Menakar Keberhasilan Pembelajaran Daring

Oleh :
Eki Tirtana Zamzani
Pengajar Matematika di The House of Trining Centre / HTC Mojokerto.
Wabah virus corona berdampak meluas di semua lini kehidupan. Salah satu dampaknya yakni ada dibidang pendidikan. Sekolah harus diliburkan selama beberapa minggu oleh pemerintah. Hal ini bertujuan untuk memutus rantai penularan virus corona dari manusia ke manusia. Sehingga sebagai gantinya guru dan murid harus melaksanakan pendidikan jarak jauh.
Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. (Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Selama liburan anak-anak tetap mendapatkan tugas dari gurunya secara daring (dalam jaringan) setiap hari. Tugas itu dikerjakan oleh anak-anak dari rumahnya masing-masing. Komponen-komponen penilaian pembelajaran seperti aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan Psikomotor (ketrampilan) dapat digunakan oleh guru sebagai tugas dalam pembelajaran daring.
Sementara itu lembaga nonformal seperti bimbel masih tetap beroperasi dari kantor. Bimbel bisa berinovasi melakukan pembelajaran secara daring dengan memanfaatkan media sosial (medsos) yang ada. Bimbel mengubah pembelajaran dari yang dahulunya dilakukan dengan bertatap muka secara langsung antara pengajar dan murid menjadi pembelajaran secara daring (dalam jaringan).
Jika tidak ingin tutup lebih awal maka bimbel harus mengikuti perkembangan zaman. Berkat kecanggihan teknologi pembelajaran dapat dilakukan melalui sarana panggilan video, perekam suara, pengiriman foto, dan pengetikan kata di phonsel pintar. Bimbel tentu terbantukan oleh fasilitas yang disediakan oleh medsos dan bisa diunduh secara gratis di phonsel pintar.
Anak-anak membutuhkan belajar di sekolah untuk mendapatkan ijazah. Sekolahan pasti banyak dicari oleh orang tua karena sebagai syarat legalitas pendidikan bagi anak-anaknya. Sedangkan bimbel yang membutuhkan murid. Jika bimbel itu ingin memiliki murid pada tahun ajaran baru maka kualitas pembelajarannya juga harus bagus. Sehingga orang tua bersedia menitipkan anaknya lagi untuk dileskan ke bimbel pada tahun ajaran berikutnya.
Tentu dalam keadaan pembatasan jarak seperti saat ini akibat meluasnya penyebaran virus corona. Suatu tantangan tersendiri bagi bimbel untuk bisa terus bertahan dari krisis ekonomi.
Salah satu caranya yakni dengan tetap melakukan inovasi pembelajaran secara daring. Hal ini bertujuan agar roda perekonomian masih bisa tetap berputar. Yakni dari pembayaran spp les murid ke bimbel sebagai gaji pengajar – pengajar bimbel.
Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring di bimbel terdiri dari tiga bagian yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Setiap tahap sebisa mungkin dilakukan oleh pengajar agar mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal.
Pertama, perencanaan pembelajaran. Pengajar bisa menyiapkan materi yang akan dibagikan kepada murid. Modulnya bisa berupa file berformat pdf yang bisa dibuka di phonsel pintar. Setelah itu pengajar bisa membuat group kelas di medsos.
Dalam penggunaan medsos, pengajar mendaftarkan diri terlebih dahulu. Kemudian membuat kelas pertemuan berfasilitas panggilan video dengan durasi waktu selama 40 menit. Murid-murid tidak perlu mendaftarkan diri. Tugas mereka hanya mengunduh aplikasinya saja.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran. Setelah medsos terunduh, pengajar dan murid bisa melakukan pembelajaran daring melalui panggilan video. Pengajar menjelaskan materi dengan menuliskannya di papan tulis yang disiarkan secara langsung melalui medsos.
Saat itu juga, murid-murid bisa menanyakan materi jika ada penjelasan dari pengajar yang kurang jelas. Diskusi dengan cara umpan-balik ini bisa berjalan dengan lancar. Jika pengajar dan murid aktif dalam pembelajaran daring. Di akhir penjelasan pengajar bisa menarik kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan.
Setelah 40 menit berjalan melalui panggilan video. Pembelajaran daring berganti dilakukan di group medsos. Pengajar memberikan latihan soal yang pengerjaanya dibahas secara bersama-sama.
Caranya soal latihan itu di kerjakan terlebih dahulu oleh murid dengan durasi waktu tertentu. Lalu jawaban dari murid dikirim secara japri ke pengajar. Beberapa jawaban murid yang telah terkumpul. Pengajar bisa mendata jawaban yang masih salah. Hal ini sebagai penentuan pembahasan soal berikutnya di group medsos.
Dalam pembahasan, jawaban dari pengajar di tulis. Lalu di foto dan dibagikan di group medsos. Setelah itu pengajar bisa melakukan voice note (perekam suara) dan chatting (pengetikan kata) kepada murid untuk memberikan penjelasan dari jawaban tersebut.
Kelemahan dalam tahap ini, pengajar dan murid tidak bisa bertatap muka. Sehingga pengajar tidak bisa memantau aktivitas muridnya. Mereka masih tetap mengikuti pembelajaran daring kali ini atau melakukan aktivitas yang lainnya.
Ketiga, tahap yang terakhir yakni evaluasi pembelajaran. Bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman murid selama pembelajaran daring dilakukan. Pengajar bisa membuat kuis melalui laptop. Kuis itu bisa berasal dari jasa yang diberikan oleh salah satu website di internet.
Kuis bisa dibuka di phonsel pintar setelah mereka mengikuti petunjuk yang telah dibagikan. Kelebihan penilaian secara online yakni setelah murid mengerjakan kuis di phonsel. Hasil pengerjaan murid akan langsung muncul di phonsel. Kemudian jawaban dari semua murid juga akan terkirim ke laptop pengajar.
Sehingga setelah ketiga tahapan pembelajaran ini telah dilakukan dengan baik. Pengajar bisa menakar keberhasilan pembelajaran daring yang telah dilakukan kepada murid. Acuan penilaiannya bisa berasal dari keaktifan murid selama melaksanakan diskusi di group medsos dan juga dari penilaian kuis yang telah dikerjakan oleh murid.
————– *** —————

Tags: