Menabung Masa Depan Bukan ke Water Closed

Dewi Sriyana Rihantyasni saat menjelaskan soal pasar modal.

Surabaya, Bhirawa
Menabung, adalah untuk masa depan bukan ke Water Closed (WC). Perumpamaan bernada sindiran pedas tersebut disampaikan Legowo Kusumonegoro presiden direktur PT. Manulife Asset Managemen Indonesia (MAMI) di sela sela acara Workshop Pasar Modal dan Media Gathering di Aria hotel Surabaya Selasa (12/12) kemarin.
Tujuan dari ungkapan tersebut disampaikan Legowo, melihat hobby kuliner masyarakat yang kian hari kian marak. Sementara kalau diajak menabung saham susahnya setengah mati dengan alasan yang berbelit dan berkelit kelit macam macam. “Padahal kalau kuliner, sudah jelas menabungnya ke WC, karena kalau makannya banyak dan enak, dijamin pagi harinya pasti dikeluarkan atau menabung di WC,” ungkap Legowo.
Untuk sekali kuliner dana yang harus dikeluarkan tidaklah murah, bisa saja satu orang bernilai ratusan ribu rupiah, bahkan kalau makanan yang disantap sangat istimewa, bisa jutaan rupiah yang harus dikeluarkan. “Sementara untuk membeli saham di pasar modal cukup Rp 100.000, atau Rp10.000 saja,” tambah Legowo.
Membeli saham di pasar modal, tambahnya, adalah untuk masa depan dengan berbagai keperluan yang akan dihadapinya, bisa untuk anak sekolah, berobat karena sakit dan lain sebagainya., dengan jaminan dana yang ada bisa diambil sewaktu waktu kapan saja dibutuhkan. Untuk jaminan segala macam program, Legowo menawarkan Mami, yang siap memberikan pelayanan yang baik bagi semua pihak dan lapisan.
Untuk keamanan, Legowo menjamin, karena di Mami Reksadana dana yang ada akan ditangani dan dikelola oleh manager investasi yang dikelilingi oleh hukum dalam menjalankan tugasnya. Artinya kalau berani macam-macam bisa saja dicabut izin usahanya, sehingga tidak bisa beroperasi kembali.
Yang paling penting, adalah jika terkena blokir atau dicabut ijinnya maka konditenya yang harus dipertaruhkan, karena semua pihak pasti akan tahu karena diberitahukan, sehingga akan mendapatkan jalan buntu bagi sang pelaku ” Maka ada jaminan yang baik bagi Maimi Reksadana,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala perwakilan Surabaya Pusat Informasi Go Publik (PIGP) Bursa Efek Indonesia (BEI), Dewi Sriana Rihantyasni, saat dijumpai pada kesempatan yang sama secara terpiaah mengungkapkan, memang cukup ironis dan memprihatinkan jika melihat jumlah penduduk Indoneaia khususnya Jatim dan Surabaya dengan usia produktif, tapi enggan membeli sahan di pasar modal.
Apalagi diprediksi Indoneaia akan menjadi negara npmor 4 ekonomi terkuat pada tahun 2050 se Asia setelah China, Philipina, dan India. “Makanya kita menjadi negara teroptimis ke 3 di dunia untuk masalah investasi saham di pasar modal,” pungkas mbak Ana, sapaan akrab Dewi Sriyana Rihantyasni. [ma]

Tags: