Menawarkan Potensi Ekonomi, Menjaring Investasi

Retno Susilowati

(Menyambut Pertemuan IMF-Bank Dunia 2018)

Oleh :
Retno Susilowati
Peneliti senior Public Sphere Center (Puspec) Surabaya ; alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair).

Mata dunia sedang tertuju ke Indonesia. Perhelatan bangsa ini –seperti Pilkada serentak yang telah digelar hingga pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Legislatif yang akan berlangsung– sungguh menarik perhatian dunia untuk disimak. Di luar itu, perhatian dunia tertuju ke Indonesia juga karena ada beberapa event olahraga tingkat regional seperti ajang sepak bola level Asia Tenggara berupa Piala AFF U-19 dan U-19 secara berurutan digelar di Indonesia. Usai Piala AFF, langsung disusul ajang pesta olahraga terbesar di Asia berupa Asian Games 2018 yang hari ini sedang berlangsung.
Tidak lama lagi, event tingkat dunia berupa Annual Meeting Internasional Monetary Fund World Bank Groups (AM lMF-WBG) akan dilaksanakan pada 8-14 Oktober 2018 di Bali. IMF-WBG Annual Meetings adalah pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Gubernur IMF dan World Bank. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini. Isu yang dibahas dalam pertemuan itu meliputi masalah pengurangan kemiskinan, pembangunan ekonomi internasional, dan isu-isu global lainnya. Pertemuan ini merupakan event terbesar di dunia. Dalam pertemuan itu akan hadir perwakilan dari 189 negara atau sekitar 15 ribu orang. Mereka antara lain terdiri atas Menteri Keuangan, Gubernur Bank Sentral, tokoh LSM, akademisi, para pelaku usaha dan investor.
Merespon Kepercayaan Dunia
Indonesia patut berbangga karena terpilih menjadi tuan rumah perhelatan Annual Meetings 2018. Terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tahunan terbesar di bidang ekonomi dan keuangan ini menunjukkan tingginya kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia di bidang keamanan, stabilitas politik, dan keberhasilan di bidang ekonomi.
Menjadi tuan rumah pertemuan IMF- Bank Dunia bukan hal yang mudah. Penyebabnya, bukan saja karena banyak negara yang menginginkannya, tetapi juga karena berlaku ketentuan adanya siklus dalam pemilihan tuan rumah, yakni penyelenggaraan acara di Washington DC, dua tahun berturut-turut dan di negara anggota yang berbeda setiap tahunnya. Berlakuknya ketentuan ini, maka dengan jumlah anggota yang mencapai 189 negara butuh waktu sekitar 565 tahun lagi untuk Indonesia mendapat kesempatan sebagai host yakni di tahun tahun 2583.
Di luar itu, syarat keterpilihan suatu negara menjadi tuan rumah berkaitan pula dengan kepercayaan dunia internasional terhadap stabilitas keamanan dan politik, serta keberhasilan di bidang ekonomi. Ingat, Mesir pernah terpilih pada 2012 lalu, tetapi harus dipindahkan ke Tokyo karena ketidakstabilitan politik (Arab Spring) di negara itu. Singkatnya, dunia mempercayai dan mengakui keberhasilan Indonesia atas bidang ekonomi yang dibangun selama ini. Selain kebanggaan yang didapatkan, Indonesia akan merasakan suatu keuntungan luar biasa di mana para hadiri—negara anggota IMF-WBG Annual Meetings, investor, pelaku bisnis, instansi parlemen, akademisi, media, dan lainnya— akan melihat lebih jauh dan lebih dekat terhadap sektor-sektor pariwisata, sosial budaya, industri, dan ekonomi di Indonesia yang nantinya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri.
Indonesia dapat menjaring banyak investasi dalam agenda ekonomi tahunan itu. Akan ada banyak sekali lembaga keuangan yang besar, dan ini cara untuk mendapatkan investasi untuk Indonesia. Lantaran itu, kita tentu perlu mendorong pemerintah agar mempromosikan pencapaian pembangunan selama ini. Dari sisi infrastruktur, Indonesia layak untuk menjadi tuan rumah bagi acara tahunan yang dihadiri seluruh menteri keuangan dan gubernur bank sentral di seluruh dunia.
Diprediksi, perputaran uang selama perhelatan internasional tersebut akan sangat besar. Bahkan, angkanya ditaksir mencapai lebih dari 100 juta dollar AS. Perputaran uang tersebut bisa terjadi untuk memenuhi beragam kebutuhan, mulai dari sewa-sewa gedung sebagai lokasi pertemuan, kamar hotel, makanan dan minuman, perjalanan, dan kebutuhan mendasar lainnya. Selain itu, tidak menutup kemungkinan pula akan ada beragam kesepakatan perdagangan yang akan tercipta. Tidak hanya itu, perputaran uang lebih besar bisa terjadi di sektor pariwisata dan penyangganya di Bali dan daerah-daerah sekitarnya. Ini bisa terjadi sejalan dengan kemungkinan besar para delegasi dan peserta akan kembali ke Indonesia untuk berwisata pasca pertemuan.
Bukan Sekadar Angin Surga
Bahwa hitungan-hitungan di atas masih sekadar hitungan peluang di atas kertas. Artinya peluang itu akan menjadi nyata kalau bangsa ini serius menangkapnya. Tetapi peluang hanya akan tetap peluang kalau dibiarkan berlalu begitu saja. Lantaran itu, kesadaran kolektif akan peluang besar itu harus dikelola secara baik agar benar-benar mampu memberi pengaruh signifian.
Kita tentu berharap, masyarakat luas bisa mengetahui dampak dari kegiatan pertemuan tersebut, serta mampu memanfaatkan peluang. Antara lain, menampilkan sektor UMKM unggulan. Sebagai tuan rumah AM IMF-WBG 2018, Indonesia akan mempromosikan dan memperkenalkan keanekaragaman budayanya. Selain mendorong karya seni Indonesia di kancah internasional, diharapkan juga dapat menarik delegasi dari 189 negara dan pelaku utama sektor keuangan dan ekonomi dunia untuk hadir di Bali.
Momentum tersebut juga menjadi stimulus ekonomi lantaran banyak uang yang berputar dari tamu-tamu yang datang. Ini kesempatan Indonesia bahwa punya kekuatan ekonomi, keuntungan lain bagi tuan rumah yaitu moneter, karena banyak Dolar yang banyak masuk. Tidak hanya dari sisi ekonomi, bahwa kepercayaan sebagai tuan rumah harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk memperlihatkan potensi Indonesia di mata dunia utamanya potensi wisata.
Bahwa potensi besar wisata Indonesia bukan hanya Bali saja. Implikasinya, tentu harus ada sinergi antara pelaku wisata dan pemerintah daerah di luar Bali untuk bersama-sama menangkap peluang yang ada ini. Di luar bali kita punya Banyuwangi, Labuan Bajo, Danau Toba, Mandalika, Borobudur, Raja Ampat dan sebagainya yang layak untuk ditawarkan. Pemerintah hanya perlu meyakinkan terkait sarana infrsatrukrtur dan akomodasinya sudah siap. Dengan demikian, pemerintah juga harus terus melakukan capacity building kepada masyarakat dan pelaku pariwisata di daerah destinasi turis sehingga daerah mendapatkan manfaat dan pemasukan kas daerah dari penyelenggaraan IMF-WB.
Mengutip kajian tahap awal Bappenas, estimasi dampak penyelenggaraan Annual Meetings 2018 mencapai Rp 6,9 triliun dan diharapkan akan lebih besar pada kajian tahap berikutnya. Potensi devisa diperkirakan lebih besar apabila pemerintah giat menggencarkan promosi pariwisata melalui peningkatan pengeluaran peserta selama acara berlangsung dan peningkatan kepuasan peserta untuk dapat kembali berkunjung dan berbagi pengalamannya dengan teman atau keluarga. Upaya lain yang dapat ditempuh yaitu dengan mempercepat peningkatan perdagangan dan transaksi bisnis selama dan sesudah acara berlangsung. Tidak kalah pentingnya adalah upaya mendorong investor untuk berinvestasi ke dalam negeri.
Mengutip data Oxford Business Group, dampak positif yang diperoleh Peru sebagai tuan rumah Annual Meetings IMF-WB 2015, khususnya dalam memperkuat citra global Peru sebagai destinasi MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions) di kawasan Amerika Latin adalah total kontribusi industri travel dan turisme terhadap produk domestik bruto (PDB) di Peru mencapai 66,2 juta PEN (2016) dan total kontribusi sektor travel dan turisme ke penciptaan lapangan kerja sebanyak 1.332 juta orang (2016). Untuk meningkatkan dampak ekonomi penyelenggaraan pertemuan, kebijakan pemerintah harus difokuskan untuk mengoptimalkan sektor pariwisata, perdagangan, dan investasi.
Pemerintah perlu menggencarkan promosi pariwisata dengan mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke destinasi utama Indonesia, promosi event venues untuk segmen MICE, sekaligus momentum yang baik untuk perbaikan infrastruktur pariwisata. Pemerintah dapat memperkenalkan produk unggulan Indonesia di pasar global serta peluang investasi dan usaha di Indonesia.
Setelah krisis. Inilah saatnya bagi kita untuk showcasing apa yang telah kita capai setelah reformasi. Indonesia tidak hanya fokus pada kepentingan global tapi sebagai tuan rumah akan menitip apa yang menjadi konsen pemerintah saat ini. Seperti pembiayaan infrastruktur, digitalized economy, pengembangan ekonomi syariah, masalah pembangunan dan women empowerment, dan mengoptimalkan manfaat yang dapat dirasakan sebagai tuan rumah,
Wallahu’alam Bhis-shawwab

——- *** ———–

Tags: