Menanti Berkah Kemuliaan, Haji Bersama Rasulullah SAW

Roudloh ketika disterilkan.

Roudloh ketika disterilkan.

Catatan Perjalanan Umrah Bulan Ramadan 1436 H [Bagian Kedua]
Kota Surabaya, Bhirawa
“Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah zam-zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.” (Dua hadits shahih, diriwayatkan oleh seluruh perawi hadits)
Melaksanakan umrah pada Bulan Ramadan, memang istimewa. Logis, karena dua ibadah terberat dilaksanakan pada satu aksi. Puasa, sudah berat. Umrah, yang terdiri atas thawaf dan sa’i, juga berat.  Thawaf, mengelilingi Ka’bah tujuh putaran, bukan pekerjaan enteng. Totalnya bisa setara dengan berjalan sejauh 2,5 kilometer. Begitu pula sa’i, berjalan antara bukit Shofa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali trip, jarak tempuh totalnya sejauh 2,8 kilometer. Pada saat kelelahan, jangan lupa minum air  zam-zam.
Laku wajib umrah paling utama, adalah berpakaian ihram yang dikenakan mulai dari tempat miqat (biasanya di daerah bernama Tan’im, atau di daerah Ji’rona). Mengenakan pakaian umrah, memiliki tata cara khusus. Di antaranya untuk laki-laki terdiri dari dua lembar kain putih. Selembar untuk disarungkan pada tubuh, mulai dari atas pusar sampai bawah lutut. Selembar yang lain untuk menutup tubuh bagian atas, dengan salah satu ujung dikempit di ketiak (sehingga bahu kanan nampak).
Sedangkan ihram perempuan seperti rukuh shalat. Sebaiknya dengan petunjuk ahli agama. Untuk laki-laki sebaiknya pakaian ihram dilengkapi sabuk, agar tidak melorot (karena gerakan fisik umrah sangat banyak dan lama). Jarak dari Masjid Al-Haram ke tempat miqat cukup jauh. Ditempuh dengan perjalanan mobil rata-rata 30 menit. Bisa carter taksi seharga 80 riyal (sekitar Rp 300 ribu) maksimal untuk 6 orang. Itu sudah komplit ongkos pergi-pulang, termasuk tips sopir.
Thawaf mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran, sesungguhnya tidak seberat yang dibayangkan. Sebab, walau dilakukan pada areal terbuka, akan tetap terasa nyaman. Thawaf pada siang hari pun, tidak perlu khawatir kepanasan. Di seluruh kawasan dalam Masjid Al-Haram, seluruhnya terasa sejuk. Di setiap pilar (jaraknya 7 meter antar pilar) sudah dilengkapi AC plus kipas besar. Suhu udara di dalam Masjid Al-Haram rata-rata 17 derajat Celsius. Sedangkan di luar (jalanan) mencapai 41 derajat Celsius.
Umrah saat puasa Ramadan akan lebih terasa melelahkan, manakala ditambah laku sunnah. Misalnya, salat di Hijir Ismail. Ribuan jamaah selesai thawaf, menuju Hijir Ismail untuk salat dua rakaat. Maka niscaya, selalu berdesak-desakan. Tidak ada akidah fiqih (peraturan) tentang ladies first. Maka tidak dibedakan antara laki-laki dengan wanita.
Bercampur dan berhimpitan antara laki-laki  dengan perempuan. Tetapi mayoritas laki-laki mempersilakan (dan melindungi) wanita. Shalat di Hijir Ismail tanpa mengenal shaf. Asal ada tempat yang memungkinkan untuk bersujud. Setelah itu langsung disusul pelaksanaan sa’i. Tidak sulit dan tidak sengsara, karena dilakukan pada venue indoor. Lintasan berada dalam gedung kompleks Masjid Al-Haram, ber-AC pula.
Berbagai faktor kesulitan (yang melelahkan) itu, ditambah kondisi berpuasa, menjadikan umrah Ramadan sangat dimuliakan. Tercatat dalam kumpulan hadits shahih, bahwa melaksanakan ibadah umrah pada bulan Ramadan, setara dengan melaksanakan haji bersama Rasulullah SAW. Pemuliaan umrah Ramadan dicatat dalam kumpulan hadits oleh Imam al-Bukhori (nomor 1782), serta kumpulan hadits oleh imam Muslim, nomor 1256.

Obat Zam-zam dan Puasa
Suatu ketika Rasulullah SAW berkata kepada Ummu Ma’qil (yang miskin), “Jika datang Bulan Ramadan, lakukanlah umrah. Karena umrah di bulan Ramadan, senilai haji bersamaku.” Ternyata, selain disarankan kepada Ummu Ma’qil, Rasulullah SAW juga menyarankan hal yang sama (umrah Ramadan) kepada banyak sahabatnya (hal itu disebut dalam kumpulan hadits imam at-Tarmudzi, juz ketiga nomor 267).
Ada kalanya nafsu urusan duniawi menggelegak tak tertahankan. Menjadikan spirit beribadah mengendur. Nafsu duniawi meski wajar, tetapi dapat mempengaruhi kinerja organ tubuh. Sehingga  beberapa parameter “situasi” dalam organ tubuh akan berubah. Antara lain, meningkatnya tekanan darah sampai stroke, yang melumpuhkan sistem respons motorik. Begitu pula dapat menyebabkan kinerja hati (liver) melemah. Juga meningkatnya kolesterol yang mempengaruhi kinerja jantung.
Karena itu agama (firman Allah) mengajarkan metode as-siyam (berpuasa). Berdasar analisis secara “chronobiological”  ketika berpuasa, tubuh melakukan peningkatan HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol baik untuk membersihkan pembuluh darah arteri). Dan sekaligus penurunan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol jahat yang membuat endapan pada pembuluh arteri. Proses tersebut menyehatkan jantung dan pembuluh darah.
Selain itu, secara psiko analisis, puasa dengan menahan marah, membuat keadaan psikologis menjadi lebih tenang. Secara ilmiah hal itu akan menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh, memberikan efek baik pada tubuh. Berkurangnya adrenalin, sangat efektif mencegah pembentukan kolesterol. Juga kontraksi empedu yang lebih baik. Sehingga dapat mengurangi risiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.
Banyak muslim yang sudah sukses, memiliki harta berlimpah, sudah menjadi konglomerat tetapi masih terus bekerja keras menumpuk hartanya. Lupa cita-cita awalnya. Belum berhaji, karena tidak ingin meluangkan waktu selama 14 hari (untuk menunaikan haji). Lupa berupaya membangun sekolah gratis. Tidak terpikir lagi membangun masjid, tidak terpikir membuat asrama yatim piatu. Dan, malah membenci fakir miskin (karena dianggap salah menjalani hidup).
Tetapi muslim konglomerat yang lupa cita-cita sosialnya, sudah menjadi tren. Bahkan sejak zaman kepemimpinan Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sudah terjadi.
Karena itu puasa Ramadan sekaligus umrah, menjadi pengontrol ambisi yang sangat efektif. Yang biasa ‘bermain-main’ dengan umrah (artis, pejabat publik maupun orang kaya gila hormat), tidak akan berani umrah pada Bulan Ramadan. Diakui atau tidak, ini (umrah dalam puasa Ramadan) momentum sangat sakral. Di dalam persyaratan umrah, juga terdapat larangan menumpahkan amarah serta ambisi.
Ketika mengenakan pakaian ihram, dilarang berburu maupun membunuh binatang. Semut sekalipun. Juga dilarang menyakiti sesama, ketika berdesakan dalam upaya bisa meraih (mencium hajar aswad). Tidak boleh menyikut sesama jamaah, dan lebih baik hanya melambaikan tangan sambil memberi tanda kecupan cium jauh. [Yunus Supanto]

Tags: