Menakar Nilai Sejarah Situs Kedaton dan Sugihwaras Jombang yang Kaya Sebaran Benda Kuno

Sebagian benda-benda kuno yang pernah di temukan dari Desa Kedaton, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. [arif yulianto]

Diduga Berasal Pada Era Majapahit, Toponim Kedaton Terkait Tempat Tinggal Ratu
Jombang, Bhirawa
Situs Kedaton di Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek yang berbatasan langsung dengan Situs Sugihwaras di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang merupakan area yang terdapat banyak sekali peninggalan benda-benda kuno yang diduga berasal dari abad 14 dan 15 atau pada masa Kerajaan Majapahit.
Di dua situs ini, pernah ditemukan banyak sekali benda-benda kuno mulai dari struktur bata, pecahan gerabah, gentong, dan benda-benda lainnya. Bahkan, dari aktivitas penggalian pasir di sebelah selatan Desa Bulurejo juga pernah ditemukan tameng layaknya tameng pasukan kerajaan.
Sebaran benda-benda kuno banyak tersebar di dua desa ini. Hal ini bisa dilihat dan diukur dari lokasi penemuan di sebelah selatan desa dan di persawahan dekat pemukiman warga yang berada di sebelah utara, tepatnya di Dusun Kedaton Santren di desa setempat.
Bahkan, di Dusun Kedaton Santren pada Selasa (14/6), terdapat pecahan benda-benda kuno di area aktivitas proyek irigasi. Situs Sugihwaras dan Bulurejo di bagian selatan sendiri ditemukan sejak beberapa tahun lalu karena adanya aktivitas penambangan pasir.
Situs Bulurejo dan Sugihwaras juga pernah diteliti oleh salah satu universitas yang bekerjasama sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim.
Warga Kedaton Santren bernama Zainuri (61) pernah menemukan sejumlah benda kuno berbentuk guci, lumpang, hingga pipisan saat melakukan penggalian di area sawah yang berjarak beberapa meter dari permukiman warga.
Warga bernama Zainuri mengaku, dirinya menemukan benda-benda kuno tersebut pada tahun. 2009 dan 2010 silam. “Sepertinya ada bangunan, banyak batu-batu seperti di plester gitu. Kira-kira ada 30 sumur dan berjarak sekitar lima meter antar sumur,” kata Zainuri.
Selain batu bata berukuran besar, sejumlah benda kuno lainnya menurut Zainuri, juga pernah ditemukan dari lokasi tersebut. Di antaranya seperti pecahan mangkuk porselen maupun sumur yang terbuat dari tanah. “Sering (dijual), tapi nggak seberapa mahal. Ada yang laku 100 ribu, 50 ribu, 25 ribu. Ya mangkuk, kendi gitu,” tutur Zainuri.
“Kalau perhiasan, saya pernah menemukan seperti rantai tapi lampu. Saya diberi uang 150 ribu,” tuturnya lagi.
Di sekitar area penemuan, terdapat banyak struktur bata-bata berukuran besar masih terpendam di tanah. Di bekas dugaan lokasi galian itu juga terdapat pecahan-pecahan gerabah kuno bermotif. Benda-benda yang ditemukan oleh Zainuri ini juga telah ditinjau oleh petugas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang.
Arkeolog BPCB Jatim, Ismail Lutfi, mengatakan, di daerah Kedaton dan Sugihwaras, kuantitas temuan benda-benda kuno cenderung berasal dari abad 14 dan 14 Masehi. “Jadi kalau dari artefak yang sudah ditemukan, itu memang lebih cenderung ke arah sana, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa, pemanfaatannya bisa dimulai pada abad sebelumnya” terang Ismail Lutfi, Selasa (7/6).
“Karena memang kita harus pahami, satu produk budaya, apalagi yang material besar, itu tidak mungkin tiba-tiba jadi,” tambah Ismail Lutfi.
Nama Kedaton di Situs Kedaton sendiri menurut dia, sebagai toponim sangat menarik dan penting. “Karena kata Kedaton, itu kosakata dasarnya adalah datu, mendapat ke dan an, ke-datu-an. Sama dengan ratu, ke-ratu-an. Artinya, secara kebahasaan, itu bisa berarti adalah tempat tinggal ratu, atau paling tidak terkait dengan ratu,” jelas Ismail Lutfi. [arif yulianto]

Tags: