Dorong Pabrik Gula Tingkatkan Kualitas K3

Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakhiri saat mengunjungi Pabrik Gula Djombang Baru milik PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) di Kabupaten Jombang, Senin (3/8).

Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakhiri saat mengunjungi Pabrik Gula Djombang Baru milik PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) di Kabupaten Jombang, Senin (3/8)

Jombang, Bhirawa
Kementerian Ketenagakerjaan mendorong peningkatan kualitas manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di lingkungan pabrik gula. Peningkatan kualitas K3 sangat penting agar pekerja nyaman dan aman, sehingga bisa memacu produktivitasnya untuk mencapai target perusahaan.
“Dulu pikiran saya jika masuk ke pabrik gula adalah kotor, tidak aman, dan rentan terjadi kecelakaan kerja. Tapi sekarang saya melihat itu sudah berubah, seperti di Pabrik Gula Djombang Baru ini. Kementerian akan terus mendorong agar semua pabrik gula mematuhi aturan ketenagakerjaan, baik soal K3 maupun hubungan industrial,” Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakhiri saat mengunjungi Pabrik Gula Djombang Baru milik PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) di Kabupaten Jombang, Senin (3/8).
Hanif mengatakan, saat ini belum banyak pabrik gula yang mampu menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Padahal, SMK3 diperlukan untuk memastikan adanya sistem yang terintegrasi di lingkungan bisnis yang bisa menciptakan suasana terbaik bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Apalagi bagi pabrik gula yang wilayah kerjanya sangat kompleks, seperti adanya mesin bertekanan tinggi.
Dia mengapresiasi dua pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) yang telah menerapkan SMK3 secara penuh, yaitu PG Gempolkrep (Mojokerto) dan PG Modjopanggung (Tulungagung). Itu sekaligus menjadikan PG milik PTPN X sebagai PG pertama di Indonesia yang menerapkan dan lulus audit SMK3.
“Pemberlakuan SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan untuk pengendalian risiko terkait kegiatan kerja yang aman, efisien, dan produktif. Ini akan terus didorong oleh Kementerian. Nantinya diawasi oleh Dirjen Pembinaan dan Pengawasan. Saya ingin semua pabrik taat aturan. Tentu ada sanksi jika melanggar,” ujar Hanif.
Dia menambahkan, dengan kualitas K3 yang baik, kesejahteraan yang secara bertahap terus meningkat, dan jaminan sosial menyeluruh lewat BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan, para buruh bisa konsentrasi penuh pada upaya memacu produktivitas.
“Buruh jangan hanya kuat di luar, di jalan (untuk demonstrasi), tapi juga harus tangguh di dalam pabrik, bekerja giat di pabrik. Harus dibalik pemikirannya, harus kuat di dalam pabrik dengan dialog yang bagus bersama manajemen untuk hasilkan kinerja optimal, sehingga yang teriak-teriak di luar pabrik bisa diminimalkan,” ujarnya.
Sementara itu, Dirut PTPN X Subiyono mengatakan, pihaknya berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan K3 melalui berbagai upaya. Antara lain dengan mengontrol permesinan, memastikan alat pelindung diri (APD) yang memadai, meningkatkan in-house keeping, bebas pencemaran lingkungan, dan terus melakukan edukasi ke seluruh tenaga kerja.
“Saat ini kami mempunyai 427 tenaga kerja yang berkompetensi K3 yang terdiri atas ahli K3 kimia, K3 listrik, K3 umum, K3 kebakaran, K3 spesialis, operator dan pesawat uap, dan beberapa posisi lain. Kami juga telah membentuk Lembaga Panitia Pembina K3 di semua unit usaha dan anak perusahaan,” ujarnya.
Pada akhir tahun ini, PTPN X menargetkan pabrik-pabriknya bisa menerapkan SMK3 secara penuh. Saat ini, sudah dua PG milik PTPN X yang menerapkan SMK3 sekaligus menjadikan PG tersebut sebagai PG pertama di Indonesia yang menerapkan SMK3.
“Kami ingin tidak sekadar untuk memenuhi perlengkapan K3, namun meningkatkan lingkungan kerja yang ergonomis, higienis, dan nyaman. Hal ini juga dibuktikan dengan diraihnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang Sistem Manajemen Mutu,  ISO 14001:2008 Sistem Manajemen Lingkungan, dan Sertifikat SNI oleh sejumlah PG,” jelasnya.
PTPN X juga mengalokasikan dana cukup besar untuk investasi peningkatan kualitas SDM sebagai sentral capital asset Perusahaan. Pada 2014, Perusahaan mengalokasikan anggaran sekitar Rp25 miliar untuk program pelatihan, pendidikan dan pengembangan karyawan. “Kami menggandeng sejumlah perguruan tinggi, seperti UI, UGM, Universitas Jember untuk mendorong kualitas SDM. Bagi kami pendidikan SDM bukan beban, tapi investasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan,” pungkasnya. [rur]

Tags: