Menakar Dampak El Nino Pada Ketahanan Pangan

Oleh :
Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen Agribisnis Univ. Muhammadiyah Malang

Dewasa ini, perubahan iklim sangat membawa dampak pada berbagai sektor termasuk pertanian di Indonesia. Perlu kiranya para periset dan akademisi berperan mencari solusinya. Pasalnya, dampak dari perubahan iklim (DPI) global El Nino ini berpotensi memicu penurunan produktivitas, produksi, mutu hasil pertanian, serta penurunan efisiensi dan efektivitas distribusi hasil pertanian.
Pada akhirnya hal ini dapat menyebabkan rentannya ketahanan pangan di suatu wilayah dan berdampak negatif terhadap kehidupan sosial, ekonomi serta kesejahteraan masyarakat. Strategi, antisipasi harus di rancang secara holistik dan integratif yang menjadi tugas bagi kita semua. Berangkat dari kenyataan itulah penulis terpanggil untuk berbagai pemikiran sekaligus solusi untuk mewujudkan ketahanan pangan di tengah dampak kemarau panjang atau dikenal dengan El Nino.

Krisis kekeringan akibat El Nino
Musim kemarau panjang atau dikenal dengan el nino telah melanda wilayah Indonesia. Pada akhir Juli 2023 lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat ada 63% dari 669 zona wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau. Artinya sebanyak 63% kita sudah terdampak langsung El Nino. BMKG memperkirakan puncak El Nino terjadi pada Agustus dan September 2023 ini, tapi tidak menutup kemungkinan El Nino akan berlangsung sampai akhir tahun 2023 bahkan diperkirakan mencapai awal tahun 2024.

Melihat potensi El Nino yang demikian, pemerintah tentu tidak bisa tinggal diam. Sejumlah strategi pun perlu disiapkan. Utamanya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pasalnya, komoditas pangan menjadi salah satu yang terdampak paling tinggi dari El Nino. Sejumlah lahan pertanian diproyeksi akan mengalami gagal panen tahun ini akibat kemarau panjang.

Berdasarkan catatan BMKG, El Nino kali ini akan lebih ekstrem dibandingkan sebelumnya. Artinya wilayah yang terdampak kekeringan akan lebih kering di bandingkan El Nino yang melanda Indonesia pada 2019 lalu. Alhasil, El Nino saat ini sangat berpotensi memperparah ketahanan pangan di negeri ini. Terlebih, sampai sekarang Indonesia masih bergantung dengan sejumlah komoditas pangan impor lantaran produksi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan. Sebut saja komoditas beras, kedelai dan jagung hingga kini masih menjadi aktivitas impor komonditas pangan utama.

Wajar jika saat El Nino melanda sekarang pemerintah kelihatan kedodoran. Sehingga, aktivitas impor pangan demi memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri pun sulit dibendung. Ditambah, selama ini banyaknya lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi pemukiman turut memperkecil ketersediaan kuantitas produk pangan dalam negeri.

Di sisi lain, tuntutan pada pertanian untuk menghasilkan komoditi pangan sangat besar karena populasi penduduk Indonesia yang kian meningkat. Sehingga, tidak salah jika di tengah ancaman El Nino ini menjadi relevan bagi kita semua untuk kembali mengingatkan pemerintah agar mampu mengatasi kelangkaan dan lonjakan harga pangan agar stabilitas di pasar tetap terjaga.

Percepatan ketahanan pangan
Pangan merupakan kebutuhan paling dasar bagi manusia Jika ada sebagian warga yang menghadapi masalah pangan, dikhawatirkan tidak hanya mengganggu pembangunan sumber daya manusia, tapi juga berimplikasi negatif pada pembangunan ekonomi, sosial, hukum, bahkan ketahanan negara. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan diamanatkan dalam UU nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, dimana di dalamnya telah dinyatakan bahwa ketahanan pangan diartikan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tecermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Memperhatikan apa yang diamanatkan dalam undang-undang, untuk membangun dan memperkokoh ketahanan pangan nasional, perlu sinergitas yang kuat dari berbagai kepentingan, termasuk pimpinan daerah yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pangan warganya. Dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, memang terlebih dahulu harus diperkuat ketahanan pangan di daerah.

Itu artinya, jajaran pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam mewujudkan percepatan ketahanan pangan perlu memperhatikan ketersediaan pangan di daerah sehingga tidak ada yang kekurangan pangan. Terlebih, di saat El Nino melanda Tanah Air seperti saat ini. El Nino berkepanjangan meski tersikapi dengan berbagai mitigasi. Pasalnya, El Nino bisa berdampak pada ketahanan pangan karena fenomena kurang hujan akan mempengaruhi jumlah produksi pertanian. Logis adanya, jika Badan Pangan Nasional perlu memastikan stok pangan dalam negeri cukup untuk menghadapi dampak El Nino. Sejatinya, percepatan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan menurut hemat penulis bisa dilakukan dengan beberapa syarat.

Pertama, memberi perlindungan serta keberpihakan pengelolaan dana desa berbasis pertanian untuk dapat membangun lumbung pangan di desa. Minimal, dengan tiga syarat, yakni ketersediaan pangan yang cukup, kemudahan akses, dan keamanan. Hal tersebut sebagai upaya bersama dalam memberi perlindungan serta keberpihakan pengelolaan dana desa berbasis pertanian untuk dapat membangun lumbung pangan di desa.

Kedua, Kementerian Pertanian dan kepala daerah perlu berkomitmen untuk bersama-sama mengawasi peraturan daerah Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) terhadap perlindungan lahan pertanian. Selain itu, otoritas yang berwenang harus memberikan perhatian khusus terhadap perlindungan petani yang gagal panen karena kondisi iklim yang ekstrim

Ketiga, terus mengedepankan pembangunan infrastruktur. Upaya meningkatkan ketahanan pangan bisa dilakukan dengan modernisasi irigasi yang saat ini masih terus disosialisasikan kepada para petani. Upaya itu mencakup lima pilar: Keandalan Suplai Air; Keandalan Jaringan/Infrastruktur Irigasi; Manajemen Air; Kelembagaan Petani; Peningkatan Kualitas SDM.

Melalui ketiga, percepatan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan tersebut di atas sangat penting untuk dilakukan guna mengantisipasi dampak El Nino yang berkepanjangan. Selain itu dibutuhkan strategi dan kejelian seluruh lapisan masyarakat dalam mengelola dampak El Nino yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada September 2023 hingga awal 2024 dinilai sangat penting. Hal ini mengingat dampak El Nino akan mengancam ketahanan pangan di Indonesia.

———– *** ————

Tags: