Mendag Minta Kampus Siapkan Tenaga “Well Educated”

Dari kiri ke kanan, Ketua pengurus yayasan wijaya kusuma, Drs Soedjatmiko MM, Enggartiasto Lukita, Rektor UWK Prof. H. Sri Harmadji usai seminar nasional.

Surabaya, Bhirawa
Peranan perguruan tinggi dinilai sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Mengingat, pada tahun 2019, pendidikan menjadi prioritas utama pemerintah setelah pembangunan infrastruktur.
Oleh sebab itu, Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita meminta perguruan tinggi untuk menyiapkan kebutuhan tenaga terampil dengan well educated menjadi besar. Hal itu tidak lepas dari kesiapan industri di Indonesia dalam menghadapi persaingan dagang international di era industri 4.0.
“Secara keseluruhan ekonomi dunia melemah bahkan dari Word Bank dan IMF memprediksi perekonomian menurun. Tetapi setiap soal ada peluang, harus bisa mencari peluang itu. Kami menitipkan di UWK di tahun 2019 penekanan pemerintah kepada SDM, pendidikan menjadi prioritas setelah insfrastuktur sekarang ke manusianya,” ungkap dia usai mengisi seminar dan dialog di Universitas Wijaya Kusuma, Selasa (26/2).
Namun diakui Enggartiasto beberapa industri sudah siap untuk bersaing dalam industri international. Misalnya otomotif, textile yang telah menyiapkan diri dan melakukan perubahan yang cukup besar, footware, industri elektronik dan arus investasi juga sudah dimulai.
“Karena kita sebagai negara tujuan, investasi terbaik di dunia menjadi daya tarik bagi mereka (pelaku usaha),” ungkap dia.
Sementara industri agrikultur masih menjadi perhatian bagi pemerintah. Sebab, diakuinya teknologi pertanian Indonesia masih kalah dengan Thailand dan beberapa negara maju. Namun bukan berarti Indonesia tidak mempersiapkannya.
Di lain sisi, Enggar juga memberikan pernyataan terkait upaya pemerintah dalam menekan impor. Menurut dia, mayoritas impor didapat dari bahan baku dan bahan modal yang mana hal itu tidak boleh dihalangi karena sangat diperlukan
“Walaupun pak Presiden memberikan catatan agar ketergantungan bahan baku harus segera diantisipasi atau dibuat industri pengganti, itu tidak mudah. Tapi kita sudah mulai siapkan itu. Hanya untuk impor barang konsumsi ini yang memang harus lenih hati-hati. Tidak boleh melarang tapi hati-hati,” katanya dia.
Sebab, ada ancaman bahwa lada tahun 2030 tidak ada lagi produk bio diesel. Hal itu juga keputusan parlemen. [ina.ma]

Tags: