Memulai Manajemen Sampah

Kota-kota besar (juga beberapa kota di Jawa Timur) sudah memasuki situasi darurat pengelolaan sampah. Volume sampah nasional sudah mencapai 200 ribu ton per-hari. Anehnya, beberapa perusahaan nakal masih terus melakukan impor sampah, termasuk limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3). Karena itu diperlukan komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota untuk sungguh-sungguh mengatur pengelolaan sampah.

Memperingati hari Pengelolaan Sampah,” beberapa Bupati dan Walikota (bersama Menteri, dan mantan menteri Lingkungan Hidup) berkumpul di Surabaya. Tujuannya mendeklarasikan komitmen mengurangi timbunan sampah sampai 20%. Targetnya secara nasional sampah akan berkurang sebanyak 50% pada tahun 2020, dimulai tahun ini. Pengurangan sampah antaralain melalui metode bank sampah.

Bank sampah, sudah lama menjadi isu sentral. Beberapa daerah (antaralain Surabaya, Malang dan Lamongan) sudah memulai, tetapi tidak cukup memadai. Di Surabaya misalnya, pengelolaan bank sampah di Jambangan, kini menyurut. Hanya satu-dua RT (Rukun Tetangga) yang berpartisipasi. Kelurahan yang bertetanggaan saja, (Kebonsari, dan Pagesangan) seolah-olah tak tertarik.

Diperlukan manajemen yang lebih terstruktur untuk mengatasi sampah. Biasanya masyarakat akan mengikuti apapun yang diprogramkan oleh pemerintah daerah. Dulupun pemerintah kota Surabaya (periode Walikota Poernomo Kasidi), tak tanggung-tanggung menangani sampah kota. Maka masyarakat merespon pula. Ada pasukan kuning, ada penegakan hukum (Perda), ada pula rertibusi sampah. Hasilnya, Surabaya bersih.

Dulu, tiada yang berani buang sampah, puntung rokok, tisu maupun bekas jajanan, di jalan umum. Bahkan setiap armada angkot wajib dilengkapi bak sampah. Tetapi sekarang, banyak penumpang mobil enteng saja melempar sampah ke jalanan. Tinggal buka kaca mobil, lalu menjadikan jalanan Surabaya sebagai bak sampah.

Juga diperlukan koordinasi lintas instansi (dan kementerian) untuk meminimalisir volume sampah. Konon, masih terdapat peraturan yang membolehkan impor limbah industri, asal bukan B3. Saat ini, sebanyak 7 ribu kontainer berisi besi bekas impor dari berbagai negara yang masuk ke Indonesa. Hampir menjadi kelaziman sejak Januari 2012, termasuk di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Sangat aneh manakala Indonesia mengimpor sampah. Misalnya Peraturan Menteri (Permen) Perdagangan Nomor 39 tahun 2009, yang membolehkan impor limbah non-B3. Namun tetap saja 10 jenis B-3 bisa nyelonong. Jenis limbah industri, B-3 yang biasa terkandung adalah PCBs, serta Hexachlorobenzene, dan Aldrin. Bisa berujud padatan, cair, maupun gas.

Pertanyaannya, jika limbah impor diketahui mengandung B-3, kemana akan dibuang? Jika tunduk pada gertakan importr limbah impor, Indonesia akan menjadi negeri tong sampah, yang membunuh penduduknya dengan gas  logam berat. Diduga, impor limbah dari Afrika Selatan merupakan permainan kartel limbah industri, sindikat dunia. Setelah ditolak di Afsel, lalu dikirim ke Indonesia. Konyolnya, memperoleh fasilitas jalur hijau pula. Artinya, tidak memerlukan pemeriksaan fisik.

Andai petugas berhasil digertak, pastilah limbah yang mengandung B-3 akan menebar racun. Tetapi sebelumnya, telah ribuan kontainer limbah impor telah lolos pemerikasaan. Berdasarkan penelitian laboratorium Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan, limbah impor asal Afsel itu mengandung B-3. Diantaranya jenis logam berat, yakni: timbal, arsenik, seng dan krom.

UU Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, serta UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mestilah ditegakkan secara rigid. Selain membawa importir sampah ke Pengadilan pemerintah (termasuk Pemerintah Daerah) harus pula mere-ekspor limbah beracun ke negara asal. Itu sudah dilakukan, sebanyak 89 kontainer limbah impor sudah dire-ekspor ke Inggris, sedangkan 24 kontainer lagi telah dire-ekspor ke Belanda.

Seharusnya dipahami, tiada negara yang bisa dipercaya dapat memilah sampah menjadi bebas B-3. Sedangkan sampah rumahtangga masih bisa dikelola dengan program terstruktur dan masif. [0]

Rate this article!
Memulai Manajemen Sampah,5 / 5 ( 1votes )
Tags: