakit yang timbul setelah banjir adalah seperti penyakit kulit dan kutu air. Selain itu, tidak menutup kemungkinan adalah penhyakit leptospirosis yang bisa berakibat fatal apabila salah penanganan. “Penyakit tersebut berbahaya dan biasanya penyebarannya dari kotoran tikus. Kotoran bisa menyebar dengan mudah karena air yang tergenang,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Pemprov Jatim bersama Pemkab Sidoarjo bekerjasama untuk selalu mengingatkan masyarakat khususnya terdampak banjir untuk selalu waspada dan deteksi dini apabila mengalami kondisi badan kurang sehat.
Pada kesempatan tersebut Gus Ipul juga menyerahkan secara langsung diantaranya bantuan bagi korban banjir senilai Rp450 juta yang diwujudkan berupa tenda selimut matras makanan dan keperluan gizi serta lauk lauk, peralatan dapur dan selimut. [iib]

Tags: