Memuliakan Penonton

Foto Ilustrasi

Tiada pertunjukan tanpa melibatkan audience (masyarakat penikmat seni). Bahkan setiap pertunjukan membutuhkan pengumuman luas, agar dikunjungi masyarakat. Selain ke-panitia-an juga sampai melibatkan jasa event organizer yang dibayar mahal. Kehadiran dan apresiasi masyarakat menunjukkan kadar kualitas pertunjukan, terutama pergelaran seni budaya teatrikal. Penontont seni kolosal tak beda dengan suporter sepakbola yang wajib dikelola.
Sehingga penyelenggara pertunjukan wajib bertanggungjawab terhadap kenyamanan pengunjung. Aspek jaminan ketertiban umum menjadi syarat utama pergelaran seni, di dalam gedung, di lapangan maupun di jalan umum. Izin keramaian (di Kepolisian) selalu mensyaratkan aspek keselamatan pengunjung. Terutama pada pertunjukan musik, dan seni teatrikal. Sehingga pada pergelaran bersifat kolosal, kenyamanan dan keselamatan pengunjung wajib diwaspadai sejak awal.
Masyarakat Surabaya berduka pada saat digelar pertunjukan teatrikal, memperingati hari Pahlawan 10 November 1945. Lebih dari seratus pengunjung berinisiatif menyaksikan drama teater di atas viaduk (jembatan layang khusus kereta-api). Sejatinya, harus diakui, lebih pas menikmati drama teatrikal di atas viaduk. Tetapi viaduk, niscaya bukan tribun teater. Melainkan rel lintasan kereta-api (KA) yang sangat kerap dilintasi.
Ketika KA melintas (walau dengan kecepatan lambat), penonton yang berjubel berupaya menjauhi rel. Namun ruang milik viaduk, hanya selebar 1 meter tak dapat menampung 100 orang. Belasan terdesak sampai tumpah dari ketinggian sekitar 4 meter, jatuh ke bahu jalan Pahlawan. Menyebabkan korban luka berat, dan tiga korban jiwa tak terselamatkan. Seharusnya, tujuan memperoleh hiburan (dan rekreatif) tidak berubah menjadi kedukaan.
Penonton pergelaran seni (seperti penonton sepakbola yang kehabisan tiket masuk), biasa mencari tempat paling tepat. Tak peduli membahayakan. Sampai memanjat stadion, maupun bertengger di atas dahan pohon tinggi. Pilihan (tempat mambahayakan) itu pula yang terjadi pada pertunjukan teatrikal bertajuk “Soerabaja Membara.” Seharusnya sudah di-antisipasi penyelenggara. Karena tak jarang, viaduk biasa dilintasi pejalan kaki masyarakat sekitar.
Kepolisian akan berpegang teguh pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2017 tentang Tatacara Perizinan dan Pengawasan Kegaiatan Keramaian Umum, Kegiatan masyarakat Lainnya. PP ini pada pasal 21 ayat (1) memberi kewenangan kepada Kepolisian untuk penundaan. Yakni, manakala berdasar hasil pemeriksaan ditemukan potensi kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Selain penundaan pejabat Polisi juga berwenang menyarankan kepada penyelenggara, memindahkan lokasi, mengubah bentuk kegiatan, atau mengurangi sebagian kegiatan. Bahkan pada pasal 22 Polri berwenang menghentikan, menunda, atau memindahkan lokasi acara yang sedang digelar. Sudah sangat sering Polisi menghentikan pergelaran musik. Juga menghentikan pertandingan sepakbola tatkala terjadi kerusuhan.
Pada kinerja penyidikan (terhadap kasus), Polri selalu memeriksa persiapan penyelenggara keramaian. Misalnya, pada kasus pengeroyokan (hingga korban jiwa) Jakmania, di stadion Gelora Bandung Lautan Api (23 September 2018). Polisi juga memeriksa panitia, terutama kesiapan sarana dan prasarana yang telah disepakati untuk mengamankan pertandingan. Termasuk membludaknya penonton sampai hampir tiga kali kapasitas stadion.
Keamanan penonton menjadi prioritas utama. Hal itu juga tercantum dalam peraturan FIFA, tentang Safety and Security Regulations. Ujungnya, organisasi suporter (bobotoh) diberi sanksi dilarang menonton pertandingan sepakbola Liga 1, sampai pertengahan tahun mendatang. Penyelenggara (manajemen klub Persib) memperoleh sanksi sangat keras. Yakni, pertandingan kandang (home) tanpa suporter, sampai pertengahan musim berikutnya.
Ironisnya, pertunjukan teatrikal “Surabaya Membara,” tidak berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Surabaya, maupun Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Padahal acaranya memperingati Hari Pahlawan 10 November. Seyogianya, pemerintah daerah menyelenggarakan pertunjukan hari besar nasional secara seksama. Melarang komunitas amatiran menyelenggarakan acara kolosal.

——— 000 ———

Rate this article!
Memuliakan Penonton,5 / 5 ( 1votes )
Tags: