Menelisik Sekolah Tak Hanya Unggul di Akademik

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan dan Kasie Prestasi Non Akademik Slamet Riyadi menjajal alat musik kulintang bersama siswa SMPN 22 Surabaya, Selasa (12/12). [adit hananta utama]

SMPN 22 Ikuti Gerakan Seniman Masuk Sekolah
Surabaya, Bhirawa

Sekolah menjadi tempat yang relevan untuk mengurai beragam potensi peserta didik. Tidak hanya di bidang akademik. Kesenian dan olahraga juga harus memiliki ruang yang cukup di sekolah sebagai bagian dari pembelajaran non akademik.
Seperti diakui Tanaya Irtiza, siswa kelas 7 SMPN 22 Surabaya itu terlihat bersemangat saat menunjukkan kepiawaiannya bermain kulintang. Dia mengaku senang dengan permainan musik tersebut meski belum genap setahun dia mempelajarinya.
“Setiap hari latihan waktu istirahat sekolah. Dua bulan setengah akhirnya sudah bisa main kulintang,” terang Tanaya saat ditemui di sekolahnya kemarin, Selasa (12/12).
Tanaya tampil di sela pertunjukannya dalam rangka Gerakan Seniman Masuk Sekolah. Selain kulintang, dia juga mampu memainkan angklung. Bahkan untuk mempelajarinya tidak butuh waktu lama. “Belajar angklung cuma butuh waktu satu bulan saja. Padahal sebelum masuk SMP tidak bisa sama sekali,” terang dia.
Memainkan kulintang diakuinya lebih sulit dari pada angklung. Sebab kulintang harus menghafal not dan chord. Di samping itu, jenis kulintang juga cukup banyak. Ada melodi, bas kecil, bas besar, pengiring kecil, pengiring menengah dan pengiring besar. “Saya biasa pegang pengiring besar. Tapi kalau disuruh pegang melodi tidak harus belajar dari awal,” tutur Tanaya.
Selain Tanaya, Safira yang juga satu grup mengungkapkan rasa bangganya tampil diatas panggung dengan memainkan alat musik tradisional tersebut. “saya senang dan bangga karena saya bisa bermain alat musik ini dari hati. Selain itu, dengan musik ini saya bisa melestarikan budaya bangsa”. Terang Safira.
Pembina ekstrakurikuler musik tradisi SMPN 22 Ngatijah mengaku, permainan alat musik angklung dan kutilang merupakan unggulan yang menarik bagi pelajar SMP Negeri 22 Surabaya. Hal ini terbukti dari sejak berdirinya ekstrakurikuler ini dua tahun lalu. SMP Negeri 22 Surabaya mempunyai lebih kurang 100 anggota kesenian angklung dan kulintang yang aktif. “Kami punya anggota lebih dari 100 lebih anak, tapi tidak semua anggota ikut berpartisipasi. Ada 92 pelajar yang tampil dalam pertunjukkan siang ini (kemarin)” ujar Ngatijah.
Disinggung mengenai prestasi terakhir, permainan angklung dan kulintang di SMPN 22 Surabaya, baru aktif di ajang perlombaan seni budaya tingkat nasional tahun ini. “Terakhir kita ikut lomba kesenian budaya di Jakarta dan hanya sebagai peserta. Namun, kita menyiapkan adik-adik (pelajar) ini, untuk lomba kesenian tingkat Jawa Timur Januari mendatang” tutur Ngatijah yang juga menjadi guru seni budaya di SMPN 22.
Ngatijah juga menuturkan, pelajar besutan nya tersebut sudah sering tampil di berbagai acara pemerintahan kota Surabaya. Terbaru SMP Negeri 22 Surabaya tersebut melakukan tour budaya tiga negara. “Pencapaian membanggakan bagi kita untuk mengenalkan budaya lokal di dunia internasional. Saya bangga melihat anak didik bermain musik angklung dan kulintang dengan sangat baik, indah dan sempurna. Selain itu, bentuk dukungan dari orangtua, sekolah dan pemerintahan sangat membantu” tambahnya.
Kepala SMPN 22 Surabaya Sisminarto mengungkapkan, ekstrakurikuler musik tradisi merupakan ekstra pilihan bagi siswa. Namun demikian, peminat yang ingin masuk tergolong tinggi. Karena itu, pihaknya cukup senang dengan adanya program gerakan seniman masuk sekolah yang diprakarsai Kemendikbud.
“Sasaran program ini adalah siswa kelas VII yang langsung didampingi seniman. Karena kami sudah memiliki tiga guru kesenian untuk kelas VIII dan IX,” terang Sisminarto.
Menurut dia, pengembangan ekstrakurikuler seni perlu diperluas untuk bidang kesenian yang lain. “Rencanananya akan membuka ekstra seni rupa tahun depan. Siswa yang ikut akan diseleksi oleh guru pembinanya,” pungkas dia.

Pembelajaran Langsung Didampingi Seniman Profesional
Gerakan seniman masuk sekolah dipercayakan Kemendikbud untuk masuk ke sekolah-sekolah di Jatim. Khususnya Surabaya, tercatat ada 10 sekolah yang terdiri dari enam SD dan empat SMP ikut dalam program tersebut.
Kasie Prestasi Non Akademik UPT Bina Prestasi Dindik Jatim Slamet Riyadi menuturkan, gerakan seniman masuk sekolah ini berlangsung selama tiga bulan. Sekolah yang menjadi sasaran akan didampingi satu seniman profesional untuk proses pembinaan kepada siswa. Di Jatim, lanjut Didik, tercatat sebanyak 40 sekolah se Jatim yang menjadi sasaran dalam program tersebut.
“Melalui gerakan ini diharapkan setiap siswa mempunyai karakter pribadi dan rasa kebanggan terhadap nilai-nilai budaya lokal,” kata Didik.
Selama tiga bulan program itu berlangsung, sekolah menggelar 27 kali pertemuan. Terhitung dari pertengahan bulan Oktober hingga Desember. Selain pendampingan, seniman juga menyiapkan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Setiap pertemuan anggarannya Rp3 juta yang dialokasikan oleh Kemendikbud. “Dan pada pertemuan ke-27 ini bentuknya pertunjukkan hasil pembelajaran,” kata dia.
Pertunjukkan tersebut mendapat apresiasi positif baik dari perwakilan Dindik Jatim maupun Dindik Kota Surabaya. Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Ikhsan menuturkan, pihaknya ingin setiap sekolah di Surabaya memiliki unggulan yang berbeda. Tidak selalu dalam bidang akademik, melainkan juga non akademik.
“Mau unggul di bidang musik keroncong, ludruk atau orkestra atau drumband tidak masalah. Jadi tidak semuanya unggul drumband atau akademiknya saja yang bagus,” kata Ikhsan.
Keunggulan sekolah, lanjut Ikhsan, dapat diurai dari hobi dan minat para peserta didik. Selanjutnya, pembinaan yang dilakukan pemerintah tinggal menyesuaikan potensi sekolah serta SDM yang dimiliki.
“Ke depan kita akan serius dengan menggarap keunggulan sekolah sesuai potensinya masing-masing,” pungkas dia. [tam.ina]