Mendidik Anak di Era Digital

Oleh:
Muhammad Aufal Fresky
Pengurus Yayasan Pendidikan Al-Ikhlas di Pamekasan, Madura

Derap langkah zaman semakin cepat melaju. Pun demikian dengan peradaban ummat manusia yang selalu bergerak ke depan. Manusia kini memasuki babak baru dalam peradaban modern. Kita pun mengenal babak ini sebagai era digital. Yaitu era dimana teknlogi informasi dan komunikasi menjadi primadona di tengah kehidupan manusia sekarang.
Era digital seolah melipat sekat-sekat jarak, ruang dan waktu. Di balik kemegahan era digital yang memberikan pelayanan dan kemudahan bagi manusia, ternyata di dalamnya menyimpan virus berbahaya yang bisa menyerang manusia itu sendiri. Termasuk juga anak-anak kita yang tidak luput dari pengaruh negatif penyalahgunaan internet. Memang internet juga memudahkan serta membantu anak-anak kita menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Namun di balik itu, ada bahaya dan ancaman yang luar biasa yang sewaktu-waktu akan merusak pikiran, mental dan kepribadian anak-anak kita. Salah satunya adalah ancaman radikalisme, pornografi, kecanduan game online, dan sebagainya. Bagaimanapun juga, kita harus tetap melindungi dan mengamankan anak-anak dari penyalahgunaan teknlogi. Alasannya adalah karena Anak merupakan aset sekaligus investasi untuk masa depan bangsa ini.
Banyak penelitian yang mengungkapkan fakta-fakta terkait penyalagunaan internet oleh anak-anak kita. Semisal hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati yang menyebutkan sejak 2008 hingga 2010 sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa Sekolah Dasar (SD) kelas 4,5, dan 6 wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sekitar 24 persen mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu, sekitar 22 persen melihat pornografi dari situs internet, dan 17 persen dari games. Selain fakta-fakta mencengangkan tersebut, kita juga bisa melihat sendiri betapa anak-anak Indonesia semakin hari seolah bersikap cuek dengan keadaan sekelilingnya.
Sikap acuh timbul karena anak-anak kita lebih memilih berinteraksi dengan gadget (aplikasi internet) dibandingkan ngobrol santai dengan teman di dekatnya. Kadang mereka duduk bersebelahan namun sama-sama sibuk dengan Smart Phone masing-masing. Seolah-olah tidak saling kenal. Anak-anak mulai malas untuk bertegur sapa. Rasa sosialnya perlahan direnggut oleh gadget yang mereka gunakan.
Sebagian besar anak-anak kita mulai memilih games online dibandingkan beraktivitas di luar seperti berolahraga atau aktivitas produktif lainnya. Padahal games online memberikan dampak negatif bagi perkembangan anak-anak kita. Beberapa dampak psikologis game online bagi anak-anak yaitu: mengajarkan kekerasan fisik dan verbal, meningkatkan agresifitas, mudah marah dan emosi, mengandung pornografi, dan memberikan efek candu dan penasaran. Selain itu, ada juga dampak negatif lainnya dari games online; di antaranya yaitu: anak menjadi malas belajar, kerusakan mata dan fisik akibat anak jarang bergerak, tidak mau bersosialisasi dengan orang lain, waktu belajar terganggu dan susah untuk berkonsentrasi.
Selanjutnya, ancaman di era digital bagi anak-anak Indonesia yaitu pornografi. Banyak orang tua yang takut anaknya kena Narkoba sehingga melarang anaknhya bermain di luar rumah, namun sebagai kompensasinya, anak-anak diberi kebebasan akses internet (wifi) atau fasilitas internet lainnya tanpa ada pengawasan dari orang tua. Orang tua kurang sadar ternyata di balik kemudahan akses internet itu, sang anak bisa mengakses pornografi yang dampak negatifnya juga luar biasa. Contoh dampak negatif pornografi yaitu: anak menjadi mudah terangsang sehingga sering masturbasi/onani bahkan berzina, kerusakan otak sehingga tidak bisa membedakan salah dan rasa malu, melakukan penyimpangan dan kejahatan seksual.
Hasil penelitian dari Norton Online Familiy (2010) menyebutkan bahwa 96 persen anak di Indonesia pernah melihat dan membuka konten negatif di internet, 36 persen orang tua tidak tahu apa yang dibuka anaknya, hanya 1 dari 3 orang tua yang tahu apa yang dibuka anaknya ketika online; padahal anak-anak menghabiskan waktu 64 jam dalam sebulan untuk online. Maka bisa dibayangkan sendiri tanpa kontrol dari orang tua, anak-anak akan berselancar semau mereka di dunia maya.
Mendidik anak di era digital memang perlu pengertian dan pemahaman dari orang tua sebagai pihak yang paling dekat. Orang tua harus paham zaman sekarang jauh berbeda dengan zaman mereka dulu waktu anak-anak. Maka dari itu, orang tua tidak boleh menutup mata dari kemungkinan-kemungkinan perilaku menyimpang sang anak oleh karena penyalahgunaan teknologi. Berikut cara mendidik anak di era digital yang bisa langsung dipraktekkan oleh kita sebagai orang tua: a) membatasi penggunaan internet khususnya gadget dan protek dari situ-situs negatif dari internet; b) Apabila anak bermain, dampingi dia dan pilihkan mainan atau tontonan yang mendidik, dan beri penjelasan bila sang anak bertanya; c) Membuat aturasan yang tegas dan jelas mengenai etika menggunakan internet, berapa lama dan apa saja yang boleh dan tidak boleh diakses; d) Membantu untuk bebas dari adiksi; artinya bila anak mengalami adiksi games atau pornografi, segera hentikan sementara dan bantu mereka untuk biasa mengurangi adiksi.
———– *** ————

Rate this article!
Tags: