Mendidik Karakter Pemuda dengan Pramuka

Oleh :
Nurul Yaqin, S.Pd.I
Pendidik di SMP IT ANNUR. Asal Sumenep Madura. Alumnus Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA).

Kepedulian besar untuk mempertahankan kota Mafeking, Afrika selatan dari serangan tentara Boer yang jumlah anggotanya lebih banyak, telah mengilhami Baden Powell (BP) untuk melatih dan membentuk tentara sukarela dari kalangan para pemuda yang bertujuan membantu militer dalam mempertahankan kota. Tugas mereka sederhana tapi sangat berperan, yaitu mengantarakan surat yang dikirim oleh BP kepada para militer. Terbukti, kota Mafeking bisa dipertahankan hingga beberapa bulan.
Keberhasilan BP mempertahankan kota Mafeking menisbatkan dia sebagai pahlawan dan menjadi pencetus gerakan pramuka dunia, dan para tentara sukarela diberi lencana sebagai penghargaan terhadap mereka. Dari situlah lahir sebuah organisasi yang menjalar ke seluruh negara. Sebuah organisasi pembinaan terhadap generasi pemuda yang kemudian masyhur dengan nama pramuka (scouting).
Pramuka masuk ke Indonesia dibawa oleh para penjajah Belanda yang dikenal dengan istilah NIPV (Netherland Indische Padvinder Vereniging) yang berarti persatuan pandu-pandu Belanda. Istilah Padvinder hanya dikhususkan bagi orang belanda. Maka, KH. Agus Salim menggunakan nama “pandu” dan “kepanduan”. Melalui sepak terjang yang cukup panjang, pada tanggal 30 Juli 1961 para tokoh organisasi kepanduan berikhlas hati bergabung dalam organisasi gerakan pramuka. Pada tanggal 14 Agustus 1961 dilaksanakan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional) Kwarnas dan Kwanrari di istana negara yang dilanjutkan dengan penganugerahan panji-panji kepramukaan. Pada tanggal inilah hari Pramuka diperingati.
Namun, peran pramuka saat ini perlahan mulai pudar. Dunia maya telah menghipnotis anak muda kita menjadi lebih individualistis. Indikatornya, anak remaja kita enggan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk kegiatan pramuka. Padahal BP telah bersusah payah disertai niat yang tulus mendidirakan  sebuah organisasi untuk mendidik anak muda. Lagi-lagi teknologi menjadi menjadi salah satu faktor yang membunuh semangat anak muda untuk ikut aktif dalam kegiatan kepramukaan.
Lebih ironis, anak muda kita menganggap bahwa pramuka merupakan kegiatan yang sangat membosankan. Anak kita sekarang lebih suka have fun seperti, jalan-jalan, main game, dan berselancar dengan internet dari pada mengembangkan potensi diri. Saat ini kegiatan pramuka sudah mulai jarang diminati. Kurangnya kesadaran generasi muda terhadap pramuka merupakan ancaman serius bagi masa depan bangsa.
Membentuk Karakter
Kegiatan pramuka bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan, meskipun pramuka itu bukanlah kegiatan formal di bawah naungan pemerintah (non pemerintah) tapi implikasinya sangat bermanfaat dalam membantu masyarakat dan pemerintah menanamkan karakter kepada generasi muda.
Masa muda adalah masa mereka mencari jati diri. Jika tidak ada arahan yang benar, maka mudah akan terjeremus pada pergaulan bebas. Pergaulan anak muda yang semakin tanpa sekat menjadi momok yang mengkhawatirkan, karena di tangan para pemuda estafeta nasib bangsa ditentukan. Maka, kehadiran organisasi pramuka merupakan salah satu media yang diharapkan bisa mendidik generasi muda agar memiliki karakter yang sesuai dengan cita-cita bangsa.
Sesuai visinya, gerakan pramuka merupakan wadah pilihan utama dan solusi dalam mengatasi masalah-masalah kaum muda. Misinya pun sangat mulia; mempramukakan kaum muda, membina anggota yang berjiwa dan berwatak pramuka berlandaskan iman dan taqwa (imtaq) serta selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),  membentuk kader bangsa patriot pembangunan yang memiliki jiwa bela negara, dan menggerakkan anggota dan organisasi gerakan pramuka agar peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. (Fajar S. Suharto:2011:105)
Kegiatan pramuka merupakan kegiatan yang dapat membentuk siswa lebih dewasa dan mandiri. Kegiatan-kegiatan di dalam pramuka pun sangatlah positif. Dalam buku “Pedoman Gerakan Pramuka Lengkap (M. Amin Abbad ddk, 2008)” disebutkan tahun 1912 Baden Powell menerbitkan buku Rovering to Success (mengembara menuju bahagia) yang berisi petunjuk bagi generasi muda dalam menjalani hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. Buku menggambarkan seorang anak muda yang harus mengayuh sampannya menuju pulau bahagia dan di depannya teradapat karang-karang yang berbahaya, seperti; karang perjudian, karang wanita, karang minuman keras dan merokok, karang mementingkan diri-sendiri dan mengorbankan orang lain (munafik), dan karang tak ber-Tuhan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2010 tentang gerakan pramuka dijelaskna bahwa pembanguna kepribadian bertujuan untuk mengembangkan potensi diiri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, bahwa pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka.
Revitalisasi Program Pramuka
Gerakan pramuka merupakan salah satu langkah preventif paling efektif dalam membangun karakter kaum muda di tengah globalisasi yang semakin meng-anaktirikan moral. Namun, sesuai perkembangannya pramuka tidak boleh diam di tempat agar tidak tergilas oleh kemajuan zaman. Pramuka harus menerapkan falsafah “almuhaafadzotu ‘ala alqodim assolih wal akhdu ala jadiidil al-aslah”, menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.
Artinya, kegiatan dalam pramuk harus di-vermak ulang, menjaga kegiatan lama yang bagus dan mengadopsi kegiatan baru yang lebih bagus agar mampu menarik perhatian para pemuda. Dulu pembelajaran pramuka merupakan satu-satunya wadah kegiatan yang tak lepas dari game (permainan), yel-yel, dan cara survive (bertahan hidup) di alam bebas yang mengandung unsur pendidikan yang banyak diminati, namun sekarang tidak. Alasannya, karena lahirnya berbagai kegiatan atau organiasi yang isinya hampir sama dengan kegiatan pramuka.
Maka, sudah saatnya program pramuka menampilkan menu dan variasi baru agar mampu bersaing di tengah kemajuan teknologi. Bey Macmuddin (2010) menyebutkan, terdapat tujuh strategi revitalisasi gerakan pramuka, yaitu memperkuat peran gugus depan, menciptakan kegiatan pramuka yang menarik, rebranding pramuka melalui media, pelibatan orangtua, masyarakat, dan komunitas, memperkuat organisasi gerakan pramuka dari kwarnas, kwarda, dan kwaran, mengoptimalkan aset, fasilitas, sarana, dan prasarana, serta meningkatkan kordinasi dan sinergi.
Pelaksanaan JAMDA (jambore daerah) se-Jawa Barat selama enam hari (31 Juli – 5 Agustus 2017) di Kiarapayung, Sumedang patut di apresiasi. Harapannya gerakan pramuka menjadi media yang bisa menyelamatkan generasi muda dari tindakan amoral dan radikal. Dapat merubah karakter anak didik menjadi individu yang berakhlak mulia, mandiri, dewasa, berani, serta memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme yang tinggi. Sehingga dengan moral luhur pemuda kita bisa menjaga keutuhan negara ini dari berbagai serangan yang akan menghancurkan bangsa. Semoga!

                                                                                                      ———— *** ————-

Tags: