“Men-jinak-kan” Suporter

Foto Ilustrasi

Timnas Indonesia harus legawa manakala FIFA (federasi sepakbola sedunia) menjatuhkan sanksi akibat ulah suporter. Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022, yang memperhadapkan Indonesia vs Malaysia, berlangsung ricuh. Suporter meng-geruduk tempat duduk pendukung tim Malaysia di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta,. Walau “penyerangan” suporter dapat dikendalikan petugas keamanan. Namun ulah suporter nasional bisa berujung sanksi.
Karena rusuh suporter, wasit menghentikan pertandingan pada menit ke-78. Dalam posisi pertandingan seimbang saling serang, skor imbang 2-2. Bertandingan bisa dilanjutkan setelah selama 10 menit pihak keamanan, dan penyelenggara, melerai suporter. PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), dan Menteri Pemuda dan Olahraga, serta official tim tamu (termasuk Menteri Olahraga Malaysia), masing-masing memberi isyarat tanda ketenangan suporter.
Pertandingan sebenarnya berjalan cukup menarik. Pada babak pertama, sudah tersarang tiga gol. Gol pembuka terjadi pada menit ke-12, oleh Alberto Goncalves. Disusul gol balasan timnas Malaysia melalui Mohamadou Sumareh, pada menit ke-37. Tak lama, Alberto Goncalves kembali membuat gol untuk timnas Garuda, pada menit ke-39. Kedudukan ini bertahan hingga akhir babak pertama.
Pada babak kedua, timnas Malaysia lebih menggencarkan serangan. Sampai membuahkan gol pada menit ke-66, oleh Syafiq Ahmad. Skor imbang 2-2. Gejala rusuh mulai nampak, diawali lempar botol air mineral. Disusul beberapa suporter Indonesia melompat memasuki area suporter Malaysia. Makin rusuh, hingga wasit menghentikan pertandingan. Setelah suasana mereda, pertandingan dilanjutkan pada menit ke-88.
Tim Malaysia makin menggencarkan permainan menyerang. Sebaliknya timnas Garuda nampak loyo, kelelahan. Andalan tim Malaysia, Mohamadou Sumareh, kembali mecetak gol ketiga Malaysia pada menit ke-97. Gol ketiga tak terbalas hingga akhir babak kedua, menandai kemenangan tim Malaysia pada kualifikasi pertama Piala Dunia zona Asia. Namun timnas Garuda, belum kehilangan harapan. Walau cukup berat lolos kualifikasi.
Suasana tidak aman saat pertandingan sepakbola, merupakan pelanggaran FIFA Disciplinary Code (tahun 2019). Pada pasal 16, dinyatakan, “Klub dan asosiasi tuan rumah bertanggungjawab atas ketertiban dan keamanan di dalam dan sekitar stadion, sebelum, selama, dan setelah pertandingan. Bertanggungjawab atas insiden dalam bentuk apapun dan dapat dikenakan tindakan dan arahan disipliner, kecuali dapat membuktikan tuan rumah tidak lalai … .”
Ulah suporter sepakbola Indonesia memasuki fase darurat suporter. Sebagian kelompok nyata-nyata dipimpin oleh preman. Sering menyulut kericuhan (tindak kekerasan) di sepanjang perjalanan. Mencegat kendaraan suporter klub lawan, sampai merusak angkutan umum (kereta-api). Memukul dengan senjata tajam, melempar batu dan membunuh suporter klub lawan, menjadi salahsatu tujuan. Sudah banyak korban harta dan jiwa masyarakat!
Puncak tragedi rusuh suporter, terjadi pada pertandingan “el-classico” panas antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta. Seorang suporter jakmania meninggal dikeroyok masa bobotoh Bandung. Tragedi pasca-tanding (pada Liga 1 Indonesia) musim 2018, itu sangat disesalkan. Karena pertandingan dua klub papan atas Indonesia itu berlangsung seru, dan sangat berkualitas, lima gol tercipta.
Ulah suporter sering menyebabkan kerugian. Juga memalukan, karena terjadi pada even internasional. Ingat misalnya, ketika laga melawan kesebelasan Arab Saudi di Jakarta. Suporter menyalakan petasan dam melempar botol air mineral ke arah suporter Arab Saudi. Aksi anarkhis ini berkonsekuensi denda sebesar US$ 10 ribu, plus tambahan denda US$ 5 ribu. Indonesia bisa terkena sanksi FIFA manakala kerusuhan suporter tidak dicegah secara tegas. PSSI seyogianya meng-gagas “pembinaan” suporter, dengan pola sistemik, dan simpatik. Terutama membina penanggungjawab kelompok suporter, sebagai jaminan ketertiban.

——— 000 ———

Rate this article!
Tags: