Mendampingi Aulia Sepenuh Hati

Sayu Ningsih

Sayu Ningsih
Kepedulian, perhatian dan totalitas sepenuh hati yang ditunjukkan Sayu Ningsih saat mendampingi Aulia Febrianti berbuah manis. Mahasiswa pegiat Komunitas Campus Social Responsibility (CSR) Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya ini berhasil menjadi juara Program CSR 2017 yang diselenggarakan Dinas Sosial Surabaya untuk kategori Carrying.
Prestasi itu awalnya bermula ketika Sayu Ningsih mengikuti program CSR 2017 yang diselenggarakan Dinsos Surabaya untuk meningkatkan rasa kepedulian mahasiswa terhadap anak-anak.
Tahun ini, sebanyak 480 peserta dari 22 perguruan tinggi negeri dan swasta di Surabaya ikut berpartisipasi. Program ini dimulai dari maret 2016 dan berakhir pada bulan maret 2017. Ada tiga kategori yang diperebutkan dalam pengabdian sosial ini yakni kategori Produktivity, Innovator dan Carrying.
“Saya mendapatkan anak damping yang bernama Aulia Febrianai. Aulia merupakan warga Klampis-Ngasem, yang harus putus sekolah sejak kelas 2 SD,” tutur Sayu memulai ceritanya.
Aulia, jelas Sayu adalah anak yang tidak bisa diajak berpikir keras. Bahkan ketika berpikir keras, akan sakit. Kondisi semakin memprihatikan karena Aulia yang mempunyai riwayat penyakit liver berasal dari keluarga ekonomi yang kurang.
“Selama 20 kali saya datang ke rumahnya, untuk mendapatkan data dan informasi tentang anak ini,” tambahnya. Meskipun pihak Dinsos hanya memfasilitasi kesempatan bertemu seminggu sekali, jelas Sayu, namun dirinya tidak perduli. Dia memanfaatkan waktu senggangnnya untuk pergi kerumah Aulia.
Saat proses pendampingan dilakukan, Sayu sempat mengajak Aulia untuk pergi ke dokter kejiwaan. Hasilnya sungguh mengejutkan, Aulia tergolong anak dengan IQ di bawah rata-rata. Hal tersebut justru memantik semangat Sayu berpikir untuk membantu Aulia menyelesaikan masalahnya.
“Sebenarnya, orang-tuanya dia tahu. Tapi mereka menutup-nutupi hal itu (psikologis Aulia)” tambahnya. Sayu juga mengaku dirinya awalnya agak kesusahan untuk mengajari Aulia baca-tulis. Lebih menyedihkan lagi, pihak orang-tuanya sendiri, tidak ada usaha untuk mendampingi Aulia dalam belajar
“Saya konsultasi dengan Dinsos, tapi tidak ada tanggapan untuk pendampingan psikolog bagi Aulia” ucapnya. Namun, hal itu tidak membuat Sayu patah semangat.
Selama mendampingi Aulia, Sayu melakukan proses pembimbingan belajar selama 58 kali tatap muka. Pada pertemuan ke 40 tatap muka, Aulia mengalami down dan harus mengulang lagi proses pembelajaran sebelumnya.
Menurut Sayu, meski saat ini, program CSR sudah selesai, ia tetap akan mendedikasikan waktunya untuk terus memberikan bimbingan kepada Aulia Febriani.  “Dia akan mengikuti kejar paket A. Karena harusnya dia sudah menginjak bangku SMP” tambahnya. [ina]

Rate this article!
Tags: