Meneladani Kepemimpinan Umar Bin Khathab

2770_Ilham-Keberanian-Umar-bin-Khathab-Diva-webJudul Buku  : Ilham Keberanian Umar bin Khathab
Penulis    : Zen Abdurrahman
Penerbit  : Diva Press
Cetakan  : I, April 2014
Tebal    : 194 halaman
ISBN    : 978-602-255-525-4
Peresensi  : Sam Edy Yuswanto
Penulis lepas, bermukim di Kebumen.

Umar bin Khathab merupakan sahabat Rasulullah Saw. yang berwibawa, tegas dan pemberani dalam membedakan perkara yang haq (benar) dan batil (salah). Sejarah mencatat, sebelum Umar masuk Islam, ia merupakan orang yang memiliki kedudukan tinggi. Ia adalah sosok cerdas dan dikenal jawara gulat yang tangguh di Ukaz, sebuah gelanggang dan pasar ternama yang terletak di ceruk bukit Arafah, sebelah selatan Ka’bah.
Masuknya Umar ke dalam agama Islam merupakan angin segar bagi spirit umat Islam pada masa itu. Peristiwa itu dipandang sebagai suatu anugerah tersendiri bagi umat Islam. Ibnu Mas’ud berkata; “Kami berada dalam kemuliaan semenjak Umar memeluk agama Islam.” Dalam sebuah riwayat, Shuhaib berkata, “Ketika Umar masuk Islam, ia menyatakan keislamannya dengan terang-terangan sekaligus mengajak orang-orang untuk masuk Islam secara terang-terangan pula. Sehingga kami bisa duduk dengan tenang di sekitar Baitullah, melakukan thawaf tanpa dirundung rasa khawatir, mampu melawan orang-orang yang mengganggu kami.” (hal 21-25).
Sebelum masuk Islam, Umar adalah seorang pembesar Quraisy yang sangat membenci Rasulullah Saw. beserta para pengikutnya. Selain itu, ia tercatat sebagai orang yang memiliki gaya hidup mewah dengan harta berlimpah. Namun sejak ia mendapat hidayah masuk Islam, ia lantas meneladani kehidupan Rasulullah yang hidup dalam kesederhanaan, kezuhudan, serta menjauhi gemerlapnya dunia. Setelah masuk Islam, ia mempertaruhkan seluruh hidup untuk membela dakwah Rasulullah Saw. dan menjadi benteng sekaligus pilar ajaran Islam yang paling kokoh (hal 27-28).
Umar, yang sejak muda terkenal piawai dan cakap dalam bidang tulis menulis, kesusatraan, kepenyairan, dan penerjemahan, kemudian ditunjuk oleh Rasulullah sebagai juru tulis. Setiap kali Rasulullah mendapat wahyu maka sahabat yang paling lekas merekamnya adalah Umar bin Khathab.
Selain menjadi juru tulis nabi, Umar juga ditunjuk sebagai juru diplomasi. Kemampuannya dalam bidang diplomasi sebenarnya sudah dimiliki sebelum ia masuk Islam. Rasulullah juga memberikan kepercayaan pada Umar untuk menjadi penasihatnya sekaligus ahli strategi Islam. Sehingga tak berlebihan bila sebagian ahli sejarah menyebut Umar sebagai sosok kunci dalam gemilang kemenangan Islam di banyak peperangan (hal 36).
Selain tegas dan pemberani, Umar merupakan sosok khalifah atau pemimpin yang peduli dan memiliki belas kasih terhadap rakyatnya. Misalnya, ketika suatu malam ia dan Ibnu Abbas menyamar sebagai orang biasa. Keduanya berjalan menempuh lorong-lorong kecil untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyat yang dipimpinnya.
Di tengah perjalanan, keduanya dikejutkan suara tangis anak perempuan. Umar lantas mengajak Ibnu Abbas untuk mencari muasal suara tangis tersebut. Betapa terkejutnya Umar saat mendapati sebuah gubuk yang dihuni seorang ibu tua dan anak-anaknya yang terus menangis. Usut punya usut, si ibu tengah memasak batu untuk membohongi anak-anaknya yang kelaparan. Dengan cara itulah, anak-anaknya yang sedang menahan rasa lapar akan terhibur dan akhirnya tertidur setelah kelelahan menangis.
Sambil menahan rasa iba, Umar lantas pulang dengan tergesa untuk mengambil sekarung tepung dan bumbu masak. Umar meminta Ibnu Abbas untuk membawakan sekaleng minyak samin. Umar sengaja memikul sendiri sekarung tepung itu dan menolak tawaran Ibnu yang ingin membantu membawakannya. Setiba di gubuk ibu tua, Umar dengan senang hati menyiapkan masakan bahkan menyuapi anak-anak tersebut dengan penuh kasih sayang (hal 168-172).
Melalui buku ini, semoga kita bisa meneladani gaya kepemimpinan sahabat Umar bin Khathab yang tegas berwibawa dan sangat peduli dengan nasib rakyat yang dipimpinnya.

——— *** ———-

Tags: