Meneguhkan Kampus Budaya yang Berkemajuan

Umar Sholahudin

Dies Natalis UWKS ke 40 (19 Juni 1981-19 Juni 2021)

Oleh : Umar Sholahudin
Dosen Sosiolgi FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Tak terasa usia kampus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) akan memasuki usia ke 40 tahun, tepatnya pada 19 Juni 2021. Sebuah usia -yang menurut perkembangan usia manusia- sudah memasuki dewasa atau usia kematangan, matang secara fisik, intelektual, emosi, dan spiritual. Di usia kematangan ini, UWKS telah memiliki pondasi kematangan yang sangat kuat tersebut untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi perguruan tinggi yang unggul, berbudaya, dan berdaya saing.

Usia manusia ada ada batas ruang dan waktu, tetapi usia sebuah organisasi besar seperti UWKS ini harus jauh lebih panjang dari usia manusia dan akan terus menembus batas ruang dan waktu. Bapak birokrasi modern, Max Weber mengatakan, sebuah organisasi/birokrasi modern, termasuk perguruan tinggi dan khususnya UWKS dituntut untuk selalu adaptif dan responsif terhadap terhadap dinamika perubahan dan tuntutan zaman.

Saat ini, kita berada di era digital atau revolusi 4.0. Dunia terus berubah dan semakin terbuka. Karena itu, dalam momentum Dies Natalis ini, sudah saatnya perguruan tinggi harus cepat berbenah diri di tengah arus perubahan sosial masyarakat yang terus berkembang. Salah satu konsekwensi logis dari sebuah perubahan sosial, adalah meningkatnya kebutuhan-kebutuhan masyarakat, yang itu harus direspon secara cepat, tepat, dan berkesinambungan melalui kebijakan reformasi birokrasi perguruan tinggi, baik pada tataran sistem (baca: struktur organisasi) maupun SDM aparatus organisasi. Salah satunya, UWKS telah merespon dan menerapakan kebijakan Kemendikbud tentang Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan, tidak saja bekal keilmuan mumpuni, tetapi juga skill kepada mahasiswa. Kurikulum pembelajran kampus diorientaskan atau di-link and mach-kan dengan dunia kerja dan industri. Dengan demikian, secara kualitas mahasiswa yang unggul tidak hanya memiliki keunggulan keilmuan, tetapi juga keterampilan yang optimal dan relevan dengan kebutuhan di lapangan.

Sebagai lokomotif pembelajaran mahasiswa, UWKS juga harus mengikuti kebijakan ini. Pendidikan atau pembelajaran di kampus dituntut tidak hanya menghasilkan sarjana yang mempu menguasai setumpuk teori, namun juga harus menghasilkan sarjana yang gayut dengan perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi informasi dan sesuai dengan kebutuhan pasar dan industri (Puteri Sofia, 2020). Pendidikan juga tidak boleh menghilangkan core of the core ilmu pengetahuan seperti yang dikatakan Bustami Rahman (tanpa tahun), konsep yang sejatinya dikembangkan adalah bahwa pendidikan ilmu pengetahuan difungsikan bagi kecerdasan dan kemampuan (aptitude) manusia, pembentukan sikap dan kepribadian (attitude and personality) dan membangun penampilan mereka di dalam masyarakat luas (appearance). Dengan kata lain, UWKS dituntut agar mampu memberikan layanan publik/pendidikan yang maksimal dan terbaik bagi kebutuhan-kebutuhan masyarakat modern.

Karena itu, perubahan bagi sebuah organsiasi perguruan tinggi adalah sebuah keniscayaan. Jika tidak mau berubah, maka ia akan dilindas oleh perubahan itu sendiri. Karena itu, benar kata Weber, birokrasi pemerintah harus memiliki karakter adaptif dan responsif, ia dituntut untuk selalu menyesuiakan diri dengan perkembangan dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat, dan mampu secara cepat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Birokasi atau organsiasi yang “status quo” atau anti perubahan, akan tak berdaya dalam menjalankan fungsi-fungsi keorganisasian dan pelayanan pendidikan secara maksimal.

Modal dasar UWKS

Sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terbesar dan menjadi kampus unggulan di Jawa Timur, kita memiliki empat modal dasar yang sangat penting dan strategis, yakni modal sejarah yang panjang dan kuat, modal kapasitas dan karakter organsiasi, modal kapasitas SDM, dan sarana dan prasarana yang mumpuni. Keempat modal dasar ini, harus terus kita rawat dan kita ruwat, agar tetap lestari untuk dapat digunakan dalam menjalankan dan mengembangkan roda organisasi perguruan tinggi menjadi perguruan tinggi yang mandiri, unggul, berbudaya, dan berdaya saing tinggi.

Secara objektif, UWKS memiliki pondasi yang sudah cukup kuat. Secara historis misalnya, kampus yang berdiri sejak sejak tahun 1981 didirikan oleh para tokoh dan intektual mumpuni dan berpengaruh Jawa Timur, di antaranya; H.Soenandar Prijo Soedarmo, Blegoh Soemarto, dan H. Moch. Said. Ketiganya adalah tokoh Golkar Jawa Timur dan mantan anggota Kodam V Brawijaya. Kodam V Brawijaya adalah Komando Daerah Militer V Brawijaya yang merupakan komando kewilayahan pertahanan di Propinsi Jawa Timur. Dari sejarah dan para pendidirinya itu, UWKS tentu memiliki alumni dan jaringan birokrasi yang kuat. Jika kita lihat secara faktual, bangunan fisik kampus UWKS sarat dan berwasasan budaya Kemajapahitan. Begitu juga dalam acara-cara resmi kampus diwarnai dengan prosesi kebudayaan. Karena dinilai melestarikan budaya dan tradisi Indonesia, pada tahun 2020 Museum Record Indonesia (MURI) menganugrahkan UWKS sebagai Kampus Berwawasan Kebudayaan.

Karana itu, sangat tepat sekali, Dies Natalis ke 40 UWKS kali ini, mengambil tema : Peran dan Prospek UWKS Dalam Pembangunan Bangsa Yang Berkebudayaan dan Berkemajuan. Dalam Dies natalis ini, UWKS berkomitmen untuk menjalankan tiga tugas pokok yang termaktub dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan penuh dedikasi tinggi dengan dilandasi karakter dan nilai-nilai bangsa yang berkebudayaan. Nilai dasar ini menjadi karakter dan sekaligus identitas yang terus melekat erat dalam pembangunan bangsa yang berkebudayaan dan berkemajuan. Dengan modal dasar dan sumber daya mumpuni yang kita miliki, saya sangat yakin UWKS mampu berperan lebih dan berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa yang berkebudayaan dan berkemajuan.

Untuk bisa maju dan unggul, kita tidak bisa berjalan sendiri. Era sekarang tidak sekedar era kompetisi, tetapilebih dari itu adalah era kolaborasi. Karena itu, kita membutuhkan kerja-kerja kolaboratif dari semua pihak dan jejaring yang lebih luas, untuk dapat terus bertahan dan tumbuh-berkembang dalam memberikan yang terbaik bagi kemajuan kampus dan negeri tercinta ini. Kemajuan kampus tidak hanya ditunjukkan dengan kemegahan fisik yang modern, tetapi lebih dari itu diwarnai juga dengan sentuhan-sentuhan kebudayaan. Semua seluk beluk yang terkait dengan kampus, baik itu bentuk fisiknya maupun nilai yang ditanamkan dan perilaku yang dipraktekkan, tidak melupakan jati diri dan karakter bangsa yang berkebudayaan.

Dirgahayu Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang ke 40. Semoga UKWS menjadi kampus mandiri, unggul, dan berdaya saing tinggi, berkebudayan dan berkemajuan, untuk terus berkontribusi bagi kemajuan pembangunan bangsa dan negara yang lebih baik. Jayalah UWKS, Jayalah Negeriku.

———- *** ————

Tags: