Menerka Muasal Virus

Oleh :
Jourdan Sabiq Muzni

Terbuat dari apa virus?
Di kiri-kanan orang-orang menjual omongan
Dadaku mulai sesak saat suara mereka berjejalan
Menjubeli telinga seumpama iblis yang pernah menghasut adam.

Aku mulai batuk, saat tenggorokan menahan jeri
Dari tikaman berita-berita yang baku hantam
Mengabarkan fakta seolah-olah sebuah kebenaran.

Langit mengelam, orang-orang dibikin naik pitam
Mulut-mulut mengejar iri dan mengujar dengki
Udara seperti samadi, sesak semakin menjadi-jadi.

Gerimis mericik, debu-debu meracik kelu
Saat kebenaran hilang martabat
Dan kepalsuan melejit sebab, banjir pesanan.

Kabut merayap dengan mantel cukup tebal
Orang-orang mengambil jalan pintas dengan menebas
Segala yang mengganggu untuk menghadap tuhan
Melalui sungai darah.

Llalu terbuat dari apa virus?
Aku hanya bisa berusaha menepi, melangkah pergi
Tapi, kakiku kaku, tubuh mengeras seperti batu
Debar dadaku seperti letupan air mendidih—tak menentu
Lalu tersungkur di senyap waktu, sebab kekhawatiranku.

2020

Sampai Kapan Kita Merasa Kehilangan?

Sampai kapan kita merasa kehilangan?
Kita dicipta dalam keadaan berakal
Angan beterbangan seperti awan yang ikal
Padahal, tangan cuma mampu melambai sejengkal.

Saat kecil tangan selalu ingin menggenggam sesuatu
Mainan, jajan, kebebasan—seolah dunia tanpa aturan
Setelah dewasa kita memahami; hidup dalam keterbatasan,
Lelaku terlilit kebijakan yang berlaku.

Hingga tiba kita tua—angan yang dirapuhkan waktu
Membayangkan gedung, rumah, karir, dan segala sesuatu
Terasa semu. membayangkan jika hari ini adalah masa lalu
Masa di mana tak ada penyesalan setelah kita bertemu.

Sampai kapan kita merasa kehilangan?
Mungkin sampai kita tidak berada
Di antara pertemuan dan perpisahan.

2020

Virus

Aku akan menutup diri
Dari keramaian, igauan yang berjejalan
Tak lagi terbuka pintu
Bagi kelicikan, hasutan, juga keakuan.
Aku akan hidup sebagai negeri
Yang berusaha meredam kekacauan dalam diri.

Aku menutup diri,
Sejak tahu rumahku didirikan
Dari pertengkaran iman,
Perdebatan saling mengunggulkan panutan,
Perselisihan siapa yang paling benar dihadapan tuhan.

Aku mulai munutup diri
Sebagaimana labirin yang tak dibuat jalan keluarnya
Sebagaimana virus memasuki manusia dengan senyapnya
Hanya bisa masuk dan kusyuk
Mengimani diri yang tak terbentuk.

2020

Kampung Pesilat

Genta jam berdenting, seperti lonceng di sudut ring
Kita mulai pasang kuda-kuda—aku dari selatan kau dari utara
Tak perlu jeri dengan perguruan kita yang sama
Memang di sini dididik saling menyembulkan luka.

Ini kampung pesilat. orang-orang tangguh dan kuat
Waktu tersusun dari jurus bantingan dan tikaman akurat
Lengah sedikit darah sendat, leher terkerat
Warga yang cermat pandai cari selamat.

Sejak kecil kita diajari untuk bertahan
Membela diri dari berbagai serangan
Sekolah belajar mengatasi ancaman
Besar kelak bolehlah jadi siluman.

Di kampung ini dituntut jadi pendekar pilih tanding
Tak lagi lawan bertahan, tak lagi musuh bisa misuh
Hingga tak tahu masihkah lawan yang belum kalah
Tak tau jika di dalam diri telah menunggu—musuh abadi.

2020

Sebuah Akibat

Mega begitu santun jadi payung, juga bunga-bunga
Merona jiwa-jiwa pantang tandas di tandusnya bentala
Kau (abdi setia) berjalan sepatuh Hawariyin pada Isa
Bukankah sudah kauikrarkan cinta yang agung itu?

Langit sumringah, dedaunan menadah cahaya rekah
Kutebar debu-debu, cintaku terhambur di pakaianmu
Kutautkan sepasang anganku di kerahmu
Tapi, kausibakkan baju sebab risih membelenggu.

Awan diam-diam menghilang, daun-daun berguguran
Bau tanah menyelubung di batang bulu hidung
Tak ada lagi tempat untukmu berlindung
Mendung sangat gemas jika ada yang berkabung.

2020

Pelajaran Ikhlas

Bahagialah! bahagialah seperti anak-anak kecil
Yang tak mengerti arti sedih dan susah
Seperti rumput—tak tahu kata jera,
Bahkan telah berkali-kali dicabut.

Kau boleh meminta apapun
Rumah megah, mobil mewah
Apapun yang belum terjamah.

Memintalah, seperti bayi mungil yang lapar
Seperti kucing yang belum kaukasih makan
Atau seperti demo mahasiswa saat buruh kurang perhatian.

Kau tak perlu membayar mahal
Tak perlu banyak keluar modal
Akan kuberi meski kau begundal
Cuma satu yang kuminta—
Rindu yang tak sudi tawar-menawar.

2020

Sama-Sama Salah

Kesalahanku pertama adalah mencintaimu
Yang sebakkan dada sebab rindu
Dan setelah bergulirnya waktu, jadi masa lalu
yang sebabkan tubuhku kehilanganmu.

Kesalahanku kedua adalah membencimu
yang sibakkan kenangan lalu menghantuiku
Menjadikan malam semakin beku
Menagih hangat yang bermukim di tubuhmu.

Kesalahanku ketiga adalah
Sama sekali tak melakukan dua kesalahan itu.

2020

Seorang Lelaki di Kota yang Sepi

Di sebuah kota dengan jalanan yang lebar
dan gedung-gedung seperti akar
Aku membayangkan semua yang hidup adalah kesepian.

Rumah, toko, pasar, apotek, penginapan, jalan-jalan
Semua lengang, hanya ada aku duduk di emperan sendirian
mencoba menghentikan gerimis yang pantang terang.

Lampu sesekali berkedip seperti kenangan
yang datang selap-selip. pohon-pohon
yang sedikit—menggugurkan daunnya.

Petir berkilatan menjilati bangunan
Membuat degup yang semula ritmis jadi kocar-kacir
Pilu yang semula beku—mencair.

Di kota ini, aku membayangkan
Hidup dalam kesepian
Di mana aku menepi
Di situ kau selalu berlari.

2020

Biodata penulis:
Penulis bernama asli Jourdan Sabiq Muzni. Lahir di Madiun, 1996. Alumni PP. Darul Huda Ponorogo. Menekuni dunia literasi sejak masuk kuliah dan sekarang bergiat di komunitas literasi ‘SYAWIRASA’ dan ‘Langit Malam’. Puisi-puisinya pernah tersiar di media seperti ruangdiskusi.com dan berdikaribook.red, Fajar Makassar, Suara Merdeka. Juga terkumpul dalam beberapa antologi bersama; Dimensi Buku Percikan Kopi, Tuban, 2018; Endure Bandung, 2018; Kehilangan, Bekasi, 2018; Kidung Cinta Sang Hamba, Medan, 2018; Marsinah, Tuban, 2018; Babu Tetek, Malang, 2018; SuaRaya, 2019. Penulis menggunakan akun IG sebagai @sm_jourdan, dengan email omuzni@gmail.com

Rate this article!
Menerka Muasal Virus,5 / 5 ( 1votes )
Tags: