Memungkinkan Anak Belajar Bermusik Tanpa Alat Musik

Happy Tri Pamungkas menunjukkan karyanya berupa aplikasi belajar piano berbasis android.

Happy Tri Pamungkas menunjukkan karyanya berupa aplikasi belajar piano berbasis android.

Aplikasi Belajar Piano Berbasis Android Karya Mahasiswa Untag
Kota Surabaya, Bhirawa
Belajar bermusik tanpa alat musik kini  sangat memungkinkan untuk dilakukan. Ini berkat perkembangan teknologi yang telah mengubah segalanya menjadi serba digital. Tak terkecuali peralatan musik yang mahal, semua bisa didapatkan dalam bentuk aplikasi yang modern. Bisa diunduh dengan murah, bahkan gratis. Itupula yang sudah dilakukan Happy Tri Pamungkas dengan karyanya berupa aplikasi pembelajaran piano berbasis android.
Hobi bermain piano yang sudah lama dijalani Happy akhirnya berbuah manfaat. Kini dengan karya buatannya dia bisa mengajari setiap anak yang ingin bermain piano dengan mudah dan murah. Yakni lewat aplikasi pembelajaran piano untuk anak-anak berbasis android.
“Memang sudah banyak aplikasi musik yang tersedia di play store. Tapi umumnya, aplikasi itu hanya untuk bermain. Bukan belajar bermusik,” tutur Happy, mahasiswa Fakultas Teknik Informatika Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya kemarin.
Dari aplikasi yang dibuatnya, tersedia lengkap sol-mi-sa-si dan cord yang bisa dipelajari anak. Selain itu, ada pula gambar jari yang menyentuh tuts bersamaan jari si anak menyentuh layar gadget. Dengan begitu, anak-anak seolah benar-benar bermain piano. Lebih menarik lagi, saat tuts disentuh, secara otomatis akan terdengar lagu atau musik dengan nada dasar sebagaimana tuts yang disentuh. Dan lagu yang terdengar adalah lagu anak-anak.
Lulusan SMK Negeri 7 Surabaya ini ingin anak-anak tidak sebatas bermain game lewat gadgetnya. Lebih dari itu, anak bisa mengasah talenta, utamanya dalam bermusik. “Basic operation system android jellybean saya gunakan. Untuk softwarenya, saya gunakan tiga dimensi,” kata Happy ditemui di kampusnya.
Untuk menyelesaikan karya itu, Happy harus merogoh kantongnya cukup dalam. Biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 2 juta. Nilai yang cukup banyak bagi seorang mahasiswa. Biaya tersebut dia keluarkan untuk membeli buku referensi dan memasang jaringan internet di rumah. “Saya memerlukan jaringan internet supaya pengerjaan dan pencarian referensi melalui browsing bisa lebih leluasa,” ulasnya. Untuk gadget dengan ukuran layar minimal 5 inch, Happy tidak membeli lantaran sudah memiliki.
Ide untuk membuat karya itu, diakuinya telah ada sejak dia duduk di semester VI. Namun proses realisasinya hingga dia akan lulus pada semester VIII. Kesulitan yang dia temui ialah saat sinkronisasi image dengan tone yang sesuai. “Kurang lebih butuh waktu tiga bulan untuk melakukan ini saja,” tutur dia.
Untuk membuatnya, Happy merinci ada tiga langkah yang dilakukan. Pertama membuat coding dengan basis pemograman Java. Kedua, membuat desain interface dengan coreldraw dan photoshop. Terakhir, impor gambar dan impor suara. “Ada tiga menu utama di dalamnya, yakni pembelajaran nada sol-mi-sa-si, belajar cord, dan belajar memainkan lagu,” tutur dia.
Untuk belajar memainkan lagu ini, Happy sudah menyiapkan panduan khusus untuk lagu anak-anak. Sehingga anak tinggal menekan tuts sesuai perintah di aplikasi. “Saya memilih lagu anak-anak lantaran sekarang mulai jarang ada. Anak-anak justru lebih familiar dengan lagu orang dewasa,” ungkap dia.
Meski dia puas dengan karyanya ini, Happy masih ingin mengempurnakan kembali aplikasinya. Misalnya visualisasi yang lebih kontras agar lebih menarik dan mudah dibaca. “Sementara akan diupload di blog pribadi dulu. Karena kalau di play store butuh biaya lagi,” pungkas dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: