Bupati Jember Kampanye Holtikultura Mandiri

Bupati Jember dr. Faidah, MMR saat menanam pohon Durian Petruk saat pencangan Gerakan Nasional Tanam Buah Nusantara, diareal City Forest Arum Sabil, Senin (10/10).

Bupati Jember dr. Faidah, MMR saat menanam pohon Durian Petruk saat pencangan Gerakan Nasional Tanam Buah Nusantara, diareal City Forest Arum Sabil, Senin (10/10).

Jember, Bhirawa
Terdesaknya harga buah dan tanaman holtikultura Indonesia dalam  perdagangan internasional, menjadi inspirasi tersendiri bagi H. Arumj Sabil.  Dengan Taruna Bhumi Faoundation miliknya, H. Arum Sabil membuat Gerakan Nasional Tanam Buah Nusantara (GNTBN) untuk mengangkat buah nusantara dan sebagai sarana syiar mengkampanyekan ketahanan pangan dan holtikultura mandiri.
Sebuah gerakan cukup mengejutkan lahir dari Jember.  Gerakan Nasional Tanam Buah Nusantara (GNTBN) yang digagas oleh Taruna Bhumi Foundation diareal puluhan hektar lahan City Fores milik Arum Sabil, dijadikan sentra pusat penghasil Buah Nusantara untuk merebut pasar dunia.
Pencanangan GNTBN dihadiri Dirjen Tanaman Holtikultura Kementrian Pertanian  Holtikultura Dr. Ir.Sputnik Sujono Kamino, Ketua Dewan Hayati Produksi Rekayasa Genetika Prof.Dr.Ir.Agus Pakpahan, Bupati Jember dr. Faida,MMR ,  ditandai dengan penamanan penanaman Pohon Manggis yang di beri nama Manggis Sputnik 10-10, Durian Merah Agus Pakpahan 10-10, dan Durian Petruk Faida 10-10, Senin (10/10) kemarin.
“Ini adalah moment bersejarah bagi kami. Mengapa kami memanam buah-buhan, karena kami tidak ingin anak cucu kita berfikir ekonominya menebang pohon. Mudan-mudahan dengan momen ini, kita bersama-sama mewujudkan kemandirian buah nusantara dibidang holtikultura,” ujar H. Arum Sabil kemarin.
Menurut Arum, Indonesia merupakan negara subur yang sangat berpotensi untuk meningkatkan tanaman holtikutura baik buah maupun sayuran. Namun hasil bumi nusantara ini, masih kalah bersaing dengan hasil buah hultikultura dari negara lain.” Saya sedih ketika sedih ketika kita harus membeli  durian jenis Musangking dengan harga Rp.600 ribu/ per biji. Padahal banyak sekali tanaman durian Indonesia yang memiliki variatas yang tidak kalah  dari varietas Musanking. Seperti Durian merah, durian petruk yang memiliki taste dan aroma yang tidak kalah jauh berbeda dengan Musangking yang perlu kita budidayakan bersama-sama. Kalau kita bersama-sama melakukangerakan tanam buah nusantara, kami yakin bangsa ini  akan menjadi negara agrobis holtikultura yang mandiri dan mampu menguasai pasar global,” tandasnya.
Arum juga menjelaskan, GNBTN ini merupakan gerakan sinergitas antara, Taruna Bhumi Faoundation dengan Pusat Penelitian (Puslit) Kopi dan Kakao Indonesia, Mitra Tani 27 (PTPN X) dan Politeknik Negeri Jember selain untuk mengankat buah nusantara, sekaligus menciptakan kawasan  agrobis yang bernilai wisata.” Ini akan menjadi destinasi agrobis baru di Jember. Apa yang dimiliki oleh Puslit Kopi dan Kakao bisa menutupi kekurangan dari Mitra Tani dan apa yang menjadi kelebihan dari Mitra Tani bisa menutupi kekurangan yang ada di city forest ini,” ujarnya.
Dirjen Holtikultura Kementrian Pertanian Dr.Ir. Sputnik Sujono Kamino mengaku haru sekaligus bangga GNTBN ini mencul dari Jember. Karena selama ini pemerintah tidak pernah berpikir untuk berbuat seperti ini (GNTBN).” GNTBN ini sebuah gerakan untuk Indonesia. Kami tidak pernah terfikir untuk melakukan sebuah gerakan, karena kami disibukkan oleh kondisi perdagangan bebas yang semakin ketat,” ujar Sputnik mengawali pembicaraa.
Menurut Sputnik perdagangan internasional khusus untuk buah dan sayuran (holtikultura) sangat sulit berkembang, karena tidak ada wadah secara remi khusus untuk petani holtikultura. Karena untuk melakukan eksport holtikultura harus dilihat selera, rasa, jenis dan sebagainya. Kerena menurut Sputnik, selera masih-masing negara berbeda.” Oleh karena itu, saya berharap H. Arum Sabil menggagas dan membentuk Asosiasi Petani Holtikultara, seperti Asosiasi Petani Tebu Rakyat bentukan beliau. Saya butuh seorang pemimpin seperti beliau, untuk bisa berjuang dipasar dunia khusus holtikultura melalui Asosiasi yang mewadahi,” harapnya.
Bicara eksport dan import ulas Sputnik,  saat ini posisi negara kita tertekan. Karena apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi petani, diprotes oleh WTO. Setiap sidang di WTO, kebijakan pemerintah kalah, karena dianggap menggangu eksport import Internasionah. “Contoh, import jeruk, kita buka Januarai – April. Saya langsung didatangi oleh duta besar Pakistan dan bilang,  Pak Dirjen, saya minta Desember-Mei. Saya menjelaskan kalau Desember – Mei petani kita sudah produksi.  Kami tidak bisa menerima permintaan itu, karena petani juga butuh perlindungan.  Karena itu, Saya ditekan oleh Duta Besar Pakistan, dan bilang kalau Pakistan itu pengimport Kelapa Sawit terbesar, kalau permintaannya tidak dituruti (Eksport Impor Jeruk), negara Pakistan akan melakukan perhitungan soal ekport impirt sawit. Yang jelas tidak akan kami turuti permintaan itu, karena kami (pemerintah) tidak ingin dihujat oleh petani sawit,” tandasnya.
Oleh karena itu, melalui GNTBN ini diharapkan membawa pencerahan bagi Indoensia dimata internasional, khususnya hasil tanaman holtikultura. Selain itu, Sputnik juga berjanji akan memberikan kesempatan untuk Kabupaten Jember untuk mengeksplor hasil buahnya di festival buah yang digelar bulan November di Jakarta.” Mohon ijin Pak Wakil Bupati, kami menyediakan stand dan memberikan kesempatan bagi Kabupaten Jember untuk memamerkan hasil buahnya di acara kami,” pungkasnya. [efi]

Tags: