Menelusuri Jejak Airlangga di Jombang Utara

Kompleks Sendang Made di Desa Made, Kudu, Jombang. [arif yulianto]

Sendang Made, Peninggalan Raja Airlangga Saat Melarikan Diri dan Menata Perang

Kabupaten Jombang, Bhirawa
Jejak peninggalan Raja Airlangga di wilayah Jombang menyisakan banyak misteri. Banyak prasasti-prasasti yang menyebut Raja Airlangga pernah tinggal di Jombang. Diantaranya adalah prasasti yang berada di Desa Katemas, Kudu, Jombang. Di Desa Katemas sendiri sebenarnya ada tiga prasasti tentang Airlangga, yakni Prasasti Munggut (Gurit), Kusambyan (Grogol), dan Prasasti Katemas.
Prasasti Kusambyan (Grogol) terletak di Dusun Grogol, Desa Katemas, Kudu, Jombang. Lokasinya berada di bawah Pohon Serut, di tengah persawahan. Jarak dari lokasi ke pemukiman warga sekitar 200 meter melewati pematang-pematang sawah.
“Sebagian isi prasasti ini menerangkan perluasan daerah Kusambyan (Kesamben), Bedander (Kabuh), hingga Lamongan,” kata juru pelihara Situs Munggut (Gurit), Situs Kusambyan (Grogol) dan Sendang Made, Badri.
Nama Kesamben oleh sebagian ahli sejarah merupakan penjabaran nama yang identik dengan Kusambyan. Selain tentang perluasan daerah, prasasti ini juga menyebut nama seorang tokoh sentral di daerah Kusambyan (Kesamben), yakni Sang Hyang Iwak. Begitu sentralnya, di terangkan, tiap tanggal 12 Asusi penduduk Kusambyan mengadakan ritual mendoakan keselamatan Sang Hyang Iwak. Ritual ini memakai wangi-wangian, dupa, minyak, wijen, dan buah-buahan.
“Pada prasasti ini juga mengatakan pemberian tanah pardhikan untuk masyarakat Kusambyan (Kesamben) dan juga penyebutan adanya keraton di daerah Bedander, termasuk juga menyebut barang siapa yang mengganggu daerah Kusambyan, sanksinya seperti yang di berikan jika ada yang mengganggu daerah Munggut,” kata Cak Badri menerangkan. Belum ada kepastian tahun pendirian prasasti ini, karena bagian atas Prasasti Kusambyan (Grogol) mengalami kerusakan/patah.
Lalu, untuk Sendang Made merupakan kompleks sendang (kolam) yang berada di Desa Made, Kecamatan Kudu, Jombang. Menurut Cak Badri, belum ada prasasti yang menyebutkan Sendang Made adalah peninggalan Airlangga, namun dari cerita rakyat yang turun-temurun meyakini Sendang Made adalah peninggalan Airlangga saat melarikan diri dan menata serta menyiapkan strategi perang ke Jombang utara.
“Nama Made di identikkan dengan nama panggilan atau nama seseorang di Bali. Di yakini nama Sendang Made merupakan peninggalan Airlangga, karena dia (Airlangga) berasal dari Bali. Selain itu Made juga berarti kebesaran dan pertengahan,” papar Cak Badri.
Setidaknya, di kompleks Sendang Made yang terbuat dari bata-bata kuno dan berada di bawah pepohonan besar yang rindang ini terdapat tujuh sendang (kolam) yang mempunyai nama sendiri-sendiri dan kegunaan airnya yakni, Sendang Drajat yang di gunakan untuk mandi raja dan kerabatnya, serta Sendang Gede untuk pemandian masyarakat umum.
Kemudian Sendang Pengilon yang di gunakan mengaca wajah dan sebagai kaca benggala untuk mengetahui pergerakan lawan dari jauh, Sendang Pomben untuk kebutuhan minum, Sendang Kamulyan di antaranya untuk membasuh luka ketika sakit, Sendang Sumber Payung airnya di gunakan untuk ritual bertapa, dan Sendang Condong yang airnya di khususkan untuk memasak.
Saat ini, kompleks sendang yang pemeliharaannya merupakan masuk wilayah kewenangan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto ini di gunakan sebagai tempat berwisata bagi masyarakat Jombang maupun luar Jombang, terutama pada waktu hari libur. [Arif Yulianto]

Tags: