Menakar Transformasi Kesehatan

Oryz-SetiawanOleh :
Oryz Setiawan
PraktisiKesehatan& Alumnus
FakultasKesehatanMasyarakat (Public) Unair Surabaya

Salah satu rapor kemajuan sebuah bangsa adalah status kesehatan manusia melalui indeks pembangunan manusia di bidang kesehatan sehingga sangat wajar bila bidang kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan. Bagi banyak orang persepsi kesehatan seakan tak lepas dari “segitiga emas” (triangle) yakni tenaga kesehatan (medis), sarana layanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit) dan seputar obat-obatan. Padahal berbicara kesehatan tentu berbicara pada upaya seseorang untuk tetap sehat bukan sekedar tidak sakit sehingga dapat hidup lebih produktif dan berkualitas.
Sehat memiliki makna luas, bukan sekedar secara fisik namun juga psikis, sosial dan produktif. Kondisi sehat merupakan kebutuhan mutlak seseorang, tanpa sehat tentu semua tak bermakna apa-apa (health is everything, without health everything is nothing) sehingga sehat itu emas, sehat itu investasi. Di era modernisasi dan digitalisasi wajah kesehatan mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat bahkan kesehatan telah berkembang menjadi sebuah industrialisasi yang mempertimbangkan kaidah-kaidah keekonomian.
Di satu sisi pemanfaatan informasi kesehatan pada publik melalui media sosial kian mempermudah upaya sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan kesehatan ke ranah publik dalam bentuk promosi kesehatan (public goods). Namun disaat yang sama, terjadi situasi yang bergerak di bawah bayang-bayang kapitalisasi kesehatan dimana berpotensi esensi, jiwa sosial dan nilai-nilai kemanusiaan yang melekat dalam makna sehat akan bertransformasi ke dalam ukuran-ukuran ekonomi yang mengedepankan keuntungan finansial serta kaidah-kaidah pembiayaan.
Kondisi tersebut latar belakang peringatan emas Hari Kesehatan Nasional ke-50 tahun 2014 yang memilih tema “Sehat Bangsaku, Sehat Negeriku” dimana bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa menjaga diri tetap sehat adalah jauh lebih baik daripada mencari pengobatan setelah jatuh sakit. Pada usia yang ke-50 tahun adalah usia yang cukup mapan untuk kembali mereview perjalanan pembangunan kesehatan selama setengah abad sehingga menjadi momentum bahwa kesehatan lebih mengedepankan aspek promotif dan kuratif daripada aspek kuratif dan rehabilitatif seperti yang tercermin dalam Paradigma Sehat (Health Paradigm).
Catatan Sejarah
Cikal bakal Peringatan Hari Kesehatan Nasional, diawali pembasmian malaria (eradication malaria) pada 12 Nopember 1964. Kemudian di Era Pelita I pada tahun 1969 – 1974, perkembangan kesehatan nasional masih memperihatinkan diwarnai dengan banyak kasus kematian bayi dari 1.000 bayi lahir hidup setiap tahun 125-150 meninggal. Di sisi lain pemberantasan penyakit ditandai dengan keberhasilan pembuatan vaksin cacar sehingga penyakit cacar dapat diberantas.Era Pelita II : juga masih banyak dijumpai ketersediaan sarana kesehatan, tenaga yankes, asupan gizi dan sanitas lingkungan yang tidak memadai.
Era Pelita III, keberhasilan dalam program KB dengan akseptor 12,8 juta, tingkat kelahiran dapat ditekan dari 2,7% menjadi 2% setelah gerakan program KB serta tingkat kesuburan turun. Di era inilah muncul program pengembangan kesehatan berbasis masyarakat seperti Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan. Memasuki era 90-an, mulai dikembangkan berbagai gebrakan yang mendukung program kesehatan antara lain : pembatasan merokok dengan mencantumkan tulisan bahaya merokok di setiap kemasan produknya, menentang stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), peluncuran obat generik, upaya perbaikan gizi masyarakat hingga kesuksesan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diawali pada tahun 1995.
Hingga periode sekarang kian gencar program dicanangkan yakni : Jamkesmas, Desa Siaga, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Upaya perluasan program secara berkelanjutan : revitalisasi puskesmas, flying doctor,  rumah sakit bergerak untuk daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Kemudahan ketersediaan obat melalui e- catalog obat generik, upaya antisipasi dan pengendalian sejumlah penyakit menular MERS-CoV (flu arab), Flu Burung, ebola, demam berdarah serta terciptanya lingkungan sehat (jumantik, gerakan pungut sampah, revitalisasi sungai, car free day).
Seiring dengan kompleksitas problematika kesehatan, pemerntah dipacu untuk memberikan perlindungan sosial dalam bentuk jaminan kesehatan secara menyeluruh (universal coverage) bukan sekedar konteks menyembuhkan dari rasa sakit dengan menjamin pembebasan biaya kesehatan, pemeriksaan dan pengobatan namun juga memberikan program nyata dimana kesehatan menjadi bagian hidup yang takterpisahkan dengan masyarakat sehari-hari. Dengan kata lain mampu memberikan layanan hidup sehat, produktif serta membebaskan diri dari ancaman bencana kesehatan dan serangan berbagai penyakit.

                                                                                ———————- *** ———————

Rate this article!
Tags: