Memutus Gejolak Beras

Karikatur Ilustrasi

Masa kritis persediaan beras mulai terasa, ditanda kenaikan harga beras hampir di seluruh daerah. Sebenarnya ini siklus bahan pangan (pokok), rutin terjadi tiap tahun. Tak lama, musim panen padi akan dimulai dua pekan lagi. Persediaan akan berlimpah lagi pada bulan Pebruari. Maka pemerintah (Bulog) seyogianya segera menggelontor surplus (kelebihan) panen tahun lalu. Sehingga impor beras hanya sekadar jaminan “pengamanan” selama sebulan masa tunggu panen tiba.
Harga beras naik rata-rata Rp 2.000,- per-kilogram. Di pasar tradisional maupun supermarket, harga beras medium telah mencapai harga Rp 12.500,- sampai Rp 13.000,- per-kilogram. Sedangkan beras premium sudah lebih dari Rp 16.000,-. Pengeluaran rumahtangga niscaya akan bertambah. Namun biasanya, kenaikan harga beras akan di-ikuti kenaikan harga bahan pangan lain. Diantaranya telur, dan ayam potong, juga merambat naik.
Periode tanam padi bagai berpacu dengan waktu (musim), dimulai pada awal musim hujan (bulan Oktober-November). Panen awal biasa dilakukanpada akhir Januari, sampai berpuncak panen raya bulan Pebruari. Maka lazim terdapat masa kritis ketersediaan beras sebelum panen tiba. Harga beras mulai merambat naik. Beberapa pemerintah daerah (kabupaten dan kota) sudah meminta Bulog membuka gudang di Divre.
Persediaan beras di Divre Bulog, merupakan serapan hasil panen musim lalu yang dibeli dari masyarakat. Total hasil panen 2017, diperkirakan menghasilkan sebanyak 68 juta ton gabah kering giling. Akan menjadi beras sebanyak 39 juta ton. Sedangkan konsumsi beras sekitar 35,584 juta ton beras. Dus, masih surplus beras sebanyak 3,5 juta ton. Lazimnya bisa di-ekspor, atau dihemat sebagai cadangan manakala terjadi paceklik.
Cadangan beras sangat penting, karena biasanya akan mengalami kenaikan harga pada musim tanam. Juga disebabkan distribusi yang terkendala hujan (dan banjir). Harga-harga juga tertekan oleh kendala distribusi (transportasi), karena banjir. Banyak angkutan terjebak banjir, harus mengantre panjang. Banyak pula sopir memilih beristirahat, karena khawatir terjadi kecelakaan.
Problem yang sama juga dialami perdagangan interinsuler (antar-pulau) terkendala cuaca berupa badai dan ombak besar. Di berbagaipelabuhan, puluhan kapal memilih tidakberlayar. Distribusi terkendala oleh badai di laut. Kendala cuaca dan lamanya distribusi bisa menyebabkan mutu beras menurun. Tetapi harga beras malah naik, karena tambahan biaya transportasi.
Harga beras, bukan hanya dipengaruhi ongkos transportasi. Namun sebenarnya lebih ditentukan oleh pola usaha ke-pertani-an.Diantara lima negara produsen beras di Asia, ironisnya, Indonesia menanggung beban biaya pola pertanian tertinggi. Ongkos produksi beras di Indonesia mencapai US$ 0,369 (hampir Rp 5.000,) per-kilogram. Sedangkan di Vietnam hanya US$ 0,154 (sekitar Rp 2.060), dan di Thailand US$ 0,208.
Andai ditambah ongkos kirim, maka harga beras impor Vietnam masih lebih murah dibanding beras lokal. HET beras lokal sudah mencapai Rp 9.450,- per-kilogram. Sehingga pemerintah (Bulog) akan memperoleh keuntungan besar dari impor beras. Itu alasan pemerintah selalu mengimpor beras dari Vietnam, pada saat persediaan beras dalam negeri mulai menyusut. Tahun ini diperkirakan impor beras sebanyak 520 ribu ton.
Namun impor, bukan berarti Indonesia kekurangan beras. Bahkan Indonesia juga dikenal sebagai eksportir beras kelas premium (berharga mahal). Kawasan surplus beras, antaralain Banyuwangi, Karawang dan Sukabumi, sudah ekspor beras. Bahkan juga dari Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Kini saatnya pemerintah memperbaiki usaha ke-pertani-an, me-lazim-kan penggunaan teknologi pertanian sederhana yang murah. Yakni, mesin tanam rice transplanter. Jugamesin panencombine harvaster, kombinasi tiga fungsi sekaligus: menuai, merontokkan, dan menampi.

——— 000 ———

Rate this article!
Memutus Gejolak Beras,5 / 5 ( 1votes )
Tags: