Mengajar dan Mendidik Tanpa Batas

Penulis :
Erna Hikmati Hidayah
Guru SMAN 2 Bontang, Kalimantan Timur

Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/ 2021 dan Tahun Akademik di masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) memberikan arahan bahwa pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan pada tahun pembelajaran 2020/2021 tidak dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Tidak serentaknya pelaksanaan pembelajaran ini, salah satunya berdasarkan kategori zona daerah tempat Satuan pendidikan berada.

Satuan Pendidikan pada zona hijau dapat melakukan pembelajaran tatap muka, dengan syarat mendapatkan ijin dari pemerintah daerah secara berjenjang, berdasarkan persetujuan gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 setempat. Sedangkan untuk satuan pendidikan pada daerah dengan status zona kuning, oranye, dan merah, dilarang melakukan proses belajar mengajar tatap muka di satuan pendidikan dan tetap melaksanakan kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR)

Belajar Dari Rumah (BDR) saat ini dilaksanakan hampir pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Dari data pada Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana Kemendikbud bulan April 2020, terdapat 68,8 juta siswa di Indonesia yang melaksanakan kegiatan BDR. Menurut pengakuan sebagian besar orang tua, yang paling merasakan dampak akibat BDR ini adalah orangtua di rumah. Sejak bangun tidur sampai akan tidur lagi, orangtua harus memantau anak-anaknya. Mulai dari membangunkan anak, menyiapkan sarapan mereka, ikut menyimak materi pelajaran, ikut mengerjakan tugas, dan kadang orangtua seakan-akan yang bersekolah.

Orangtua ingin anaknya memiliki hasil yang maksimal, sehingga kadang justru orangtua yang mencari jawaban dari soal/ tugas yang diberikan guru. Anaknya dianggap lambat, dan akhirnya orangtua marah-marah jika anak lambat mengerjakannya. Apa yang terjadi? Anak menjadi semakin malas belajar, apalagi belajar di bawah tekanan orangtua. “Lebih galak di banding bu guru,” kata anak-anak yang mengalami hal seperti ini.

Jika sudah emosi seperti ini, tidak jarang orangua akhirnya menyalahkan keadaan, dan bahkan akhirnya menyoroti guru. Guru dianggap hanya melimpahkan tugas mengajar kepada orangtua di rumah. Guru dianggap mengalami hidup enak karena tidak berhadapan dengan siswa, tapi tetap bergaji. Dan masih banyak lagi ungkapan kemarahan orangtua akibat jenuh menghadapi anak-anaknya di rumah. Belum lagi jika anak mencuri-curi kesempatan chat teman atau main game menggunakan gawai yang digunakan untuk belajar dari rumah.

Dalam penerapan BDR seperti ini, memang menuntut orangtua, guru, dan anak bekerja keras. Penerapan BDR membuat semua kalangan harap-harap cemas terhadap hasil pendidikan . Namun akhirnya kondisi di lapangan sering tidak sejalan dengan apa yang dituliskan dalam aturan. BDR yang dianggap menjadi salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran COVID-19, kini menjadi pemicu stress baru. Pola jam kerja di rumah menjadi berubah. Senyum terasa berat hadir di bibir manis kaum ibu untuk anak-anaknya.

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa BDR membuat semua sisi kehidupan keluarga dan pendidikan menjadi berubah. Pada era New Normal ini semua kalangan berjuang untuk menjadikan Indonesia bahkan dunia agar lebih baik. Penerapan BDR tidak bisa disamakan dengan sekolah tutup. Sebab di sekolah tetap ada aktifitas mengajar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Mereka adalah guru-guru yang secara dadakan dipaksa menjadi operator pendidikan di dunia maya. Mereka belajar berbagai aplikasi agar dapat berinteraksi dengan siswa-siswinya. Mereka mencoba aplikasi yang nyaman dan rendah penggunaan kuota internet, untuk menjadikan pintar siswa-siswinya. Dapat diakatakan bahwa pada era Pandemi COVID-19 tahun 2020 ini, hampir tidak ada lagi guru yang gaptek (gagap teknologi). Semua bergerak, semua berpacu dalam belajar. Jika demikian kenyataannya, apakah benar bahwa guru santai selama siswa belajar?

Hal yang jarang diketahui orangtua adalah kegiatan guru dalam mempersiapkan pembelajaran BDR yang cukup menyita waktu dan pikiran orangtua ini. Jika orangtua merasa repot, stress, dan terbebani dengan pola BDR ini, maka guru lebih lagi. Jika orangtua melayani satu, dua, tiga, atau empat lebih anak-anaknya di rumah, maka guru lebih dari itu. Yang dilayani guru adalah ratusan siswa anaknya oranglain, dan juga anak kandungnya sendiri yang harus BDR. Jika orangtua merasa handphone miliknya sering kehabisan ruang sehingga lemot, maka gurupun juga demikian karena menampung tugas dari ratusan siswa.

Kalau boleh memilih, pasti orangtua dan guru akan memilih pembelajaran tatap muka (luring). Pada pembelajarn luring, jika jam belajar selesai, tugas siswa dan guru juga selesai. Kemudian bergantian orangtualah yang akan memenuhi tugasnya sebagai pendidik di rumah. Bagi guru, yang memiliki minimal 24 jam per minggu beban mengajar secara luring/ offline sebelum pandemi COVID-19 ini, sudah cukup melelahkan. Tugas utama yaitu mengajar, menyiapkan bahan ajar, menyiapkan metode pembelajaran agar dipahami siswa, mengoreksi, dan tugas tambahan menjadi panitia kegiatan, serta tugas sebagai wali kelas, mungkin tidak bisa tertangani maksimal dalam waktu 8 jam per hari di sekolah. Pasti guru akan membawa pekerjaan ke rumah untuk menyelesaikannya.

Namun dalam kondisi seperti sekarang ini, hal-hal yang di luar dugaan benar benar terjadi. Pada era Pandemi COVID-19 ini, guru mengajar 24 jam per hari. Saat ini bukan lagi 24 jam per minggu seperti yang ditetapkan oleh pemerintah. Banyak yang tidak tahu hal ini, sehingga masih banyak yang memandang sebelah mata ketika melihat sepeda motor pak guru ataupun bu guru setiap hari diparkir rapi di rumah dari pagi sampai sore. Padahal di dalam rumah, pak guru dan bu guru sedang sibuk mengajar di depan laptop maupun handphone.

Jadi tidak benar jika dikatakan guru santai sedangkan siswanya tertekan dengan tugas tugas. Sejak jam 06.00 , guru membangunkan siswanya, dan berpesan agar tidak tidur lagi setelah subuh. Jam 06.30 kembali mengingatkan agar bersiap siap belajar. Hal seperti ini dilakukan oleh guru agar pada jam 07.00 saat pembelajaran daring dimulai, siswa hadir semua untuk bersama sama berdiskusi dengan guru. Jika ada jam kosong, guru mengoreksi tugas siswa, menyiapkan materi, menyiapkan bahan diskusi untuk hari itu dan untuk hari berikutnya, serta menanyakan siswa yang tidak hadir kepada wali kelas.

Setelah selesai daring, istirahat sebentar. Selanjutnya belajar untuk memperdalam tentang aplikasi daring yang dia gunakan, baik Telegram, Google Classroom, Zoom, Google Form, dan lain-lain. Seolah tiada henti beraktifitas. Jika ada kesulitan, bertanya kepada rekan guru yang sudah menguasai aplikasi tersebut. Kemudian mencoba kembali penggunaan aplikasi tersebut. Malam hari saatnya istirahat, menyiapkan materi, membuat voice note, menyiapkan draft di Google Classroom, kadang mencari-cari materi di Youtube. Malam hari, jika ada siswa bertanya tentang pelajaran, guru sulit untuk menolak akhirnya dilayani juga.

Belum lagi jika guru masih memiliki anak kandung yang belajar daring juga. Tugas-tugas mendampingi mereka pun tidak bisa dihindarkan. Bahkan kadang kegiatan di dalam keluarga seperti ini justru terabaikan, yang berakibat anaknya sendiri mendapatkan peringatan dari gurunya.

Setelah membaca uraian di atas, sedih rasanya jika masih ada masyarakat yang memandang enteng pengabdian guru di masa pandemi COVID-19. Keikhlasan guru mengajar sedang diuji. Walaupun dari segi pendidikan karakter masih dipertanyakan, tapi yakinlah bahwa pengabdian guru luar biasa. Sehingga dihimbau para orangtua seyogyanya memperhatikan jam belajar anaknya di rumah. Jika jam belajar, jangan diberikan tugas mengerjakan pekerjaan berat di jam belajar, karena banyak yang menganggap anak anak mereka sedang libur sekolah.

Buah duku manis rasanya

Dibeli ibu dari pasar rawa indah

Mari dukung guru membelajarkan anak kita

Jangan lihat motor guru terparkir di rumah

Sebab di dalam rumah, guru sedang berjuang membelajarkan anak bangsa.

—————– *** ——————-

Rate this article!
Tags: