Mencetak Generasi Pencinta Buku 5C Era Milenial

Oleh :
Ulin Yudhawati, SSi, MPd
SMAN 15 Surabaya

Saat ini marak berkembang sosok generasi kekinian yang ‘gandrung’ dengan komunikasi, media dan teknologi digital.Mulai dari laptop, komputer, handphone, internet, iPads, dan berbagai perangkat digital lainnya.Mereka adalah generasi milenial yang lahir dan dibesarkan berbasis digitalisasi.
Berdasarkan data uji literasi membaca yang memuat aspek memahami, menggunakan dan merefleksi hasil membaca dalam bentuk tulisan, Most Littered Nation in The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara mengenai minat baca (Kompas.com, 2016). Dan juga diperkuat dengan hasil penelitian dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya sekitar 0,001.Itu artinya hanya ada satu orang yang minat membaca dalam seribu orang masyarakat Indonesia (Liputan6.com, 2017).
Sesungguhnya minat baca merupakan urgensi bagi bangsa Indonesia khususnya di era milenial ini, mengapa? karena membaca adalah jendela dunia yang mampu membentuk generasi emas kaya informasi dan terbukti pemerintah menyikapi kondisi tersebut dengan kehadiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 yang mensyaratkan penumbuhan minat baca. Awal peraturan tersebut dihembuskan maka kegiatan membaca menjadi ajang penggiat literasi yang menggeliat melalui gerbang literasi yaitu sekolah.
Pembaruan paradigma peran sekolah dalam mencetak generasi pecinta buku mulai diberdayakan dengan menghidupkan jiwa cinta buku.Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan gerakan alamiah yang terintegrasikan melalui pembiasaan, pembelajaran dan pengembangan. Disinilah dibutuhkan sinergi mulai dari lingkungan keluarga, sekolah hingga masyarakat umum serta peran dinas pendidikan agar jiwa cinta buku dapat terwujud. Sejatinya gerakan alamiah tersebut bertautan dengan tiga langkah strategis dalam skematis berikut :
Langkah pertama adalah tebarkanvirus budaya membaca melalui pembiasaan yang melibatkan communication (komunikasi) dan collaboration (kolaborasi).Virus tersebut merasuk dalam berbagai kegiatan antara lain (1) menumbuhkan minat baca limabelas menit membaca sebelum pelajaran. Kegiatan ini merupakan kegiatan mandiri yaitu membaca buku-buku yang dapat menumbuhkan budi pekerti dan membuat ringkasan buku yang sudah selesai dibaca. Hasil ringkasan tersebut dengan mengisi di link google drive atau aplikasi yang telah disediakan. Sinergi yang diharapkan peserta didik akan terbiasa membaca di rumah. (2) Membentuk sudut baca kelas yang memiliki beberapa buku bacaan untuk siswa di sela-sela istirahat. (3) memotivasi satu peserta didik berkarya untuk satu buku, jika masih terkendala maka bisa satu kelas berkarya untuk satu buku. Buku karya peserta didik tersebut ditampilkan di website maupun facebook sekolah yang dapat dibaca oleh seluruh peserta didik. (4) Pembiasaan yang dapat dilakukan juga dalam bentuk kunjungan wajib ke perpustakaan, peserta didik langsung mengisi data kunjungan perpustakaan secara computerized sehingga dapat diketahui langsung peserta didik yang belum pernah berkunjung ke perpustakaan maupun peserta didik yang sering berkunjung ke perpustakaan.
Langkah kedua adalah ciptakan kelas kehidupan dalam pembelajaran berdasarkan critical thinking (berpikir kritis) dan creativity (kreatif). Kelas kehidupan adalah pengelolaan pembelajaran yang menghidupkan kelas dengan meningkatkan kemampuan membaca di semua mata pelajaran sehingga layanan pendidikan dapat memberdayakan dan membudayakan minat membaca buku.Cara pertama mewujudkan kelas kehidupan adalah dengan mengurangi dorongan untuk menjelaskan rinci dalam hal memberikan informasi di dalam kelas.Biarkan peserta didik mencari sendiri informasi yang diperlukan untuk mengetahui maupun menjawab suatu permasalahan dengan sumber informasi yang variatif. Cara kedua adalah memotivasi peserta didik untuk bertanya dengan memberikan ilustrasi menarik misalnya dengan media articulate, flash maupun powerpoint sehingga bangkit keingintahuan peserta didik untuk berkreasi. Cara terakhir adalah memaksimalkan tingkat berpikir peserta didik.Cara ini untuk mengasah tingkat berpikir kritis.
Implikasi kelas kehidupan dalam upaya meningkatkan, memberdayakan dan membudayakan membaca diantaranya melalui (1) e-learning yang memuat beberapa materi pelajaran yang dapat diakses peserta didik, hasil membaca materi pelajaran tersebut disesuaikan reading guide (panduan membaca) dan dapat diupload di e-learning dengan waktu yang ditentukan guru. (2) aplikasi ruang guru yang memuat ruang baca digital, (3) google books yang memuat situs buku bacaan online, (4) website guru Indonesia yang memuat materi guru, (5) mading/majalah sekolah yang memuat karya peserta didik maupun guru, (6) rumah belajar dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berisi bahan belajar interaktif, laboratorium maya, kelas maya, bank soal, katalog media dalam animasi, gambar, presentasi, video, dan audio serta (7) e-Modul maupun e-UKBM (Unit Kegiatan Belajar Mandiri) dalam e-pub yang dapat memaksimalkan gadget sebagai sumber belajar.
Langkah terakhir adalah wujudkan zona nyamanmembaca yang confidence (percaya diri).Zona nyaman adalah zona yang memungkinkan potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Proses zona nyaman diawali dengan memaknai membaca melalui kegiatan pengembangan diantaranya mengelola sudut baca kelas. Sudut baca tersebut dikelola sekretaris kelas yang terpercaya untuk mengelola administrasi peminjaman buku-buku tersebut yang dilakukan secara digitalisasi perangkat handphone.
Zona nyaman lainnya adalah perpustakaan.Perpustakaan didesain untuk memberikan kenyamanan agar generasi pecinta buku tidak jenuh di perpustakaan.Baik dengan diperdengarkan musik berirama lembut, penambahan buku-buku koleksi digital yang disukai peserta didik sampai dengan pemberian penghargaan untuk peserta didik yang rajin mengunjungi perpustakaan dalam rentang waktu yang ditentukan.
Lebih khusus zona nyaman yang meningkatkan minat dan kemampuan membaca serta sisi confidence adalah lomba literasi.Lomba ini memuat lomba penulisan buku, cerpen, membaca puisi, menulis puisi, mengarang maupun resensi buku. Penghargaan untuk sang juara menambah rasa percaya diri dan menginspirasi bagi pecinta buku yang lain sehingga mereka semakin termotivasi untuk membaca buku.
Yakinlah dengan pembiasaan, pemberdayaan dan pembudayaan minat membaca yang dijiwai cinta buku terformulasikan dalam generasi pencinta buku 5C era milenial. Kita akan mampu membentuk generasi emas dengan keterampilan 5C yang komunikatif, kolaboratif, berpikir kritis, kreatif, dan percaya diri serta mampu menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.

—————— *** ——————–

Tags: