Meng-geber Jalan Trans-Jawa

Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Proyek mercusuar sarana jalan transportasi darat yang dibangun oleh Daendels pada trans-Jawa, kini bukan satu-satunya. Pemerintah berencana menyelesaikan ruas-ruas jalan tol yang terputus, sehingga bersambung sepanjang seribu kilometer. Jalan tol “saingan” Daendels sepanjang pulau Jawa, akan tersambung seluruhnya pada tahun tahun 2018. Bedanya, jalan Daendels bisa dilalui secara gratis (cuma-cuma). Sedangkan jalan Cinere (Serang) – Probolinggo, berupa jalan tol (berbayar).
Jalan trans-Jawa, dimulai oleh Daendels pada 310 tahun silam, Proyek mercusuar pertama ini diberi nama jalan “pos.” Semula alasan Daendels, pembangunan jalan untuk mempermudah hantaran pos paket surat maupun barang. Tetapi sesungguhnya, (yang disembunyikan), jalan itu untuk mengangkut logistik perang melawan Inggris. Pengerjaan jalan dikebut, dan kenyataannya bisa selesai hanya dalam waktu 3 tahun!
Konsekuensinya, rakyat menderita, banyak yang mati akibat kerja paksa. Setelah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pensiun, jalan trans-Jawa memperoleh banyak pujian. Terutama untuk meningkatkan perekonomian kerajaan Belanda pada daerah jajahan. Banyak hasil perkebunan bisa diangkut dengan lebih efisien (lebih menyingkat waktu).
Komoditas yang tergolong mewah (nila, kakao, kopi, dan tembakau), banyak diusahakan oleh perusahaan perkebunan kolonial di sekitar jalan “pos.” Khusus sekitar Panarukan,Bondowoso, Situbondo dan Jember (Jawa Timur). Selain itu, perjalanan Anyer ke Batavia, semula ditempuh 4 hari menjadi hanya sehari. Sebenarnya bukan benar-benar membuat (membuka) jalan baru, melainkan melebarkan jalan yang telah ada. Sebagian besar jalan telah dibuat oleh kerajaan di Jawa, sebelum penjajahan.
Kini, bentangan jalan tol trans-Jawa, “kembaran” jalan Daendels, juga sedang dikebut. Diperkirakan waktu yang sama pula, sekitar 3 tahun. Mulai dikerjakan sejak tahun 2015, dan selesai tahun 2018. Jika menapak tilas Daendels, presiden Jokowi bisa meresmikan jalan tol trans-Jawa pada tanggal 12 Desember 2018. Tanggal itu, 310 tahun lalu, dijadikan momentum peresmian penggunaan jalan Anyer – Panarukan oleh Daendels.
Namun harus berbeda. Dulu, pembangunan jalan oleh Daendels dengan cara mencaplok tanah masyarakat. Sekarang, pemerintah wajib membeli. Bahkan tanah milik negara pun (dibawah penguasaan Perhutani, maupun Pemerintah Daerah) juga dibeli, Itu sebabnya, anggaran untuk jalan tol trans-Jawa, memerlukan anggaran sekitar Rp 40 trilyun lebih. Pekerjaan dilaksanakan oleh BUMN.
Konon, modal untuk pembangunan jalan trans-Jawa tidak menggunakan APBN. Melainkan disokong oleh kredit bank (BUMN pula), dan dengan jaminan (equitas) dari perusahaan asuransi milik Negara. Penjamin diantaranya PT Taspen dan BPJS Kesehatan. Jadi, bagai dari negara untuk negara. Ini inovasi sistem pembiayaan terbaru, sehingga proyek-proyek bersifat komersial, tidak perlu menghisap APBN.
Lima propinsi akan dilewati jalan tol trans-Jawa. Yakni, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sekitar 70% (700 kilometer) panjang jalan akan membentang di Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di Jawa Timur akan meliputi lebih dari 200 kilometer. Yakni, Solo – Ngawi, sambung Ngawi – Kertosono dan Pasuruan – Probolinggo. Jalan tol berhenti. Sehingga sebenarnya masih kalah dengan panjang jalan Daendels.
Mengapa tidak sampai Banyuwangi? Boleh jadi, alasannya mirip dengan Daendels. Padahal potensi ekonomi Probolinggo hingga Banyuwangi sangat besar. Bukan hanya hasil perkebunan, melainkan juga pertanian, perikanan dan peternakan. Banyuwangi dan Jember, merupakan sentra padi di Jawa Timur, menjadi penyangga pangan nasional. Dua kota di ujung timur pulau Jawa itu juga penyangga perikanan terbesar nasional.
Pembangunan infrastruktur jalan, niscaya akan meningkatkan mobilitas pergerakan perekonomian masyarakat. Jika inovasi pembiayaan jalan tol dapat ditangani bersama oleh BUMN, maka sepatutnya digagas pembangunan jalan tol lebih panjang.

                                                                                                    ——— 000 ———

Rate this article!
Tags: