Mencemaskan Perilaku Pergaulan Bebas

Oleh :
Rizki Putri Hanafi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Dapat diprediksikan 10 tahun yang akan datang, tepatnya pada tahun 2030 nanti akan ada 50% atau setengah dari populasi remaja di Indonesia akan kehilangan virginitasnya. Mengapa demikian? Karena remaja memiliki sifat labil dimana mereka masih dengan mudah terpengaruh oleh pergaulan luar.
Berbicara mengenai pergaulan di kalangan remaja terutama kenakalan remaja akan ada banyak pola serta sebab akibatnya. Kasus penyimpangan yang semakin marak saat ini adalah pergaulan bebas atau lebih spesifiknya disebut seks bebas pranikah.
Dari tahun ke tahun kasus seks bebas pranikah di negeri ini bukan semakin menurun jumlahnya, justru semakin meningkat jumlahnya dan tidak dapat dipungkiri jika sebagian besar pelakunya adalah remaja (anak) yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah untuk menuntut ilmu sebagai bibit penerus generasi bangsa.
Menurut pakar seks Dr. Boyke Dian Nugraha (Edwincoo107.blogspot.com) bahwa dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan seks bebas kini semakin meningkat, dari sekitar 5% tahun 1980-an menjadi 20% pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut menurut Dr. Boyke dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Palu, dan Banjarmasin. Hal ini diprediksikan akan terus meningkat dengan persentase laju kecepatan lebih dari dua kali lipat dalam satu dekade.
Lantas apa sebenarnya penyebab yang melatarbelakangi terjadinya seks bebas yang kian nge-hitz dalam kurun waktu terakhir. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal memilukan ini terjadi.
Pertama, adanya peluang atau opportunity adalah hal yang mendasari seks bebas terjadi. Tidak dapat dipungkiri lagi seringkali orangtua sebagai benteng utama dalam mengawasi anak (remaja) lalai dalam pengawasan atau lengah dikarenakan pekerjaan sebagai tuntutan hidup untuk membiayai anak mereka.
Disinilah dimulainya awal remaja memiliki pergaulan dengan dunia luar yang bebas. Dikatakan bebas karena tidak ada lagi batasan dan pengawasan dari orangtua. Ditambah lagi pendidikan yang tidak tersampaikan dengan penuh kepada anak saat berada disekolah. Bagaimana hal ini bisa terjadi? bukan suatu rahasia lagi saat disekolah anak dengan mudah bisa berbagi video asusila atau video porno dengan media handphone. Apalagi ditambah dengan kecanggihan tekhnologi zaman sekarang, yang memudahkan mereka untuk bisa dengan mudah bertatap langsung dari layar ponsel .
Kedua, lingkungan dan cara berteman yang kurang baik atau bisa disebut salah pergaulan juga dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap seorang remaja, jika tidak dapat memilih lingkungan dan teman yang baik maka tidak menutup kemungkinan para remaja akan terjerumus pada seks bebas. Selain itu hal ini dapat terjadi karena kurang harmonisnya keluarga yang mengakibatkan anak menjadi merasa kurang kasih sayang dan perhtian dari keluarga sehingga anak mencari kebebasan diluar.
Seorang remaja jika telah terjun pada dunia gelap yang mengarah pada seks bebas maka remaja tersebut akan cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi dan akan memiliki rasa ingin mengulanginya kembali atau ketagihan sehingga remaja tersebut akan mencari mangsa lain untuk memenuhi hasratnya yang membuat dia harus berganti ganti pasangan. Apabila hal ini dibiarkan dan terus menerus dilakukan maka akan berisiko sangat tinggi pada remaja(pelaku) tersebut seperti terjangkitnya penyakit HIV/AIDS atau penyakit berbahaya lainnya yang saat ini belum ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit tersebut yang pada akhirnya akan berujung pada kematian. Tidak hanya itu, hal ini juga dapat berakibat hamilnya remaja dibawah umur pranikah, pastinya jika hal ini terjadi bukan hanya pelakunya yang akan menanggung malu tapi juga orangtuanya, juga janin yang dikandungnya tanpa tau siapa ayahnya. Semakin banyak tekanan yang akan dihadapi, mulai dari hujatan orang-orang disekelilingnya hingga dikucilkannya dari lingkungan. Maka masa-masa remaja yang seharusnya masih menikmati masa bermain dan belajarnya, kini harus merasakan pahitnya kehidupan.
Pada akhirnya moral bangsalah yang akan dipertaruhkan. Remaja sebagai pupus suatu bangsa dan aspek vital dalam perkembangan negara akan hancur secara perlahan tergerus oleh dunia luar yang semakin lama semakin menjadi. Bahkan lebih parahnya lagi bukan tidak memungkinkan jika pernikahan tidak akan pernah terjadi di pertengahan tahun ke 30 nanti jika dipantau dari penelitian diatas. Karena remaja akan berpikir bahwa mereka tidak memerlukan izin lagi untuk melangsungkan sebuah hubungan intim layaknya suami istri. maka remaja yang semulanya merupakan pilar bangsa untuk maju malah akan menjadi tombak yang runcing untuk menghancurkan bangsa. Karena tidak ada lagi yang namanya moral, etika,norma ataupun sekedar sopan santun yang tertanam dalam diri para remaja. kemerosotan moral yang semakin buruk akan terus terjadi kedepannya.
Untuk mengatasi agar hal ini tidak terjadi pada generasi muda, disinilah di butuhkan kerjasama antara pemerintah, orangtua, dan lembaga atau institut pendikan. Pemerintah harus melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan merata sampai kepelosok negeri dalam rangka menghapus seks bebas terjadi. Sosialisasi ini dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan agar disampaikan kepada para orangtua untuk lebih waspada terhadap perkembangan anak mereka. Orangtua dapat memberikan didikan atau arahan yang benar dan menanamkan norma agama, moral, serta norma kesopanan sejak dini pada anak. Remaja harus mulai berpikir untuk masa depan, harus memiliki cita-cita serta keinginan yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya sehingga hari-hari anak dapat digunakan dan dipenuhi dengan hal-hal yang bermanfaat untuk mencapai cita-citanya di masa depan. Selain itu anak juga harus memperbaiki cara pandangnya dengan mencoba berpikir kritis dan bersikap optimis hidup dalam kenyataan sehingga mampu menghadapi semua kesulitan dengan cara positif, serta berteman dan bersosialisasi pada lingkungan yang sehat sehingga tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang negatif. Selamatkan anak bangsa sejak dini, jangan biarkan arus negatif globalisasi membunuh pikiran dan moral anak bangsa.
———- *** ———–

Rate this article!
Tags: