Meneropong Ekonomi Jatim 2015

Umar SholahudinOleh :
Umar Sholahudin
Peneliti pada Pusat Studi Kebijakan Publik Surabaya

Agenda pembangunan Jawa Timur tahun 2015 masih dihadapkan pada kondisi eksternal yang kurang menggembirakan. Penyebabnya, saat ini kondisi ekonomi dunia dan regional sedang kurang bersahabat dan mengalami pelambatan. Kondisi tersebut tentu saja berdampak pada kondisi ekonomi nasional. Pemerintah pusat – melalui APBN 2015- beberapa kali melakukan koreksi terhadapa beberapa asumsi makro ekonomi, diantaranya; Pertumbuhan ekonomi 5,6%, Inflasi 4,4 persen, Bunga SPN 3 bulan adalah 6,2 persen, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Rp 11.900/US$, , Lifting minyak 900 ribu barel per hari serta lifting gas 1.248 ribu barel per hari setara minyak.
Pertumbuhan ekonomi diprediksi mengalami pelambatan. Hal ini salah satu disebabkan karena kondisi nilai tukar rupiah tidak stabil, dan bahkan berkecenderungan semakin hari semakin melemah. Saat ini nilai tukar rupiah atas US Dollar  sudah mencapai angka lebih dari Rp 12.500/US$. Tahun 2015 pemerintah pusat menurunkan target pertumbuhan dari 6,1 persen menjadi 5,6 persen. Kondisi ekonomi nasional ini tentu saja akan berdampak cukup serius terhadap perekonomian daerah, termasuk Propinsi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi Jatim pun diprediksi akan mengalami pelambatan. Kondisi ini menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagi propinsi Jawa Timur dalam menjalankan agenda pembangunan tahun pertama (2014-2019) dengan target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMD.
MEA dan Pemberdayaan UMKM
Selain itu, tantangan lain yang harus menjadi perhatian serius dari pemeritah daerah adalah masih maraknya produk-produk import. Aktivitas ekonomi di pasar-pasar domestik, lebih khusus lagi di pasar-pasar daerah semakin terasa dan marak seiring dengan telah diberlakukannya perdangan bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Dan pada tahun 2015 akan diberlakukan ASEAN Economics Community yang tentu saja akan memiliki dampak terhadap perekonomian daerah. Kondisi ini tentu saja menuntut bagi pemerintah daerah untuk lebih siap dan sigap agar mampu berkompetisi dengan baik.
Di tengah kondisi ekonomi nasional yang kurang menguntungkan tersebut, dalam konteks pembangunan daerah, perlu ada strategi kebijakan politik dan ekonomi yang tepat dan antisipatif, sehingga dampak kesuraman ekonomi nasional tersebut tidak terlalu berdampak serius terhadap perekonomian daerah. Kondisi eksternal tersebut semoga tidak menjadi hambatan yang serius bagi Pemerintah Propinsi, justru harus dijadikan peluang bagi kita, yakni mendorong kita untuk terus bekerja keras dan cerdas. Krisis ini harus menjadi peluang, yakni dengan meningkatkan daya saing produk Jatim yang berorientasi eksport dan pada saat yang sama berusaha untuk mengurangi produk import, memberdayakan produk daerah dengan memanfaatkan pangsa pasar domestik yang sangat luas.
Karena itu, salah satu proritas kebijakan pembangunan ke depan adalah bagaimana memberdayaan UMKM yang memiliki daya tahan (imunitas) ekonomi yang luar biasa di tengah krisis. Dan yang lebih penting dan strategis adalah bagaimana mengelola keuangan daerah, yakni APBD agar memiliki stimulus fiskal yang kuat dan produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih stabil, inklusif, dan memperkuat fundamental ekonomi daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kurangi Impor
Salah satu produk import yang saat ini membanjiri pasar domestik Jawa Timur adalah produk pangan dan holtikultural, diantaranya adalah buah-buahan; jeruk; kentang, jagung, beras, dan produk holtikultural lainnya. Produk yang paling terasa dan dinikmati warga Jawa Timur adalah buah jeruk. Jika kita keliling sudut-sudut kota Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan mungkin daerah-daerah pinggiran lainnya, maka kita akan menjumpai beragam buah jeruk produk import eksport. Membanjirnya produk holtikultural import akan mengancam kehidupan para petani di Jatim. Bukan tidak mungkin, para petani akan enggan untuk menanam produk-produk holtikultural. Selain karena biaya produksi yang semakin mahal, juga ada kekhawatiran produknya tidak laku dipasaran, karena kalah bersaing dengan produk import.
Di tengah gejala membanjirnya produk holtikultural import ke Jatim, penulis mengapresiasi gubernur yang telah mengeluarkan kebijakan larangan masuknya produk holtukultural import yang pengturannya dalam bentuk Pergub. Dengan hadirnya Pergub ini, diharapkan dapat memproteksi produk holtukultural Jatim agar tidak tergerus oleh produk import. Semua produk import yang masuk ke Jatim diharuskan mendapatkan izin dari gubernur.
Namun demikian, kebijakan tersebut belum dapat menyelesaikan secara komprehensif persoalan pembangunan sector pertanian. Perlu ada kebijakan yang komprehensif, khususnya di sector pertanian, yakni mulai dari hulu sampai hilir. Pemerintah daerah perlu mendorong dan memacu semangat industri-industri daerah untuk melakukan kegiatan produksi pertanian yang lebih baik, terutama dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan siap bersaing dengan produk lain.

                                                        ——————– *** ——————-

Rate this article!
Tags: