Mendikbud Hadir Cairkan Suasana sebelum UN

Pakde Karwo Bersama KepSek SMA Hang Tuah I Surabaya Berdialog Dengan Mendikbud RI Saat Sidak UNBK.

Pakde Karwo Bersama KepSek SMA Hang Tuah I Surabaya Berdialog Dengan Mendikbud RI Saat Sidak UNBK.

Surabaya, Bhirawa
Tak ada ketegangan yang terlihat dari wajah siswa-siswi peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMA Hangtuah 1 Surabaya. Sebaliknya, para siswa terlihat gembira dan bersemangat dengan hadirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan di hari pertama mereka mengikuti ujian, Senin (4/4) kemarin.
Jam baru menunjukkan pukul 06.30. Artinya, masih ada waktu satu jam sebelum para siswa memulai mengerjakan soal. Anies menggunakan kesempatan itu untuk berinteraksi dengan peserta. Suasana pun semakin cair dengan obrolan dan candaan Anies. Di sela-selanya, Anies juga memberikan pesan-pesan penting untuk peserta. “Yang mau berbagi cerita UNBK, nanti bisa selfie bareng saya,” ucap Anie memberi tawaran ke peserta ujian.
Para siswa dimintanya tetap percaya selama mengikuti UNBK. Jika ada hal-hal yang terjadi karena sistemnya error, siswa dipastikan tidak akan menanggung kerugian. Sebab, begitu log out di tengah jalan, siswa langsung bisa log in lagi dan melanjutkan tanpa kehilangan durasi. “Kita pakai HP juga kadang-kadang harus restart. Tidak mungkin nol error,” tutur mantan Rektor Universitas Paramadina itu.
Selama setahun berjalan, Anies mengakui terjadi lompatan yang tinggi dalam pelaksanaan UNBK. Tahun lalu, secara nasional ada 440 sekolah dengan jumlah peserta 107 ribu peserta. Tahun ini, jumlah peserta mencapai 921 ribu atau meningkat sembilan kali lipat. “Dan saya menyaksikan pelaksanaan UNBK yang cukup baik di Surabaya sekarang. Ini akan menginspirasi bagi daerah yang lain ,” kata dia.
Kendati demikian, Anies meminta agar sekolah memanfaatkan teknologi tidak sekadar untuk ujian. Lebih penting lagi, sekolah memanfaatkan komputer sebagai sarana untuk pembelajaran. “Adanya komputer bukan untuk ujian, tapi untuk proses pembelajaran,” tutur Anies. Dengan menggunakan sistem UNBK, Anies meyakini, hasil akan lebih akurat dan integritas lebih terjamin. “Dulu ada bantuan untuk mengerjakan soal, tapi sekarang tidak,” sambungnya.
Di sisi lain, Anies juga mengungkapkan apresiasinya untuk PLN yang telah melakukan koordinasi dengan baik. Khususnya di luar daerah, PLN menyiapkan peta-peta agar tidak terjadi pemadaman pada titik UNBK. “UNBK ini bukan cuma soal pendidikan. Tapi juga infrastruktur. PLN ini perannya tidak pernah terlihat orang, tapi sebenarnya sangat vital untuk menjaga kelancaran,” kata dia.
Di kesempatan yang sama Gubernur Jatim Dr H Soekarwo juga turut memberikan motivasi untuk siswa. Dia menyebut, tahun ini pelaksana UNBK sudah ada di semua kabupaten/kota. Kecuali dua daerah di Madura, yakni Bangkalan dan Sampang. “Sebanyak 28 persen siswa Jatim sudah mengikuti UNBK. Untuk mengembangkannya, perlu infrastruktur yang lebih,” kata dia. Infrastruktur ini berkaitan dengan listrik, genset dan internet. Prinsipnya akan terus bergerak ke arah teknologi. “Madura listrik baru masuk 61 persen,” kata pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Ir Tri Rismaharini mengungkapkan, UNBK akan memudahkan siswa dalam menjawab soal. Peserta bahkan bisa lebih hemat waktu 50 persen dari biasanya. Karena siswa tidak perlu lagi melingkari dan tidak harus khawatir jawabannya tidak terbaca mesin scanning. “Dari segi persiapan, juga lebih sederhana. Tidak perlu lagi mengambil naskah pagi-pagi buta seperti tahun-tahun lalu,” pungkas dia.
Azrul (18), salah satu peserta UNBK dari SMA Hangtuah  1 Surabaya menjadi siswa pertama yang berani menceritakan kesannya terhadap UNBK. Dengan gayanya yang salah tingkah, Azrul mengundang gelak tawa teman-teman dan semua orang yang hadir termasuk Mendikbud. “Kalau ujian pakai kertas itu bunder-bunderinnya lama. Kalau di komputer lebih cepat dan sederhana,”ungkapnya.
Saat ditanya tentang bocoran jawaban yang kemungkinan ia terima, Azrul menegaskan tidak mempercayai bocoran soal yang ada. Karena berdasarkan pengalamannya, bocoran soal saat ujian berbasis kertas juga banyak yang salah. “Kalaupun ada jawaban juga kurang percaya. Kan sekarang tambah banyak jenis soalnya, jadi pasti jawabannya tidak sama satu dengan lainnya,” tegasnya.
Hal yang sama diungkapkan Ayu Nurul, yang merasa  deg-degan dan sangat khawatir dengan ujian pertamanya menggunakan komputer. Namun, baginya ujian komputer lebih efisien dan tidak perlu takut tidak terbaca pada lembar jawaban komputer. “Kalau komputer, takutnya nggak teliti karena waktu berjalan dan agak terburu-buru. Tapi sejauh ini dengan simulasi dan tryout dua jam sudah cukup,”ungkapnya. [tam]

Tags: